selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Tafsir Surah Al Kahfi:60-82

Posted by Lautan Hati Oela Tuesday 7 May 2013 11 comments
Berikut tafsir surah Al Kahfi:60-82, yang disarikan dari beberapa referensi kitab tafsir karya para mufasir*;
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا
60) Dalam ayat ini, Allah menceritakan tentang keteguhan dan kekerasan hati Musa untuk mencari hamba Allah yang sholih. Keinginan Nabi Musa itu disebabkan oleh teguran Allah padanya, karena merasa dirinya paling pandai dan mulya. Akhirnya Allah menegurnya dengan memberitahukan bahwa ada yang lebih pandai dan mulya dari Musa. Yaitu seorang hamba yang bisa ditemui di pertemuan dua laut. Hal itu akhirnya yang memunculkan keinginan keras Nabi Musa untuk mencari hamba yang sholih tersebut, sekaligus juga akan menimba ilmu darinya. Maka setelah mendapat petunjuk dari Allah tentang keberadaan hamba Allah yang sholih itu, berangkatlah Musa bersama muridnya, Yusa’ bin Nun.
فَلَمَّابَلَغَامَجْمَعَ بَيْنِهِمَانَسِيَاحُوتَهُمَافَاتَّخَذَسَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِسَرَبًا
61) Dalam ayat ini, Allah menceritakan bahwa setelah Nabi Musa dan Yusa’ sampai ke pertemuan dua laut, mereka berhenti. Tetapi tidak tahu bahwa tempat itulah yang harus dituju. Karena Allah tidak memberitahukan secara pasti, dimana tempat itu. Hanya saja, Allah memberi petunjuk dengan menyuruh Nabi Musa membawa ikan dalam kampil atau wadah. Dan, ketika ikan itu terlepas, maka disitulah tempatnya. (tafsir Ibn Katsir).
Pada sebuah batu, ikan itu terlepas dan Yusa’ tidak menceritakan hal itu pada Nabi Musa karena ia lupa.
فَلَمَّاجَاوَزَاقَالَ لِفَتَاهُ آتِنَاغَدَاءنَالَقَدْلَقِينَامِن سَفَرِنَاهَذَانَصَبًا
62) Dalam ayat ini, Allah menceritakan bahwa keduanya melanjutkan perjalanan hingga di hari kedua, mereka merasa lapar. Nabi Musa berkata pada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita merasa letih karena perjalanan kita”
قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْأَوَيْنَاإِلَى الصَّخْرَةِفَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَاأَنسَانِيهُ إِلَّاالشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَسَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِعَجَبًا
63) Dalam ayat ini, Allah menceritakan bahwa Yusa’ menjawab secara jujur bahwa ikan itu telah hidup kembali dan menggelepar-gelepar kemudian masuk ke laut, ketika mereka beristirahat di batu tempat bertemunya dua laut. Yusa’ lupa tidak menceritakannya pada Nabi Musa. Kekhilafan ini bukan karena tidak bertanggung jawab, tapi karena setan yang menyebabkan.
قَالَ ذَلِكَ مَاكُنَّانَبْغِ فَارْتَدَّاعَلَى آثَارِهِمَاقَصَصًا
64) Dalam ayat ini, diceritakan Musa menyambut jawaban muridnya itu dengan gembira. Musa memberitahukan bahwa tempat itu yang ia cari. Segera mereka kembali ke tempat hilangnya ikan yang mereka bawa.
فَوَجَدَاعَبْدًامِّنْ عِبَادِنَاآتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَاوَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّاعِلْمًا
65) Dalam ayat ini diceritakan bahwa, setelah Nabi Musa dan Yusa’ kembali ke tempat menghilangnya ikan yang dibawa, mereka bertemu hamba Allah yaitu Khidir, yang berselimut dengan kain putih bersih. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Khidir adalah hamba yang menerima ilmu langsung dari Allah, yang tidak diberikan kepada Musa. Sebagaimana juga Allah menganugerahkan ilmu pada Musa, yang tidak diberikan kepada Khidir.
قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّاعُلِّمْتَ رُشْدًا
66) Dalam ayat ini, diceritakan bahwa Nabi Musa meminta kesediaan Khidir untuk mengajarkan sebagian ilmu yang dianugerahkan Allah padanya, ilmu yang bermanfaat dan amal sholih. Dalam ayat ini Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa kepada Khidir yang sangat menjaga kesopanan dan memohon agar diperkenankan untuk mengikutinya, supaya Khidir memberikan sebagian ilmunya.
قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
67) Khidir menjawab: “ Kamu tidak akan sabar menyertaiku. Karena aku memiliki ilmu yang tidak kamu miliki, dan kamu pun memiliki ilmu yang tidak kumiliki. Kemampuan Khidir meramalkan sikap Musa yang tidak akan mampu menyertainya itu berdasarkan ilmu laduny dan ilmu nubuwah yang dimiliki.
وَكَيْفَ تَصْبِرُعَلَى مَالَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرً
68) Khidir juga berkata: “Bagaimana kamu dapat bersabar terhadap perbuatan-perbuatan yang lahirnya menyalahi syariatmu, padahal kamu seorang Nabi. Atau mungkin juga kamu akan mendapati pekerjaan-pekerjaanku yang secara lahiriyah bersifat mungkar, sedang secara batiniyah kamu tidak mengetahui maksudnya atau kemaslahatannya.”
قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَاءاللَّهُ صَابِرًاوَلَاأَعْصِي لَكَ أَمْرً
69) Dalam ayat ini, Nabi Musa berjanji tidak akan mengingkari dan tidak akan menyalahi apa yang dikerjakan oleh Khidir, dan berjanji pula akan melaksanakan perintah Khidir selama perintah itu tidak bertentangan perintah Allah. Janji yang beliau ucapkan dalam ayat ini didasari dengan kata-kata "Insya Allah" karena beliau sadar bahwa sabar itu perkara yang sangat besar dan berat, apalagi ketika menyampaikan kemungkaran, seakan-akan panas hati beliau tak tertahan lagi.
قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَاتَسْأَلْنِي عَن شَيْءٍحَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرً
70) Khidir menerima Musa dengan berpesan: “Jika kamu bersamaku, maka jangan tanyakan apa yang aku lakukan dan rahasianya, sampai aku sendiri yang menjelaskannya padamu. Jangan kamu menegurku atas perbuatanku yang tidak dapat kau benarkan, sampai aku sendiri yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya.” Nabi Musa menerima persyaratan itu.
فَانطَلَقَاحَتَّى إِذَارَكِبَا فِي السَّفِينَةِخَرَقَهَاقَالَ أَخَرَقْتَهَالِتُغْرِقَ أَهْلَهَالَقَدْجِئْتَ شَيْئًاإِمْرًا
71) Dalam ayat ini, dikisahkan bahwa keduanya (Musa dan Khidir) berjalan di tepi pantai dan menemukan perahu. Mereka menaiki perahu itu. Namun, Khidir tiba-tiba melobangi perahu itu dengan mencabut satu keping papan yang ada pada bagian perahu itu dengan kapak. Melihat itu, Musa berkata: “Mengapa kamu lakukan itu? Akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya yang tidak berdosa. Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar.” Kemudian Musa mengambil kain untuk menyumbat lubang itu.
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرً
72) Khidir mengingatkan Musa bahwa ia tidak akan sanggup bersabar atas perbuatan yang dilakukan Khidir.
قَالَ لَاتُؤَاخِذْنِي بِمَانَسِيتُ وَلَاتُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرً
73) Musa insaf dan mengetahui kealpaan atas janjinya. Dia minta maaf pada Khidir dan memohon agar tidak memberi hukuman atas kesalahannya itu.
فَانطَلَقَاحَتَّى إِذَالَقِيَاغُلَامًافَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِنَفْسٍ لَّقَدْجِئْتَ شَيْئًانُّكْرًا
74) Dalam ayat ini dikisahkan bahwa keduanya selamat, tidak tenggelam dan turun dari kapal, meneruskan perjalanan menyusuri pantai. Khidir melihat anak kecil sedang bermain-main. Tiba-tiba Khidir membunuh anak itu. Namun, Al qur’an tidak menjelaskan bagaimana cara Khidir membunuhnya. Para ulama’ memiliki beberapa pendapat mengenai hal ini. Ada yang berpendapat dengan menyembelihnya menggunakan pisau, membenturkan kepalanya ke dinding, atau ke batu.
Melihat hal itu, Musa bertanya pada Khidir: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang tak berdosa? Sungguh kamu telah berbuat kesalahan yang tak dapat diterima akal.”
قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِي صَبْرًا
75) Khidir berkata: “Bukankah sudah kukatakan bahwa kamu tidak akan dapat sabar mempelajari ilmu bersamaku.” Ini merupakan teguran yang kedua bagi Musa.
قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَيْءٍبَعْدَهَافَلَاتُصَاحِبْنِي قَدْبَلَغْتَ مِن لَّدُنِّي عُذْرً
76) Musa menyesal dan berkata: “Sesungguhnya aku bertanya tentang perbuatanmu yang aku saksikan itu karena aku ingin mengetahui hikmahnya. Maka jika aku menanyakan lagi setelah ini, janganlah kamu mengizinkan aku mengikutimu lagi. Karena kamu sudah cukup memberikan maaf padaku.”
فَانطَلَقَاحَتَّى إِذَاأَتَيَاأَهْل قَرْيَةٍاسْتَطْعَمَاأَهْلَهَافَأَبَوْاأَن يُضَيِّفُو هُمَا فَوَجَدَافِيهَا جِدَارًا يُرِيدُأَنْ يَنقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْشِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
77) Lalu Musa dan Khidir berjalan lagi hingga mereka berdua sampai kepada suatu negeri. Mereka minta agar penduduk negeri itu menjamunya tetapi penduduk negeri itu sangat kikir, tidak mau memberi jamuan kepada mereka. Penduduk negeri itu sangat rendah akhlaknya, sebab menurut kebiasaan-kebiasaan orang Arab, bilamana ada seorang hartawan tidak mau memberi derma kepada seorang yang minta-minta, maka hal seperti itu sangat dicela dan jika ia menolak untuk memberi jamuan kepada tamunya maka hal itu termasuk suatu kemerosotan akhlak yang rendah sekali. Dalam hal ini orang-orang Arab menyatakan celaannya yang sangat keras, sering-sering bersemboyan dengan kata kata; Si polan menolak tamu (mengusir) dari rumahnya.
Di negeri itu Musa dan Khidir mendapatkan sebuah dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir mengusap dengan tangannya, sehingga dinding itu tegak menjadi lurus kembali. Keanehan itu termasuk mukjizatnya. Musa yang melihat dinding itu ditegakkan kembali oleh Khidir tanpa mengambil upah apa-apa, ingin mengusulkan kepada Khidir supaya menerima bayaran atas jasanya menegakkan dinding itu, yang dengan bayaran itu ia dapat membeli makanan dan minuman yang sangat diperlukannya.
قَالَ هَذَافِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرً
78) Khidir berkata kepada Musa: "Pertanyaanmu yang ketiga kalinya ini adalah sebab perpisahan antara aku dan kamu". Sebagian Ulama’ Tafsir mengatakan bahwa sebab perpisahan itu tidak terjadi setelah pertanyaan yang pertama dan kedua, oleh karena pertanyaan pertama dan kedua itu pada akhirnya adalah perbuatan yang mungkar yaitu membunuh anak yang tidak berdosa dan membuat lubang (merusak) pada dinding kapal maka wajarlah bila dimaafkan. Adapun pertanyaan yang ketiga adalah Khidir berbuat baik kepada orang yang kikir, yang tidak mau memberi jamuan kepadanya, dan perbuatan itu adalah perbuatan yang baik yang tidak perlu disangkal.
أَمَّاالسَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِفَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَاوَكَانَ وَرَاءهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُكُلَّ سَفِينَةٍغَصْبًا
79) Khidir menerangkan sebab-sebab dari segala yang telah dilakukannya. Pertama, perbuatan terhadap perahu yang dilubangi dindingnya. Perahu itu kepunyaan suatu kaum yang lemah dan miskin. Mereka tidak mampu menolak kelaliman penguasa yang akan merampas perahu itu, dan mereka mempergunakan perahu itu untuk menambah penghasilannya dengan mengangkut barang-barang dagangan atau menyewakannya pada orang-orang lain. Khidir sengaja merusak perahu itu dengan cara melubanginya, karena di hadapannya ada seorang penguasa lalim yang suka merampas dan menyita setiap perahu yang utuh dan tidak mau mengambil perahu yang rusak. Sehingga karena adanya kerusakan tersebut, perahu itu akan selamat.
وَأَمَّاالْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَاأَن يُرْهِقَهُمَاطُغْيَانًاوَكُفْرً
80) Kemudian anak yang dibunuh itu adalah anak yang kafir, sedangkan kedua orang tuanya termasuk orang-orang yang sungguh-sungguh beriman. Maka kami khawatir bahwa karena kecintaan kedua orang tuanya kepada anak itu akan tertarik keduanya kepada kekafiran. Dan seandainya dia masih tetap hidup akan mengakibatkan kebinasaan pada kedua orang tuanya. Khidir juga khawatir jika anak itu hidup, akan mendorong orang tuanya pada kesesatan dan kekafiran.
فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا
81) Maka Khidir berharap bahwa Allah akan memberi rizki kepada orang tua anak tersebut, serta mengganti anak yang telah dibunuhnya dengan anak yang lebih baik, lebih sholih dan lebih sayang kepada orang tua.
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
82) Sedangkan tentang rumah yang akan roboh, itu adalah milik dua anak yatim, yang dibawah bangunan rumah itu ada harta simpanan bagi mereka. Ayah mereka adalah orang yang sholih. Maka Allah memerintahkan Khidir untuk membetulkan rumah itu. Karena jika rumah itu roboh, dikhawatirkan harta yang berada di bawahnya akan terlihat orang kemudian dicuri. Allah menghendaki dua anak yatim itu menjadi dewasa dan menggunakan harta mereka. “Sungguh, tindakan-tindakan itu bukanlah atas kemauanku sendiri. Akan tetapi atas perintah Allah.” demikian penjelasan Khidir terhadap Musa.
@@@@@
*tulisan ini sebagian kecil dari tesis yang sekarang masih dalam proses,
So… Wish Me Luck Senyum
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Tafsir Surah Al Kahfi:60-82
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ulashoim.blogspot.com/2013/05/tafsir-surah-al-kahfi60-82.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

11 comments:

Unknown said...

terima kasih izin membaca

Lautan Hati Oela said...

terimakasih kunjungannya :)

Unknown said...

Tolong sampaikan juga sumber tafsirnya
Terutama tafsir Al-Kahfi ayat 63 karena coba Mbak "Lautan Hati Oela" lihat link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=flrrzCA8gUA
Semoga membantu
Jazakillahu Khairan Katsiran

Lautan Hati Oela said...

trimaksiii maz Multa Tuli,, jazakumullah khoir
ini diantara referensinya:
Abdullah, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Ad-Dymasyqi, A. 2000. Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Toha Putra
Ar rifa’i, Muhammad Nasib (cet. ke-5). 2003. Kemudahan dari Allah: Ringkasan tafsir Ibn Katsir. Jakarta: Gema Insani Press.
Bakar, Bahrun Abu (terjemah). 2001. Terjemahan Tafsir Jalalain: Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Syuyuthi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Shihab, M Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah , Jakarta: Lentera Hati

Unknown said...

alhamdulillah makasih ukhwah

Desy isnainiati ulfah said...

👍👍

Unknown said...

Assalamu'alaykum.
Afwan mau tanya .ini referensinya dari kitab apa?

Unknown said...

Kak yang pakai al maraghi itu ayat brpa

Unknown said...

Yang al karachi itu ayat brpa kak

Noor Sa'adah said...

TESIS NYA SDH SELESAI KAH KAK

Lautan Hati Oela said...

Sudah, Alhamdu lillah 😊

Post a Comment

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.