selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Dari Nusantara, Menuju Perdamaian Dunia

Posted by Lautan Hati Oela Thursday 30 May 2013 0 comments

Selain hari pendidikan nasional dan kebangkitan nasional, ada peringatan lain yang juga penting di bulan Mei ini, yakni International Day United Nation Of Peacekeeper atau Hari Internasional Penjaga Perdamaian, yang diperingati setiap tanggal 29 Mei.

International Day United Nation Of Peacekeeper atau biasa disebut Peacekeepers Day merupakan sebuah penghargaan bagi peacekeepers, yang telah berperan aktif dalam upaya menciptakan dan memelihara perdamaian dunia. Indonesia sendiri, senyatanya memiliki sekian jumlah peacekeepers yang terus dipersiapkan dan dididik di bawah naungan organisasi milik TNI.

Jika flashback untuk menilik sejarah, Indonesia sejatinya ikut berperan dalam berbagai program PBB, termasuk dalam pemeliharaan perdamaian. Terbukti, sejak bergabung dengan PBB, Indonesia cukup aktif mengirimkan pasukan dalam misi perdamaian dunia. Mulai dari pengiriman kontingen Garuda I (KONGA I) sampai KONGA XXXIIA. Prestasi pasukan yang dikirim Indonesia sejatinya cukup menarik perhatian berbagai negara, bahkan sempat mendapat pujian dari PBB. Hal ini tentu tak lepas dari peran, dan kualitas peacekeepers yang dimiliki negeri ini. Dan, demi meningkatkan profesionalisme peacekeepers, dibutuhkan sebuah wadah yang khusus mempersiapkan sekaligus menangani mereka. Maka terbentuklah Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, yang diresmikan Presiden pada 19 Desember 2011 lalu.

Entitas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Dunia (PMPP): Fungsi dan Peran

Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) merupakan salah satu badan pelaksana pusat TNI, yang khusus didirikan sebagai upaya membantu pemeliharaan perdamaian dunia. Organisasi ini bertugas menyelenggarakan pembekalan dan pelatihan bagi personel TNI, yang dipersiapkan untuk tugas operasi pemeliharaan perdamaian dunia.

Sejatinya, PMPP TNI memiliki peran yang cukup vital dalam mengupayakan perwujudan serta pemeliharaan perdamaian dunia. PMPP TNI yang diharapkan menjadi satuan mekanis sebagai stand by force yang siap siaga untuk diberangkatkan kemanapun, harus mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator untuk meningkatkan kualitas personel. Fungsi fasilitasi yang diberikan PMPP TNI juga harus mencakup ranah persiapan mental para personel yang akan diberangkatkan dalam misi pemeliharaan perdamaian.

Sungguh, keberhasilan penyiapan personel TNI dalam rangka mendukung misi perdamaian dunia ini, sangat ditentukan dari bagaimana PMPP TNI mengelola pelaksanaan penugasan personel/satuan tugas. Ketika PMPP TNI mampu merencanakan, menyiapkan, menggerakkan dan mengevaluasi pelaksanaan penugasan personel dengan baik, maka hasilnya akan maksimal. Personel/satuan tugas yang diberangkatkan itu akan mampu memberikan yang terbaik bagi pemeliharaan perdamaian dunia. Hal ini tentunya akan membawa nama harum Indonesia di kancah internasional.

Jika dalam proses pelaksanaan penugasan personel sudah terkendali secara manajerial, mulai dari perekrutan personel, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, bahkan evaluasi/pengawasannya, maka peningkatan profesionalitas, dedikasi, dan keberanian personel dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia akan menjadi niscaya.

PMPP yang didirikan dengan fungsinya sebagai pemelihara perdamaian ini senyatanya juga berperan sebagai mobilisator, sebagai motor penggerak bagi personel yang akan diberangkatkan dalam misi perdamaian. Sehingga para personel atau peacekeepers yang diberangkatkan negeri ini akan selalu mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa, dan dunia. Begitu vital peran PMPP dalam mempersiapkan peacekeepers terkait misi perdamaian dunia. Namun yang tak bisa dinegasikan adalah peran dan fungsi peacekeepers sendiri.

Sebagai pasukan yang diharapkan selalu siap siaga diberangkatkan kemanapun senyatanya menjadi tanggung jawab besar, dan tentu membutuhkan nyali yang tidak picik. Pasukan yang mengemban tugas di negara lain yang rawan, maka bahaya, ancaman dan segala kemungkinan buruk bisa saja datang. Sehingga tak berlebihan rasanya, jika mengacungkan jempol bagi kesigapan dan kebesaran hati peacekeepers untuk pergi berjuang, meninggalkan keluarga serta tanah airnya.

Namun yang patut menjadi pertanyaan serta bahan refleksi adalah, sejauh mana masyarakat dan negeri ini mensupport serta menghargai peacekeepers dalam mengemban tugas dan perannya? Semoga dengan Peacekeepers Day, Hari Internasional Penjaga Perdamaian yang diperingati setiap 29 Mei, peacekeepers Nusantara ini mengetahui, bahwa seluruh masyarakat dan setiap bagian nusantara ini senantiasa bangga pada mereka. Bahwa setiap bagian nusantara ini pun mendukung sepenuhnya upaya dan peran serta PMPP TNI, dalam memelihara perdamaian dunia. Sebuah letupan doa dari nusantara, untuk perdamaian dunia.

*******


Baca Selengkapnya ....

Meluangkan sedikit waktu …

Posted by Lautan Hati Oela Tuesday 28 May 2013 0 comments

Menjadi kebanggaan tersendiri rasanya, bisa membantu dan bermanfaat bagi sekitar. Hal ini  aku rasakan, ketika mampu meluangkan waktu untuk membantu sepupu kecilku dalam mempersiapkan evaluasi di sekolahnya. Sungguh, merasa puas rasanya bisa bermanfaat bagi makhluk mungil yang cerdas itu. Sebut saja namanya, Fyan….

Fyan BogangAlief Sofyan Efendi

Tak seperti biasa.. saat aku merasa dibutuhkan oleh makhluk mungil itu, aku sangat puas. Meskipun aku terbiasa membantu beberapa teman dalam berbagai permasalahan, Perasaan yang aku dapatkan tidak seperti ketika aku mampu membantu makhluk kecil ini, sepupu kecilku….

Yaah,, sepupuku itu masih sekolah TK kelas B. Dan, seminggu lalu ia harus menjalani evaluasi akhir di sekolahnya. Khusus untuk materi ‘mengetik sajak’, ibunya memasrahkan padaku untuk membelajarinya. Waah… awalnya aku ragu, bisa gak ya??? sajak untuk anak seumuran dia… (tanyaku dalam hati)

Bertolak belakang dengan dugaanku semula… Ternyata si Fyan ini benar-benar punya niat belajar denganku. Busyet dah…. Jadi lebih mudah aku mengkomunikasikan diri dengannya, khusus belajar tentang sajak. Seharian ia serius bertanya dan mempelajari perihal sajak. Hebat benar dah! Aku mengajarinya tentang struktur kata dan kalimat, persis seperti caraku membelajari anak SD kelas 4. Alhasil, Fyan yang masih TK B ini mampu mencerna setiap penjelasanku dengan ‘caranya’. Wooow…. Sebetulnya aku punya keraguan dalam hati, dan terus kutanyakan sendiri: betul atau salah kah caraku mem-belajarinya dengan pola pembelajaran tutorial untuk kelas 4 SD??

Tapi sudahlah, toh si Fyan mampu menangkap dan menerjemahkan setiap bagian dari penjelasanku. Bahkan, aku memberinya waktu untuk duduk menghadapi netbuk sendiri. Dan, kami berdua beradu membuat sajak. Meskipun hasil karyanya masih semburat dan amburadul, tapi setidaknya itu hasil jerih peras otaknya. Sungguh, sedikit tak tega melihat ekspresinya yang ‘peras otak’ agar segera mendapat ide, untuk dituangkan dalam goresan kata dan susunan kalimat indah, lewat ketikan keyboard netbuk.

Sebenarnya, hasil sajak buatan si Fyan ini masih sangat lugas. Hampir mirip gaya tuturnya dalam bercerita. Sebelumnya, aku sering memberi waktu Fyan untuk menulis cerita, ups… maksudku, menceritakan beberapa peristiwa yang telah ia alami. Biasanya, ia sangat suka kalau aku memberinya kesempatan untuk memegang netbukku, dan mengetikkan cerita-ceritanya. Jadi wajar saja kalau saat belajar membuat sajak, gaya tuturnya masih seperti ketika ia menuliskan cerita…. Tapi aku merasa puas dan bangga, Hahahaha… Senyum


Baca Selengkapnya ....

Sekilas Tentang Manajemen Pendidikan

Posted by Lautan Hati Oela Monday 27 May 2013 0 comments
Berikut saya coba mendeskripsikan perihal manajemen pendidikan, setelah sebelumnya saya juga sudah posting Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan, Operasional Manajemen Pendidikan, dan Metamorfosa Manajemen Pendidikan
 
Apabila ditinjau dari segi bahasa, kata manajemen berasal dari bahasa inggris “to manage” yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola. Sedangkan jika ditinjau dari segi terminologi, manajemen sulit didefinisikan secara tepat. Pada kenyataannya, ada begitu banyak ahli yang memberikan pengertian pada manajemen dan acapkali definisi mereka berbeda-beda, bahkan tidak ada definisi dari manajemen yang telah diterima secara umum dan pasti. Namun demikian, secara global, manajemen dapat diartikan dengan seni, ilmu dan proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian terhadap orang-orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Seperti halnya kata manajemen, yang banyak pakar mendefinisikannya secara beragam, manajemen pendidikan pun senyatanya memiliki bermacam makna, jika mengacu pada apa yang telah dikemukakan para pakar pendidikan. Menurut Prof. Dr. H. A. R. Tilaar, Msc. Ed, manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana pendidikan serta kegiatan implementasinya.
            Sedangkan Made Pidarta mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
            Manajemen pendidikan pada dasarnya menentukan, merencanakan, mengimplementasikan serta mengevaluasi program kegiatan pendidikan. Sehingga dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah ilmu dan proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian atau pengawasan terhadap sumber daya dan mekanisme kerja pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
            Seperti halnya manajemen pada umumnya, dalam manajemen pendidikan pun memiliki beberapa fungsi, yakni fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
1.    Perencanaan
Perencanaan pendidikan adalah proses untuk menetapkan tujuan pendidikan, menyediakan fasilitas dan lingkungan tertentu, mengidentifikasikan prasyarat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta menetapkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar memilik kompetensi individual dan sosial secara maksimal.
2.    Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya dan mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya, dalam rangka efektifitas pencapain tujuan organisasi. Dalam pendidikan, kegiatan pengorganisasian meliputi pembagian tugas masing-masing anggota dan/atau pelaku pendidikan, baik mulai kepala, wakil, pendidik dan tenaga kependidikan lainnnya. 
3.    Pengarahan
Pengarahan (directing) merupakan kegiatan mengarahkan yang ditujukan pada bawahan, sehingga mereka menjadi pegawai (staf) yang mempunyai pengetahuan memadai dan bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Dalam hal ini, dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor pendidikan.
4.   Pengawasan
Pengawasan diperlukan untuk melihat dan mengevaluasi sejauh mana hasil yang telah tercapai. Istilah pengawasan ini juga bisa diartikan atau disamakan dengan “pengendalian”, yang diperlukan untuk memastikan bahwa aktifitas atau kegiatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan. 
Kegiatan pengawasan atau pengendalian ini dilakukan oleh kepala sekolah dan/atau supervisor pendidikan. Dalam sebuah lembaga pendidikan, kegiatan pengawasan ini dilakukan sejak awal penentuan tujuan, saat proses pelaksanaan pendidikan hingga akhir. Dalam arti, fungsi pengawasan atau pengendalian dalam manajemen pendidikan ini harus berjalan secara berkesinambungan, tidak hanya ada pada akhir proses pendidikan saja.
  *******
BACAAN LANJUTAN:
Pidarta , Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Melton Putra.
Tilaar , H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
Tim FKIP UMS. 2004. Manajemen Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.


Baca Selengkapnya ....

Eksistensi PMPP TNI dalam Pemeliharaan Perdamaian Dunia

Posted by Lautan Hati Oela Sunday 26 May 2013 0 comments

 

(Sebuah Refleksi: International Day United Nation Of Peacekeepers)

International Day United Nation Of Peacekeeper atau Hari Internasional Penjaga Perdamaian PBB yang diperingati setiap tanggal 29 Mei seharusnya mampu memberi dampak positif bagi kita, baik dalam kehidupan bernegara, antar negara dan/atau pada ranah kehidupan internasional.

Peringatan International Day United Nation Of Peacekeeper, atau yang biasa disebut Peacekeepers Day di negara kita senyatanya terkait dengan istilah Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI. Salah satu badan pelaksana pusat TNI ini sejatinya didirikan sebagai upaya membantu pemeliharaan perdamaian dunia. PMPP TNI merupakan arena terpadu bagi pelatihan pengelolaan perdamaian, penanggulangan terorisme, penanggulangan bencana dan pelatihan pasukan siaga. Organisasi ini bertugas menyelenggarakan pembekalan dan pelatihan bagi personel TNI, yang dipersiapkan untuk tugas operasi pemeliharaan perdamaian dunia.

Hingga kini, PMPP TNI telah menunjukkan prestasi yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Dalam upaya pemeliharaan perdamaian, institusi ini telah berperan aktif dalam misi perdamaian PBB. Peacekeepers yang dimiliki Nusantara ini telah banyak pengalaman dalam mengemban tugasnya, mulai dari pengiriman kontingen Garuda I (KONGA I) sampai KONGA XXXIIA.

PMPP TNI dan Upaya Pemeliharaan Perdamaian

Sejatinya, PMPP TNI memiliki peran yang cukup vital dalam mengupayakan perwujudan dan pemeliharaan perdamaian dunia. PMPP TNI yang diharapkan menjadi satuan mekanis sebagai stand by force yang siap siaga untuk diberangkatkan kemanapun, sejatinya harus mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator untuk meningkatkan kualitas personel. Fungsi fasilitasi yang diberikan PMPP TNI juga harus mencakup ranah persiapan mental para personel yang akan diberangkatkan dalam misi pemeliharaan perdamaian. Melalui PMPP itulah, personel/satuan tugas benar-benar dipersiapkan, tidak hanya secara fisik tapi juga psikis. Sehingga dalam berjuang untuk misi pemeliharaan perdamaian nantinya, para personel akan mampu memberikan yang terbaik.

Sungguh, keberhasilan penyiapan personel TNI dalam rangka mendukung misi perdamaian dunia ini, sangat ditentukan dari bagaimana PMPP TNI mengelola pelaksanaan penugasan personel/satuan tugas. Ketika PMPP TNI mampu merencanakan, menyiapkan, menggerakkan dan mengevaluasi pelaksanaan penugasan personel dengan baik, maka hasilnya akan maksimal. Personel/satuan tugas yang diberangkatkan itu akan mampu memberikan yang terbaik bagi pemeliharaan perdamaian dunia. Hal ini tentunya akan membawa nama harum Indonesia di kancah internasional.

Jika dalam proses pelaksanaan penugasan personel sudah tertata rapi secara manajerial, mulai dari perekrutan personel, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, bahkan evaluasi/pengawasannya, maka peningkatan profesionalitas, dedikasi, dan keberanian personel dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia akan menjadi niscaya.

PMPP yang didirikan dengan fungsinya sebagai pemelihara perdamaian ini senyatanya juga berperan sebagai mobilisator, sebagai motor penggerak bagi pasukan yang akan diberangkatkan dalam misi perdamaian. Tidak hanya personel yang harus digerakkan, tapi semua elemen bangsa, termasuk masyarakat senyatanya harus dimobilisasi juga. Ketika personel/satuan tugas, dan semua elemen negara telah termobilisasi dalam upaya pemeliharaan perdamaian, maka keinginan untuk selalu menjaga perdamaian itu tidak hanya sebatas euvoria belaka. Dalam perannya memobilisasi personel dan semua elemen bangsa, maka PMPP TNI ini seyogianya aktif bersosialisasi dengan setiap elemen bangsa. Jangan sampai yang terjadi adalah, mampu dikenal dan dibanggakan negara lain dan PBB, tetapi masyarakat Indonesia sendiri malah tidak memahami keberadaan PMPP TNI.

Responsif Masyarakat: Sebuah Refleksi

Rasanya akan menjadi suatu ironi, ketika keberhasilan PMPP TNI mengelola pelaksanaan penugasan personel mendapat sambutan baik dan pujian dari PBB, tetapi masyarakat Nusantara ini sendiri tidak mengenal PMPP TNI.

Kendati baru diresmikan pada 19 Desember 2011 oleh Presiden, PMPP TNI telah mampu membentuk kualitas personel dalam rangka perdamaian dunia. Yang menjadi penting selanjutnya adalah, bagaimana langkah PMPP TNI dalam upaya meningkatkan profesionalitas, kualitas, dan dedikasi para personel. Disamping juga menarik perhatian masyarakat, hingga warga Nusantara ini tak lagi asing dengan istilah PMPP TNI, dan Peacekeepers Day.

Ketika PMPP TNI dalam perannya memelihara perdamaian telah mampu mencuri hati masyarakat dan berhasil mendapat respon positif, maka masyarakat pun akan dapat termobilisasi untuk mendukung PMPP TNI, terkait dengan tugas dan perannya dalam pemeliharaan perdamaian dunia. Sehingga, International Day United Nation Of Peacekeeper dapat mendatangkan dampak positif bagi seluruh elemen Nusantara ini.

*******


Baca Selengkapnya ....

Kenikmatan AbadiMu

Posted by Lautan Hati Oela Saturday 25 May 2013 0 comments

 

Di dalam kesendirian yang kelam

Aku terpaku namun berusaha melaju

Terpuruk bersama pengharapan-pengharapan tanpa batas

Kupuji segala keangkuhan Mu

Kusalutkan semua teka-teki Mu

Kudewakan permainan dari Mu

Tapi aku mohon pada Mu

Beri aku kekuatan menjalaninya

Jangan biarkan aku sendirian

Tunjukkan kuasa Mu di sepanjang jalan

Aku yang hidup dengan seribu satu harapan

Puaskanlah aku dengan segala kenikmatan

Tanpa melupakan keabadian Mu

Tuhan

*****


Baca Selengkapnya ....

Arti Penting Pembelajaran: Konsep dan Makna

Posted by Lautan Hati Oela Thursday 23 May 2013 0 comments

 

BELAJAR dikelasPembelajaran merupakan sub set dari pendidikan, sehingga keberadaan pembelajaran sungguh tidak dapat dinegasikan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran bukanlah sesuatu yang terpisah atau bertentangan dengan pendidikan, akan tetapi sebuah hal yang terintegrasi dari proses pendidikan dan bahkan menjadi penentu utama keberhasilan pendidikan.

Menurut Prof. Dimyathi, pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan dan teori belajar.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Prof. Dr. Syaiful Sagala, MPd mengartikan pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Masih menurut Prof. Syaiful Sagala, MPd, pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik. Kemampuan peserta didik yang harus diketahui oleh pendidik/guru meliputi: kemampuan dasar peserta didik, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya dan lain lain. Kesiapan guru/pendidik untuk mengenal karakteristik peserta didik dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan pelajaran, yang pada akhirnya menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Dalam pembelajaran, pendidik/guru harus menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Disamping itu, guru/pendidik pun juga harus memahami model dan metode pembelajaran yang mampu merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar. Dengan demikian, peserta didik akan semakin termotivasi dan tergugah untuk mengikuti proses belajar tanpa disertai rasa jemu atau malas.

Pada dasarnya, belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir serta kemampuan menguasai materi pelajaran. Sedangkan pengetahuan ataupun materi pelajaran itu sumbernya dari luar diri peserta didik, akan tetapi dibangun dan di konstruksi dalam dirinya. Pengetahuan bukanlah diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain. Namun, ‘dibentuk dan dikonstruksi’ oleh individu itu sendiri, sehingga seseorang yang belajar dan/atau peserta didik akan mampu mengembangkan intelektualnya.

Pembelajaran memiliki dua karakteristik, yaitu:

1. dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental peserta didik secara maksimal, bukan hanya sekedar menuntut peserta didik untuk mendengar dan mencatat. Akan tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.

2. dalam pembelajaran; membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruk sendiri.

Menurut Dunkin dan Biddle, proses pembelajaran berada pada empat variabel interaksi yakni:

a. variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik/guru

b. variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah dan masyarakat

c. variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik

d. variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Hal yang juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran adalah pendidik/guru. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik/ guru mempunyai dua kompetensi utama yaitu:

a. kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran

b. kompetensi metodologi pembelajaran.

Bagaimanapun, penguasaan materi pelajaran menjadi modal utama bagi pendidik/guru dalam menjalankan profesinya dengan baik. Namun demikian, penguasaan materi pelajaran ini pun harus diikuti dengan kemampuan atau kompetensi lain, yakni kemampuan akan metodologi pembelajaran. Dengan kata lain, pendidik/guru yang telah menguasai materi pelajaran senyatanya juga dituntut untuk menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip paedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Apabila metode pembelajaran tidak dikuasai, maka otomatis penyampaian materi ajar tidak akan maksimal. Metode pembelajaran yang digunakan merupakan strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Jika ditilik lebih dalam, pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan/rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran bukanlah sebuah proses yang seketika dan sekali jadi. Akan tetapi suatu proses yang sudah melalui tahap perencanaan atau rancangan terlebih dahulu. Sehingga dengan demikian, jika proses pembelajaran tidak melalui tahap perencanaan, maka pelaksanaannya tidak akan berjalan maksimal. Dalam tahap pelaksanaannya, proses pembelajaran tentu mengacu pada rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kerancuan atau malah ke tidak teraturan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebagai upaya untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses pembelajaran, dilakukanlah evaluasi pembelajaran. Evaluasi ini yang kemudian menjadi bahan pegangan dan titik tolak dalam perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Demikianlah, sebuah pembelajaran yang sejatinya suatu proses yang sistematis melalui beberapa tahapan. Pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang dirancang oleh pendidik/guru untuk membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu serta mengembangkan kemampuan berpikirnya, yang dalam prosesnya menuntut keaktifan peserta didik menggunakan kemampuan berpikirnya.

*****

BACAAN LANJUTAN

Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto, M. Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.


Baca Selengkapnya ....

Merencanakan Keuangan Keluarga dengan Asuransi Syari’ah

Posted by Lautan Hati Oela Monday 20 May 2013 0 comments

 

Tak dapat dipungkiri, perubahan dan perkembangan zaman senyatanya menuntut pemenuhan kebutuhan hidup yang tak sedikit. Bertolak dari kenyataan itulah, senyatanya dalam hidup diperlukan adanya sebuah manajemen, tak terkecuali pada aspek keuangan—finansial. Hal ini dimaksudkan agar, ketika aspek keuangan telah diatur dalam manajemen yang baik dan terarah, maka berbagai risiko finansial dapat ditekan, atau bahkan dicegah. Demikian juga yang berlaku dalam lingkup keluarga.

Konkretnya, ketika kita telah merencanakan keuangan keluarga secara baik, kemudian mampu mengelolanya sedemikian rupa, maka hal-hal yang kemudian dinilai sebagai risiko keuangan keluarga dapat dengan mudah diatasi. Salah satu upaya dalam merencanakan dan mengelola keuangan keluarga adalah dengan asuransi. Namun demikian, dalam memilih asuransi, perlu adanya kejelian dan berbagai pertimbangan, apalagi bagi umat Islam. Yang dikhawatirkan adalah, alih-alih mengikuti asuransi demi perencanaan keuangan keluarga yang baik, malah terjebak dalam unsur maisir dan ribawi. Oleh sebab itulah, kejelian dan kehati-hatian dalam memilih program asuransi sangat dibutuhkan.

Tersedianya berbagai program asuransi dewasa ini senyatanya menuntut pengambilan keputusan yang bijak bagi para masyarakat, terlebih yang masih khawatir akan sistem pengelolaan dalam program asuransi. Namun, bagi umat Islam, kali ini sudah tidak perlu lagi khawatir akan program asuransi dan bagaimana memilihnya. Kini telah ada asuransi syari’ah, yang hadir untuk membantu menanggulangi risiko.

Asuransi syariah adalah sebuah sistem transaksi, yang operasionalnya disesuaikan dengan syariah Islam. Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), asuransi syariah diartikan sebagai usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai syariah. Orang yang menjadi peserta asuransi syariah disebut muamman, sedangkan perusahaan asuransi syariah diistilahkan dengan muammin.

Pada dasarnya, asuransi syariah memiliki kesamaan tujuan dengan asuransi konvensional, yakni pengelolaan atau penanggulangan risiko. Namun demikian, beberapa perbedaan mendasar di kontrak awal senyatanya membuat asuransi syariah dinilai lebih fair daripada asuransi konvensional.

Hal mendasar yang membedakan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional adalah; ghaarar (ketidak pastian sumber dana yang digunakan untuk menutupi klaim dan hak pemegang polis), maisir (unsur judi yang bisa digambarkan dengan kemungkinan adanya pihak yang dirugikan atas keuntungan pihak yang lain), dan riba. Dalam asuransi syariah, jelas terhindar dari ketiga hal tersebut. Sedangkan pada asuransi konvensional, ketiga hal tersebut tak dapat dihindari.

Perbedaan lain antara asuransi syariah dan asuransi konvensional dapat dilihat dari akad yang digunakan. Pada asuransi konvensional, akad yang digunakan adalah akad jual beli (tadabbuli), sedangkan pada asuransi syariah adalah akad takafuli (tolong menolong). Pada prakteknya, dalam asuransi syariah ada Dewan Pengawas Syariah, yang bertugas mengawasi produk yang dipasarkan serta produk yang digunakan untuk investasi dana. Hal ini tidak terdapat dalam asuransi konvensional. Sehingga jelas bahwa dalam asuransi syariah benar-benar terawasi secara syariah –Islam. Sehingga dengan demikian, memilih asuransi syariah akan lebih aman, terhindar dari gharar, maisir dan riba. Bahkan pada prakteknya, sudah ada Dewan Pengawas Syariah. Hal ini kemudian yang bisa membuat aman dan tenang.

Dewasa ini telah banyak perusahaan asuransi yang menerbitkan program asuransi syariah. Sehingga sebagai umat Islam, kita sudah mendapat kemudahan untuk memilih dan mengikuti program asuransi syariah yang mana. Keikut sertaan dalam program asuransi syariah ini bukanlah hal yang sia-sia. Ada banyak manfaat bagi peserta asuransi syariah, salah satunya adalah sebagai upaya membuat dan mempersiapkan masa depan, seperti yang telah diperintahkan Allah dalam QS Al Hasyr:18.

Beragamnya program asuransi syariah yang ditawarkan oleh sekian banyaknya perusahaan asuransi senyatanya telah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memilih dan memercayakan kerja sama dengan muammin yang mana. Yang pasti, ketika harus memilih asuransi syariah, semua bergantung pada kebutuhan dan kenyamanan masing-masing individu dan keluarga…


Baca Selengkapnya ....

Lirik Lagu Peterpen –Sean— : Cobalah Mengerti

Posted by Lautan Hati Oela Sunday 19 May 2013 0 comments

 

Masih dengan lagu romantisnya, Peterpen mengizinkan karyanya untuk dinyanyikan oleh finalis Indonesian Idol; Sean. Dan, lagu ini dinyanyikan dengan apik oleh Sean. Cobalah Mengerti, ciptaan Ariel Peterpen (yang sekarang menjadi NOAH); dibawakan dengan manis dan penuh haru oleh Sean… 

Cobalah Mengerti

aku

tak kan pernah berhenti

akan terus memahami

masih terus berpikir

Bila harus memaksa

atau berdarah untukmu

Apapun itu

asal kau mencoba menerimaku

Dan kamu hanya perlu terima

dan tak harus memahami

dan tak harus berpikir

Hanya perlu mengerti:

Aku bernafas untukmu

jadi tetaplah di sini

dan mulai menerimaku...

Cobalah mengerti

semua ini mencari arti

selamanya tak kan berhenti

Inginkan-Rasakan:

Rindu ini menjadi satu

biar waktu yang memisahkan...


Baca Selengkapnya ....

Outline POLARISASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN ISLAMI

Posted by Lautan Hati Oela 0 comments

 

POLARISASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN ISLAMI

(Studi Analisis Peristiwa Pertemuan Nabi Musa dan Khidir dalam QS. Al-Kahfi:60-82)

· PENDAHULUAN

· MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN

A. Makna dasar Pendidikan dan Pembelajaran

B. Perbedaan antara Pendidikan dan Pembelajaran

C. Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran

D. Sekilas Tentang Manajemen Pendidikan

E. Hakikat Manajemen Pembelajaran

· DESKRIPSI SURAH AL KAHFI:60-82

A. Terjemah dan Tafsir Surah Al Kahfi:60-82

B. Sekilas Tentang Peristiwa Pertemuan Keilmuan antara Nabi Musa dan Khidir

C. Asbabun Nuzul Surah Al Kahfi

D. Hikmah dan Pesan Moral: Pertemuan Keilmuan Dua Nabi Allah

E. Nilai-Nilai Pendidikan dan Pembelajaran dalam Surah Al Kahfi:60-82

· POLA MANAJEMEN PEMBELAJARAN ISLAMI

(Sebuah Analisis: Interaksi Edukatif Nabi Musa dan Khidir)

A. Pemahaman Awal Tentang Interaksi Edukatif

B. Potret Ideal Interaksi Edukatif Pendidik dan Peserta Didik

C. Kedudukan Peserta Didik: Kewajiban dan Hak

D. Kedudukan Pendidik: Kewajiban dan Hak

E. Konsep Manajemen Pembelajaran Islami; yang disandarkan pada Al Qur’an

· PENUTUP


Baca Selengkapnya ....

Meningkatkan Keberadaban Bangsa Melalui Pendidikan Karakter

Posted by Lautan Hati Oela Saturday 18 May 2013 0 comments
DownWithEducationCartoon
Nyaris setiap hari, media seakan tak henti menyajikan berita kriminal dan kasus bullying, terlebih di kalangan pelajar dan kaum terdidik. Realita ini seakan membawa kita pada kesimpulan bahwa, pendidikan kita tengah dilanda sebuah masalah krusial, yang cukup menyita perhatian dan pikiran. Betapa tidak, berbagai kasus dan tindak kriminal di kalangan pelajar yang kian marak dewasa ini senyatanya telah menunjukkan dekadensi moral para peserta didik kita. Hal ini kemudian membawa pada pernyataan bahwa, pendidikan telah gagal menjalankan salah satu fungsi dan tugasnya; mendewasakan peserta didik.
Apabila menilik lebih dalam lagi, pada Undang Undang NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tertuang bahwa; Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan, Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Sehingga dengan demikian, pendidikan diharapkan menjadi motor penggerak dalam rangka pembinaan watak (karakter) dan peradaban bangsa.
Seharusnya, pendidikan mampu mencetak dan menyiapkan generasi penerus –peserta didik— menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan masa depan: yang profesional sekaligus juga beradab. Pribadi yang profesional adalah yang benar-benar berkualitas dan ahli dalam bidang yang digeluti. Pribadi yang berkeadaban adalah yang mengindahkan segenap norma tentang hidup bersama dalam suatu masyarakat atau negara.
Sebuah Catatan Tentang Keberadaban
Kata ‘adab’ memiliki arti kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak. Menurut Kamus Ilmiah Populer, adab diartikan dengan kesusilaan, tingkah laku (Pius A. Partanto, 1994:3). Beradab artinya memiliki adab, memiliki keluhuran budi, kesopanan yang tinggi. Manusia yang beradab, adalah manusia yang memiliki adab, mempunyai akhlak, kesopanan dan budi pekerti luhur. Sedangkan peradaban, bisa diartikan dengan perkembangan akhlak, nilai, budi pekerti, kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Peradaban juga berarti hal-hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.
Keberadaban suatu bangsa dapat dilihat dari kehidupan masyarakatnya. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang memiliki nilai-nilai moral yang tinggi dalam tatanan kehidupan masyarakatnya. Suatu bagian penting dalam keberadaban bangsa adalah masyarakat yang hidup di dalamnya. Bagaimana masyarakatnya hidup, akan menentukan setinggi apa dan sejauh mana keberadaban bangsa itu.
Dalam tatanan masyarakat yang heterogen dan demokratis, terwujudnya keberadaban yang tinggi menjadi suatu tantangan. Bagaimana mereka mampu mencipta dan mempertahankan nilai-nilai karakter –keberadaban— dalam keseharian, akan menjadi hal yang tidak mudah, mengingat beragamnya latar belakang dan konsep diri yang mereka miliki. Hal ini pun berlaku bagi Indonesia, yang masyarakatnya beragam.
Norma keberadaban untuk masyarakat demokratis yang bersifat majemuk meliputi tiga hal, antara lain kebebasan, persamaan dalam kesempatan atau peluang, serta toleransi terhadap kenyataan kemajemukan atau pluralisme itu sendiri (Mochtar Buchori, 2001:108). Sehingga ketika tiga hal itu mampu terpenuhi, maka keberadaban pun mewujud dan menjadi niscaya.
Konsepsi Pendidikan Karakter: Makna dan Pengembangan
Sebuah statemen yang tidak dapat diragukan lagi, apa yang telah dicetuskan oleh sang maestro, Mahatma Ghandi; bahwa “salah satu dosa fatal dari proses pendidikan adalah pendidikan tanpa karakter”. Hal ini kemudian diamini oleh pakar pendidikan Marthin Luther King, dengan pernyataannya, “kecerdasan dan karakter adalah tujuan akhir dari pendidikan yang sebenarnya”. Berdasar pada pernyataan dua pakar tersebut seyogianya mampu menggiring kita pada sebuah kesadaran masif yang mengedepankan pembinaan karakter dalam proses pendidikan. Bahwa proses pendidikan bukan hanya bertujuan untuk peningkatan inteligensi belaka. Tapi lebih dari itu, pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan, yang tujuannya juga pada pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik. Seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk dan membina karakter.
Berdasar pada realita yang ada dewasa ini, bahwa semakin banyak tindak kriminal di kalangan pelajar dan kaum terdidik senyatanya menggiring kita pada pernyataan bahwa pendidikan belum berhasil menjalankan tugas dan fungsinya; membentuk dan membina karakter. Berbagai bentuk kekerasan, kejahatan dan kriminal yang tidak memiliki landasan moral di kalangan anak dan remaja menunjukkan bahwa peserta didik kita belum memiliki karakter yang baik.
Karakter, menurut Alwisol adalah sebuah gambaran tentang tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk; baik secara eksplisit maupun implisit (Alwisol, 2008:8). Doni Koesoema (2007:80) menjelaskan bahwa; kita sering mengasosiasikan karakter dengan apa yang disebut temperamen yang memberinya definisi yang menentukan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Kita juga bisa memahami karakter dari sudut behavior yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki individu sejak lahir.
Sedangkan Amirulloh Syarbini (2012:15) mendefinisikan karakter dengan sifat yang mantap, stabil dan khusus, yang melekat dalam pribadi seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak secara spontan, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan, dan tanpa pemikiran terlebih dahulu.
Terminologi pendidikan karakter kemudian muncul sejak tahun 1990-an di dunia Barat. Sedangkan di Indonesia sendiri, istilah pendidikan karakter mulai di dengung-dengungkan sekitar tahun 2005-an. Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010) disebutkan bahwa, pendidikan karakter adalah “pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan akhlak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Karena pendidikan merupakan proses pendewasaan yang tidak hanya menyentuh ranah kognitif, tapi juga afektif dan psikomotor, maka terminologi pendidikan karakter pun harus mencakup ketiga ranah tersebut. Sehingga dengan demikian, pendidikan karakter sejatinya bukanlah sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang mana yang baik. Sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik, dan biasa melakukannya (psikomotor). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.
Terkait dengan pelaksanaannya, pendidikan karakter tidak hanya menjadi sebuah materi atau bahan ajar saja. Namun, pendidikan karakter harus lebih menjadi sebuah keteladanan. Dalam pendidikan formal, pendidikan karakter tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang hal yang baik dan buruk, serta mengapa harus melakukan hal yang baik dan menghindari yang buruk. Akan tetapi, jangkauan yang harus dicakup oleh pelaksanaan dan pengembangan pendidikan karakter harus menjadi sebuah kebiasaan yang kemudian diteladankan pendidik kepada peserta didik. Sehingga dengan demikian, peserta didik dapat melihat sebuah model –teladan— nyata dalam hidupnya. Dan dalam waktu yang sama, peserta didik pun mampu meneladani karakter positif yang diteladankan sang pendidik.
Demikianlah harusnya penerapan sebuah konsep pendidikan karakter yang sejatinya tidak cukup hanya dengan memberitahu atau mengajarkan tentang baik-buruk, atau bahkan pengertian perihal mengapa harus mengerjakan yang baik serta menghindari yang buruk. Akan tetapi lebih kepada keteladanan karakter positif secara nyata.
Pada kenyataannya, dalam upaya penerapan dan pengembangan pendidikan karakter sejatinya menuntut kepemilikan karakter positif pada diri pendidik. Selebihnya, pendidik juga harus memiliki kemampuan dan kesediaan untuk meneladankan secara nyata kepada peserta didik. Jika pendidik tidak mampu menyajikan karakter positif dirinya, untuk kemudian meneladankannya secara nyata kepada peserta didik, maka pengharapan akan keberhasilan pendidikan karakter hanya berada di angan-angan.
Banyak hal dan banyak cara yang bisa ditempuh dalam upaya penerapan dan pengembangan pendidikan karakter. Yang penting dan yang utama adalah, mengubah paradigma masyarakat dan terutama praktisi pendidikan; bahwa pendidikan itu lebih dari sekedar transfer ilmu pengetahuan, melainkan juga transfer nilai-nilai. Dengan demikian, pendidik dan pelaku pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan teknis, tetapi juga mampu menyentuh titik sentral moralitas siswa. Sehingga siswa benar-benar bisa mendapatkan suntikan motivasi untuk menjadi manusia berkarakter.
Pada dasarnya, tujuan pendidikan nasional ingin membentuk manusia yang utuh, yang tidak hanya pandai, tetapi juga bermoral dan etis. Berangkat dari hal ini lah maka kemudian dalam pendidikan formal, keberadaan pendidikan nilai-pendidikan moral-pendidikan budi pekerti dan/atau pendidikan karakter bukan hanya sebagai pengetahuan, tetapi sebagai pendidikan; yakni dengan praktek-praktek yang dapat diamati dan dipantau oleh pihak pendidikan formal itu sendiri (sekolah-perguruan tinggi).
Nilai budi pekerti, seperti penghargaan terhadap orang lain; hormat terhadap orang lain—siapa pun; mau hidup bersama dengan orang lain yang berbeda suku, ras dan agama; semua itu perlu ditanamkan dalam sekolah. Peserta didik dikenalkan dengan peserta didik lain yang berbeda agama, suku, derajat, dan diajak untuk saling bersaudara. Penghargaan terhadap orang lain, kerja sama dalam kelompok yang heterogen, keterbukaan terhadap gagasan orang lain dengan perbedaannya tanpa harus mengandalkan kekerasan (berantem), nilai-nilai kejujuran dan keadilan; semua itu dapat dilatihkan dalam sekolah. Latihan-latihan tersebut dapat dipantau sehingga nilai-nilai budi pekerti—karakter dapat dijadikan tolok ukur kelulusan peserta didik dalam sekolah.
Unsur yang paling penting dalam upaya penanaman nilai-nilai budi pekerti —karakter— dalam lingkungan pendidikan sekolah adalah pendidik dan seluruh staf sekolah sendiri. Jika unsur terpenting itu mampu mengejawantahkan karakter positif sekaligus meneladankannya secara nyata dan konsisten, maka peserta didik dapat menemukan model —teladan— nyata dalam hidupnya. Dengan melihat praktek nyata para model (teladan), peserta didik dapat belajar lebih baik.
Pendidikan Karakter dan Keberadaban Bangsa
Senyatanya, pendidikan karakter akan berbanding lurus dengan keberadaban bangsa. Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan dan pengembangan pendidikan karakter –demi tercipta habit untuk melakukan yang baik— semakin tinggi pula keberadaban bangsanya.
Dengan penerapan pendidikan karakter yang baik dan optimal, maka peserta didik akan mampu mengetahui tentang nilai-nilai, benar-salah, baik-buruk (aspek kognitif). Mereka pun mampu merasakan, menerjemahkan pentingnya berperilaku baik serta menerapkan nilai-nilai baik dalam kehidupan (aspek afektif). Untuk kemudian menjadikan perilaku baik dan mengerjakan hal-hal baik itu sebagai kebiasaan dalam keseharian (aspek psikomotor).
Demikianlah seyogianya penerapan pendidikan karakter yang diharapkan mampu mencapai tujuannya. Sehingga ketika tujuan penerapan pendidikan karakter tercapai, maka kemudian tercipta kesadaran akan kebiasaan menjadi manusia berkarakter dalam diri peserta didik. Dan, ketika masing-masing peserta didik terbiasa mengupayakan menjadi manusia berkarakter, maka nilai-nilai moral baik akan senantiasa tercipta. Yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan karakter dan keberadaban bangsa.
Pada kenyataannya, setiap negara mempunyai karakter kebangsaan yang khas dan harus ditanamkan pada warganya. Tak terkecuali Indonesia, yang memiliki karakter kejujuran, toleransi dan budi pekerti luhur. Karakter kebangsaan inilah yang seharusnya ditanamkan pada warganya, sehingga keberadaban bangsa dapat senantiasa terjaga. Dan, salah satu upaya menanamkan karakter kebangsaan pada warga adalah melalui pendidikan. Bahwa pendidikan karakter itu harus ditanamkan sejak dini dalam pendidikan formal, dari TK sampai perguruan tinggi.
Namun demikian, upaya penanaman karakter kebangsaan pada warga negara ini tidak hanya melulu menjadi tugas pendidikan formal. Lebih dari itu, penanaman karakter kebangsaan ini menjadi sebuah tugas dari ‘hubungan segi tiga sama sisi’ antara pendidikan formal, lingkungan keluarga dan pemerintah. Ketika ketiganya ikut andil dan mengambil bagian tugas sesuai porsi masing-masing, maka bukan tidak mungkin jika karakter kebangsaan mampu tertanam dalam diri peserta didik (warga negara) sehingga pada gilirannya akan mampu mencipta dan sekaligus menjaga tingginya keberadaban bangsa.
Dengan senantiasa mengupayakan optimalisasi penerapan pendidikan karakter, maka kita akan mampu meningkatkan keberadaban bangsa. Ketika pendidikan karakter telah mengakar dalam kehidupan masyarakat; ketika terjalin kerja sama yang masif antara keluarga, pendidikan formal dan pemerintah dalam mengupayakan pengembangan pendidikan karakter secara optimal; maka keberadaban bangsa dapat mewujud. Ketika pendidikan karakter telah mampu mencapai tujuannya, maka peserta didik (warga negara) mampu membiasakan diri menjunjung nilai-nilai moral, senantiasa terbiasa melakukan yang baik. Dengan demikian, bullying, tawuran atau bahkan fenomena kriminalitas dapat ditekan. Hal ini yang kemudian akhirnya akan kembali menunjukkan dan mencirikan karakter kebangsaan kita; kejujuran, toleransi dan berbudi pekerti luhur. Lebih dari itu, pendidikan akhirnya akan mampu mencetak dan menyiapkan generasi penerus –peserta didik— menjadi pribadi yang profesional sekaligus beradab. Generasi masyarakat yang tidak hanya pandai, tetapi juga berkeadaban. Semoga...
*********
BACAAN LANJUTAN
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang:UMM
Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta:Kanisius
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Syarbini, Amirulloh. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah dan Rumah. Jakarta: Asa-Prima Pustaka.

Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.