selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



ARTI PENTING MANAJEMEN PENDIDIKAN ~(Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan)~

Posted by Lautan Hati Oela Friday 24 August 2012 0 comments
  Dari berbagai definisi manajemen dan manajemen pendidikan dalam postingan sebelumnya tentang Arti Penting Manajemen Pendidikan : definisi manajemen pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan manajemen selalu mengarah pada pencapaian tujuan organisasi yang telah diharapkan. Hal ini berarti kegiatan manajemen selalu berkait dengan fungsi suatu organisasi, atau sering kali disebut fungsi manajerial.
Seperti halnya fungsi manajemen pada umumnya, di dalam manajemen pendidikan pun fungsinya sama, yakni: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
a.Perencanaan
Fungsi perencanaan merupakan kegiatan menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan, termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.[1]
Perencanaan memerlukan pemikiran tentang apa yang akan dikerjakan, mengapa, bagaimana dan di mana suatu kegiatan dilaksanakan serta siapa yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pekerjaan tersebut. Atau dengan kata lain, perencanaan dirumuskan dalam rangka menjawab 5 W dan 1 H (What, When, Where, Who, Why, How).
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi merumuskan perencanaan pendidikan sebagai suatu proses untuk menetapkan tujuan, menyediakan fasilitas dan lingkungan tertentu, mengidentifikasikan pra syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta menetapkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar memilik kompetensi individual dan sosial secara maksimal.[2]
Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah proses pemikiran yang sistematis, analisis rasional –mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya, mengapa hal itu harus dilakukan dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan- dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agar lebih efektif dan efisien, sehingga proses pendidikan itu dapat memenuhi tuntutan dan atau kebutuhan masyarakat.
Di dalam perencanaan pendidikan terdapat beberapa model yang patut diketahui, antara lain:
1) Model Perencanaan Komprehensif
Digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, berfungsi sebagai patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik ke arah tujuan-tujuan yang lebih luas.
2) Model Target Setting
Diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi atau memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu, untuk analisis demografis, untuk memproyeksikan jumlah siswa terdaftar dan kebutuhan tenaga kerja.
3) Model Costing (pembiayaan) dan keefektifan biaya
Digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisiensi dan efektivitas ekonomis. Penggunaan model costing dalam dunia pendidikan di dasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari masalah pembiayaan. Dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan benefit tertentu.
4) Model PPBS (Planning, Programing, Budgeting System)
Dalam bahasa Indonesia adalah sistem perencanaan, penyusunan program dan penganggaran (SP4). Penerapannya hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang kompleks.[3]
Dalam perencanaan pendidikan pun perlu memperhatikan masalah-masalah pokok pendidikan yang di antaranya:
1) Bagaimana menentukan prioritas tujuan dan fungsi sistem pendidikan serta sub sistemnya.
2) Bagaimana memilih cara yang terbaik dalam mencapai tujuan dan fungsi tersebut.
3) Bagaimana perbandingan sumber daya yang dimiliki masyarakat dialokasikan untuk pendidikan dibanding untuk peruntukan yang lain.
4) Bagaimana pembiayaan pendidikan dilakukan dan didistribusikan ke masyarakat, dan siapa saja yang membiayai pendidikan.
5) Bagaimana keseluruhan sumber daya pendidikan dialokasikan untuk masing-masing jenis dan komponen pendidikan.[4]
Dengan memperhatikan segala permasalahan pokok dalam dunia pendidikan serta tanpa mengabaikan konsep dasar dan metode-metode atau langkah-langkah perencanaan, diharapkan dalam perencanaan pendidikan dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien sehingga dapat mendukung dan mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Keberhasilan proses pelaksanaan rencana, selain tergantung pada ketepatan penyusunannya, juga akan ditentukan oleh fungsi-fungsi manajemen pendidikan berikutnya yaitu pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
b.Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya dan mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Di dalam pengorganisasian terdapat beberapa langkah antara lain:
1) Menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perorang atau kelompok.
3) Menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional dan efisien. Hal ini lazim disebut departementalisasi.
4) Menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis.
5) Melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas.
Pada pengorganisasian, pembagian tugas seyogianya disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian. Dalam pendidikan misalnya, pembagian tugas guru bidang studi sudah barang tentu harus sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikannya. Dan bukankah telah diketahui bahwasanya bila suatu pekerjaan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. Dalam artian, suatu pekerjaan yang ditangani oleh orang yang tidak bisa atau tidak ahli, jelas pekerjaan tersebut tidak akan sukses sesuai tujuan.
c.Pengarahan
Pengarahan (directing) merupakan kegiatan mengarahkan yang ditujukan pada bawahan sehingga mereka menjadi pegawai (staf) yang mempunyai pengetahuan memadai dan bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
Pada dasarnya, pengarahan berkaitan dengan:
1) Motivasi;
Adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau berperilaku tertentu dan merupakan faktor penting yang mendukung prestasi kerja. Oleh karena itulah pemimpin atau manajer perlu memahami motivasi anak buah sehingga dapat mendorong mereka untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pun demikian halnya dalam bidang pendidikan, kepala sekolah selaku pemimpin selayaknya memahami motivasi anak buah karena hal ini menjadi kunci dalam mendorong orang lain untuk bekerja lebih efektif.
2) Komunikasi;
Adalah proses penyampaian pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Manajer atau pemimpin sangat memerlukan hal ini. Tak terkecuali di bidang pendidikan, kepala sekolah harus menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh staf dan lingkungan demi mencapai efisiensi dan efektivitas pendidikan.
3) Dinamika Kelompok;
Dalam organisasi terbentuk kelompok formal dan informal. Kelompok formal dibentuk untuk mengerjakan tugas-tugas yang diperlukan. Kelompok informal terbentuk karena kepentingan karyawan (interest group) dan persahabatan (friendship group). Manajer atau pemimpin harus mengarahkan dan mengefektifkan kelompok-kelompok tersebut agar mendukung peningkatan pencapaian tujuan organisasi.
4) Kepemimpinan;
Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan hubungan antar manusia. Dalam pendidikan, kepemimpinan diemban oleh kepala sekolah. Dan syarat minimalnya adalah harus mempunyai kemampuan dalam menjalankan tugas serta dalam membina hubungan baik dengan semua personal sekolah. Adapun syarat-syarat secara terperinci dapat dirumuskan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dalam menyusun syarat-syarat kepala sekolah sebaiknya tidak hanya melibatkan Share Holder sekolah tetapi juga Stake Holder yang lain.[5]
d.Pengawasan
Pengawasan diperlukan untuk melihat dan mengevaluasi sejauh mana hasil yang telah tercapai. Istilah pengawasan ini juga bisa diartikan atau disamakan dengan “pengendalian”, yang diperlukan untuk memastikan bahwa aktivitas atau kegiatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Proses pengawasan atau pengendalian ini terdiri dari tiga tahap;
1) Menetapkan standar-standar pelaksanaan pekerjaan,
Standar pelaksanaan pekerjaan (standart performance) adalah suatu pernyataan mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila suatu pekerjaan dilakukan dengan memuaskan. Penentuan standar mencakup kriteria untuk semua lapisan pekerjaan (job performance). Umumnya, standar pelaksanaan pekerjaan bagi suatu aktivitas menyangkut kriteria : ongkos, waktu, kuantitas dan kualitas.
2) Pengukuran hasil / pelaksanaan pekerjaan,
Mengukur hasil merupakan proses yang berkesinambungan, repetitive, dengan frekuensi aktual bergantung pada jenis aktivitas yang sedang diukur.
3) Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
Membandingkan hasil yang telah diukur dengan target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila sesuai dengan standar, maka manajer atau pemimpin dapat berasumsi bahwa segala sesuatunya telah berjalan secara terkendali. Namun bila di bawah standar, maka perlu diambil tindakan perbaikan berupa mengadakan perubahan terhadap satu atau beberapa aktivitas sebelumnya.
Agar pengawasan pendidikan dapat berfungsi efektif, ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan dan kriteria yang digunakan dalam sistem pendidikan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi dan produktivitas.
2) Standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan.
3) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi atau lembaga pendidikan.
4) Kuantitas pengawasan harus dibatasi. Artinya, jika pengawasan terhadap karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya. Dan akan timbul persepsi bahwa pengawasan itu sebagai pengekangan.
5) Sistem pengawasan harus di kemudi. Artinya, pengawasan menunjukkan kapan dan di mana tindakan korektif harus diambil.
6) Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan. Artinya tidak hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tapi juga penyediaan alternatif perbaikan, menentukan tindakan perbaikan.
7) Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, mencegah timbulnya masalah yang serupa.[6]

[1] Nurdin Ibrahim, Manajemen SLTP Terbuka, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan no. 036. tahun ke-8, Mei 2002, 358
[2]Tim FKIP-UMS, Manajemen Pendidikan,……, 5
[3] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), 50-51
[4] Tim FKIP-UMS, Manajemen Pendidikan,……, 9
[5] Ibid, 8
[6] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan…….., 106-107


































































Baca Selengkapnya ....

ARTI PENTING MANAJEMEN PENDIDIKAN ~(Definisi Manajemen Pendidikan)~

Posted by Lautan Hati Oela Monday 20 August 2012 0 comments
Di dalam setiap organisasi tentunya memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai. Dan untuk mewujudkannya diperlukan berbagai macam aktivitas pekerjaan, salah satunya manajemen. Pada organisasi bisnis, dikenal adanya manajemen pengiriman, manajemen perencanaan, manajemen operasi, manajemen pembelian dan sebagainya. Berbeda dengan organisasi bisnis, pada organisasi pendidikan macam-macam manajemen seperti itu tidak dikenal. Akan tetapi hanya ada satu jenis manajemen yang bertingkat yaitu manajemen tertinggi sampai manajemen terdepan.
Manajemen sendiri bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Inggris, “to manage” yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola. Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologi, manajemen sulit didefinisikan secara tepat. Pada kenyataannya, ada begitu banyak ahli yang memberikan pengertian pada manajemen dan acap kali definisi mereka berbeda-beda, bahkan tidak ada definisi dari manajemen yang telah diterima secara umum.
Pengertian dari manajemen bisa sangat luas, sehingga tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Sebagai bahan komparasi, berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang pengertian manajemen dan batasan-batasannya yang berbeda-beda:
  1. Prof. Dr. A Sanusi, SH, MPA mengartikan manajemen sebagai suatu sistem perilaku manusia yang kooperatif yang dipimpin secara teratur melalui usaha yang terus menerus dan merupakan tindakan yang rasional.[1]
  2. Burhanuddin mendefinisikan manajemen sebagai usaha pencapaian tujuan yang diinginkan dengan membangun suatu lingkungan (suasana) yang favorable terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok terorganisir.[2]
  3. Paul Hersay dan Kenneth H Blanchard memberikan batasan manajemen sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
  4. John D Millet memberi pengertian manajemen sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang telah di organisasi dalam kelompok-kelompok formal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.[3]
  5. Stoner dan Freeman mengemukakan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
  6. Robbins dan Coutter mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain, dan ia juga sebagai suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain.
  7. Gibson mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses untuk menyelesaikan suatu pekerjaan melalui orang lain.[4]
  8. Mary Parker Follet memberikan pengertian manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.[5]
Mengacu pada pengertian dan batasan manajemen yang telah dideskripsikan di atas dan terlepas dari sudut mana para ahli memberikan batasan, maka manajemen adalah seni, ilmu dan proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian terhadap orang-orang dan mekanisme kerja, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni, mengandung arti bahwa hal itu adalah suatu kemampuan, keahlian, kemahiran dan keterampilan pribadi dalam aplikasi ilmu pegetahuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Manajemen sebagai suatu ilmu, artinya akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasikan untuk mencapai kebenaran umum.
Sedangkan manajemen sebagai suatu proses, adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Proses tersebut berupa kegiatan-kegiatan dalam manajemen –yang senyatanya tidak ada kesepakatan dari para ahli dalam menentukannya- seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau ada yang mengatakan pengawasan. Hal ini akan kita bicarakan lebih dalam pada pembahasan, –ups… –postingan berikutnya.
Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa manajemen dilakukan dalam rangka mencapai tujuan. Hal ini berarti bahwa manajer atau pemimpin organisasi apapun –tanpa memedulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka- harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
Dari berbagai definisi manajemen di atas –yang tidak ada kesepakatan dari para ahli serta tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang- dapat di kemukakan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha personal pendidikan untuk mendayagunakan semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Prof. Dr. H. A. R. Tilaar, Msc. Ed, manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana pendidikan serta kegiatan implementasinya.[6] Menurutnya, manajemen pendidikan nasional sangat penting, karena bukan saja pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia Indonesia, tapi juga merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, manajemen pendidikan haruslah merupakan subsistem dari sistem manajemen pembangunan nasional.[7]
Sedangkan Dr. Made Pidarta, Mpi dalam bukunya; Manajemen Pendidikan Indonesia mengemukakan bahwa dalam pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.[8]
Layaknya berbagai organisasi atau instansi lain, untuk bisa mencapai tujuannya serta meningkatkan efektivitas dan efisiensinya, pendidikan pun memerlukan adanya manajemen.
Manajemen Pendidikan pada dasarnya menentukan, merencanakan, mengimplementasikan serta mengevaluasi program kegiatan pendidikan. Manajemen Pendidikan adalah suatu seni, ilmu dan proses di dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian atau pengawasan terhadap sumber daya dan mekanisme kerja pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen Pendidikan merupakan suatu proses dan sistem kerja yang berkala, maka manajemen pendidikan mutlak dilaksanakan secara terus menerus dan sudah barang tentu menuntut adanya perbaikan dan penyempurnaan dalam setiap realisasinya.
Demi mewujudkan suatu pendidikan yang efektif, efisien dan berkualitas, perlu adanya perencanaan yang harmonis dan terarah. Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya pengangguran terpelajar serta kurang berhasilnya penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah kualitas manajemen pendidikan yang tidak mumpuni. Padahal untuk dapat mempertahankan kualitas manajemen pendidikan, sedikitnya harus memiliki dua elemen penting, yakni sistem dan kualitas pendidik. Oleh sebab itulah, manajemen pendidikan merupakan hal vital dalam penyelenggaraan pendidikan dan sekaligus memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan serta meningkatkan kualitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan. Agar pendidikan dapat berjalan efektif, efisien dan menghasilkan output yang berkualitas, maka manajemen pendidikan pun harus tertata dengan baik.
Demikian postingan kali ini tentang definisi manajemen pendidikan. Semoga bermanfaat. Untuk lebih mempertajam pengetahuan dan analisa kita, jangan lewatkan postingan lainnya tentang; arti penting manajemen pendidikan ~(fungsi-fungsi manajemen pendidikan)~

[1] Bedjo Siswanto, Manajemen Modern, (Bandung: Sinar Baru, 1990),3.
[2] Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 14-15
[3] Bedjo Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, (Bandung: Sinar Baru, 1987), 4
[4] Sylviana Murni, Pengaruh Karakteristik Sekolah, Partisipasi Masyarakat dan Kemampuan Manajemen terhadap Karakteristik Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, no. 059, tahun ke12, Maret 2006, 186
[5] Tim FKIP-UMS, Manajemen Pendidikan, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), 1. lihat juga: T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2001),8.
[6] Istilah manajemen disebut juga pengelolaan. Lihat : Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Arkola,1994), 434. lihat juga: IIEP, Educational Planning for the year 2000.
[7]H. A. R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), 4.
[8] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Melton Putra, 1988), 4.























Baca Selengkapnya ....

KUPINANG KAU DIHARI YANG FITRI

Posted by Lautan Hati Oela Wednesday 15 August 2012 0 comments

 Model cincinSetiap orang mukmin pasti bergetar hatinya ketika gemuruh takbir berkumandang di hari kemenangan. Bagi umat Islam, Idul Fitri adalah hari yang sangat dinanti. Setelah sebulan berperang melawan hawa nafsu dan ego pribadi.

Bagiku, Idul fitri begitu banyak menyimpan kesan. Tak hanya hari kemenangan atau penyucian, tetapi juga sebuah kenangan tak terlupakan. Betapa tidak, Tuhan yang begitu bijak, telah menganugerahiku sebuah cinta di hari yang fitri. Tetapi Tuhan yang masih begitu bijak, telah mengambil cinta itu, pun di hari yang fitri. Hingga pada Idul Fitri kali ini, aku masih setia dan merasa nyaman berlama-lama di Taman Pemakaman Umum yang letaknya hanya kurang lebih lima ratus meter dari rumahku.

“Sudahlah, Nak. Pulanglah dulu, kakak dan adik-adikmu telah menunggu!”

“Nanti dulu Bu, aku masih ingin menemani suamiku. Lagi pula aku sudah bersalaman dan meminta maaf sama kakak dan adik-adik tadi”.

“Tapi sudah dua jam kamu di sini Mirna. Pulanglah, semua mengkhawatirkanmu!” ujar Ibu lembut.

“Ibu pulang saja dulu, sebentar lagi aku juga menyusul!” ucapku dengan menahan air mata.

“Baiklah Mirna, kami semua menunggumu di rumah”, tutur Ibu sebelum pergi dan membiarkan aku tetap duduk di makam suamiku.

Setahun yang lalu, tepat di hari Idul fitri, suamiku meninggal. Kondisinya saat itu sangat sehat. Bahkan kami masih sempat berkeliling ke rumah tetangga dan saudara dekat. Tapi setelah sholat Ashar, saat aku dan suamiku berniat bersilaturrohim ke rumah adik bungsuku di kampung sebelah, tiba-tiba suamiku merasa sangat lemah. Ia merebahkan diri di kamar dan menunda kepergian kami. Aku yang saat itu tengah bersiap-siap, akhirnya menuruti kata suamiku untuk menunda niat kami bersilaturrohim ke tempat adikku. Saat itu tiba-tiba suamiku menanggalkan pakaiannya dan memintaku menyelimutinya dengan selimut pemberian ibu mertuaku.

Selimut itu sudah lama tak pernah kami pakai. Bahkan untuk mengeluarkannya dari almari pun, suamiku melarangnya. Entah kenapa tiba-tiba saat itu suamiku sangat ingin aku menyelimutinya dengan selimut itu. Setelah sekian lama ia menyuruhku untuk menyimpan selimut hangat berwarna biru itu dengan rapi di almari.

“Aku sangat ingin merasakan hangatnya selimut dari ibu” tutur suamiku setengah berbisik. Tanpa banyak tanya lagi, aku pun segera menuruti keinginannya.

Disela-sela kupasangkan selimut itu, tiba-tiba suamiku tersenyum penuh haru. Ia menatapku pilu, serasa ada kata yang ingin ia ucapkan. Wajahnya terlihat begitu damai, jernih dan sayu. Ia tak pernah berhenti menatapku dalam-dalam, bahkan tak mau kutinggal meski sebentar. Dipegangnya jemariku erat-erat, hingga tak kuasa aku melepaskannya. Kulihat senyum manis tersungging di bibirnya. Persis seperti senyumannya saat kali pertama kami berjumpa.

“Maafkan aku Mirna, aku tak pernah bisa membuatmu bahagia. Aku tak bisa membelikanmu gaun yang indah, rumah yang megah, perhiasan yang mewah menawan” ucap suamiku lirih seraya meneteskan air mata. Tak pernah kulihat ia menangis penuh rasa sesal seperti sekarang.

“Aku sudah sangat bahagia hidup denganmu selama ini Mas!” jawabku dengan tulus.

“Kau masih sangat cantik Mirna, jaga diri baik-baik sayang!” ujarnya lembut. Aku tersentak mendengar ucapannya itu. Kalimat itu terasa begitu aneh bagiku.

Kugenggam erat tangan suamiku. Jemarinya begitu dingin. Kupegang keningnya, pipinya, telinganya, kakinya, semuanya dingin, sangat dingin. Wajahnya pucat pasi dan tiba-tiba tubuhnya menggigil. Tangannya menggenggam jemariku erat, dan semakin erat. Suamiku terlihat kesulitan bernafas, ia kejang-kejang hingga aku tak tega melihatnya. Kucoba menawarinya minum, tapi tak ada reaksi. Ia tetap menggenggam jemariku erat, sementara nafasnya semakin terlihat sulit. Ia semakin kejang.

Aku panik melihat suamiku menggelepar kejang. Aku tak mampu berbuat apapun, kecuali memegangnya erat-erat. Dengan nafas yang tersengal-sengal, ia berbisik, “Aku mencintaimu Mirna”. Badannya semakin dingin dan sesaat kemudian ia mengucap kalimat takbir, “Allahu Akbar”, sebelum ia menghembuskan nafas terakhir dan menutup matanya. Aku tak kuasa menahan tangis. Kucoba membangunkannya berkali-kali. “Mas Lutfi!!” teriakku pilu. Tapi ia tak bereaksi.

Jasad suamiku terbujur kaku. Seketika itu tubuhku lemas dan lunglai. Angin seakan berhenti bertiup. Suasana rumahku lengang meski banyak orang yang datang, ikut belasungkawa. Aku tak menghiraukan lagi siapa yang datang. Aku hanya tersungkur di sebelah jasad Mas Lutfi. Ranjang kami basah oleh air mataku yang tak bisa berhenti mengalir. Dinding kamar yang berwarna putih kusam itu pun serasa ikut tertunduk sedih. Sepoi angin yang biasanya masuk melalui jendela kecil di sudut kamar, saat itu seakan tertahan, enggan berhembus. Hatiku begitu sakit dan pilu. Rasanya aku tak mampu lagi menjalani kehidupanku.

“Kamu harus kuat, Nak. Ibu selalu ada di sampingmu, bersamamu” ucap ibu lirih seraya memelukku erat. Sepertinya ibu memahami apa yang kurasa, karena ibu juga sudah mengalami sakitnya ditinggal ayah. Tapi aku tahu, ibu sangat tak tega padaku, karena usia pernikahanku saat itu sangat singkat. Begitu cepat suamiku pergi menghadap Tuhan. Idul Fitri menjadi hari kesedihanku, kerapuhanku, hari berkabung ku. Suamiku dipanggil Tuhan saat usia pernikahan kami masih sangat dini.

Dua tahun sebelumnya, Idul Fitri adalah hari bahagia bagiku. Di hari yang suci itu, laki-laki yang begitu sholih, taat ibadah dan mapan secara materi telah meminangku. Perkenalan kami sangat singkat memang, tapi entah kenapa aku begitu yakin bahwa ia mampu menjadi imamku kelak.

Zainal Lutfi, pria yang kukenal lewat acara peringatan Nishfu Sya’ban di masjid itu telah memikat hatiku. Dia pria yang sederhana, wajahnya manis dan penuh kedamaian. Kulitnya sawo matang, tak begitu tinggi juga tak terlalu kurus. Hatinya sangat baik dan bijaksana. Ia sangat menghormati wanita, meskipun banyak para wanita yang menggodanya lantaran kemapanannya dalam finansial. Ia satu-satunya pemuda di kampung kami yang berhasil memiliki usaha tekstil dengan jumlah karyawan yang cukup banyak. Orang tuanya pengasuh salah satu pondok pesantren yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Sosok pria yang menjadi pujaan dan impian wanita.

Dua bulan kami bersahabat, aku pun tak mampu menepis kekagumanku padanya. Tiba-tiba tanpa kuduga sebelumnya, ia meminangku tepat ba’da Ashar di Idul Fitri. Mas Lutfi, begitu panggilan akrabku padanya, menungguku di beranda masjid selepas jamaah sholat Ashar. Wajahnya begitu syahdu penuh damai, senyumnya sangat manis. Dadaku berdebar kencang setiap kali aku melihat senyum manisnya.

“Mohon maaf lahir batin, Mirna. Taqobbal Allah minna waminkum!”

“Amin. Mohon maaf lahir dan batin juga, Mas Lutfi!”

“Aku ingin lebih memaknai Idul Fitri ini, Mirna. Aku akan membuat Idul Fitri ini semakin fitri, dengan meminta kesediaanmu menemani perjalanan hidupku. Bersedialah jadi teman hidupku, teman sejatiku menggapai Idul Fitri-Idul Fitri yang berikutnya. Kalau kau bersedia, nanti malam orang tuaku akan ke rumahmu. Menikahlah denganku. Dengan penuh harap, di hari yang fitri ini, kupinang kau Mirna” ucapnya mantap. Aku terharu, bahagia dan tak dapat berkata-kata. Sepertinya aku satu-satunya wanita yang paling bahagia di hari yang fitri. Tuhan memberiku cinta, seorang pria yang ku damba.

“Jangan terlalu lama di makam ini, Mirna! Di rumahmu banyak orang yang bersilaturrohim!”. Aku terkejut mendengar suara itu. Suara lembut ibu mertuaku.

“Aku tak tahu lagi harus seperti apa memaknai Idul Fitri ini, Bu! Tuhan menganugerahiku cinta di hari yang fitri. Tuhan mengirimku Mas Lutfi di hari yang fitri, tapi Tuhan juga telah mengambil cintaku di hari yang fitri!” ratapku pilu.

*************


Baca Selengkapnya ....

RAMADHAN TERAKHIR

Posted by Lautan Hati Oela Saturday 11 August 2012 0 comments

 

Satu-satunya cara untuk membangkitkan semangat ibadah di bulan penuh berkah ini adalah dengan menanamkan keyakinan, bahwa bulan Ramadhan kali ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita!” tutur Aisyah padaku, sesaat sebelum aku bergegas meninggalkan musholla. Kalimat itu ia ucapkan padaku karena aku lebih memilih pergi bersama teman-teman sepermainanku, ketimbang mengikuti ajakan Aisyah untuk tadarus di musholla. Aku tetap tak menghiraukan perkataan Aisyah.

Kebiasaan yang tak pernah bisa aku ubah di setiap malam Minggu adalah pergi bersama teman-teman, nongkrong di pinggir jalan, menghabiskan malam Minggu. Sebenarnya kegiatan malam Mingguku itu tak bermanfaat. Hanya saja, aku pikir itu lebih baik daripada aku hanya berdiam diri di rumah. Setiap tubuh membutuhkan kesenangan, ketenangan. Dan bagiku, dengan nongkrong dan jalan-jalan seperti itu aku sudah mendapatkan kesenangan, bahkan ketenangan.

“Iya, tapi hanya kesenangan dan ketenangan sesaat!” protes Aisyah setiap kali aku menjelaskan perihal kebiasaan malam Mingguku yang tak bisa kutinggal, meski di bulan Ramadhan. Aisyah selalu mengingatkanku untuk mengurangi kebiasaan keluar malam dan pulang pagi di malam Minggu. Terlebih di bulan Ramadhan. Sebenarnya, meskipun bukan bulan Ramadhan, Aisyah juga sudah sangat sering menasihatiku agar membuang kebiasaan buruk itu, apalagi aku perempuan. Ya, satu-satunya perempuan di antara teman-teman nongkrongku tiap malam Minggu.

“Kau tak perlu khawatir, aku pasti bisa jaga diri! Teman-temanku itu menghargai perempuan!” ujarku pada Aisyah.

“Terserahlah. Tapi setidaknya, di bulan Ramadhan ini kau bisa mengurangi kebiasaan buruk itu. Mumpung ini bulan suci, bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan. Siapa yang bisa menjamin kalau kita masih hidup di Ramadhan tahun depan? Bisa jadi, ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita!’ tutur Aisyah.

“Ramadhan tahun lalu aku sudah banyak beribadah, berdoa dan meminta pada Tuhan. Tapi sampai sekarang aku tak pernah merasa Tuhan mengabulkan doaku. Jadi, aku rasa biasa-biasa sajalah! Bulan Ramadhan atau bukan, sama saja!”

“Huss, jangan ngawur kamu, ucapanmu itu sudah keterlaluan! Ingat Lila, tidak ada satu manusia pun yang tahu, berapa lama ia akan hidup di dunia ini. Beribadah itu harus tulus, tak perlu mengharap imbalan atau balasan dari Tuhan. Bukankah sudah kewajiban kita untuk mengabdikan diri pada Yang Maha Kaya, Sang pemilik alam, pemilik kita. Sebelum Dia mengambil kita untuk kembali pada Nya!?!”

“Tapi aku merasa sama saja. Aku rajin beribadah atau tidak, aku banyak berdo’a atau tidak, hidupku tetap sama saja, begini-begini saja. Kau lihat Pak Broto dan keluarganya itu, mereka tak pernah beribadah. Jangankan ibadah di bulan Ramadhan, sholat sehari-hari saja mereka tak pernah. Tapi mereka bisa kaya, sangat kaya bahkan!” tegasku sebelum meninggalkan Aisyah.

Aisyah menggelengkan kepala. Menghela nafas panjang seraya melanjutkan menata buku di rak, sesuai klasifikasinya. Aisyah dan aku memiliki sebuah toko buku yang sudah setahun kami rintis. Tidak terlalu besar memang. Tapi hasil yang kami dapat, cukup buat bertahan hidup. Setiap hari kami bergantian menjaga toko buku itu. Karena letaknya tak jauh dari rumahku dan rumah Aisyah, jadi kami bisa dengan gampang mengelola dan memantaunya. Niat awal Aisyah sebenarnya hanya mendirikan persewaan komik dan karya sastra. Tapi aku memberanikan diri untuk menambahkannya dengan menjual buku, selain juga menyewakan komik dan karya sastra.

Bermodalkan koleksi komik dan karya sastra Aisyah yang jumlahnya cukup banyak, ditambah dengan tabunganku yang tak seberapa, kami berdua pun membuka toko buku sekaligus rental komik dan karya sastra. Penghasilan yang kami dapat memang tidak banyak. Hal itulah yang membuatku iri dengan tetanggaku, Pak Broto. Ia juga memiliki beberapa toko dan rental PS yang penghasilannya besar. Rentalnya selalu ramai dengan anak-anak. Itulah yang membuat aku dan sahabatku Aisyah tak habis pikir. Generasi muda kita lebih tertarik bermain PS, video game daripada membaca buku.

Aku juga sering merasa Tuhan tidak adil. Pak Broto yang tidak pernah ibadah, berdoa atau mengenal Tuhan saja bisa sukses dan kaya raya. Sementara aku yang selalu mencoba meningkatkan ibadah seperti yang disarankan sahabatku Aisyah, tetap saja aku tak bisa seperti Pak Broto.

Aisyah selalu menyuruhku beristighfar setiap kali aku membahas Pak Broto yang bisa hidup sukses, enak, kaya raya tanpa harus beribadah.

@@@@@

Seperti malam Minggu biasanya, malam Minggu ini aku pergi bersama teman-teman. Roy, Bagas dan Andhika menyusulku di toko buku. Mereka rela menungguku yang masih menjaga toko buku karena Aisyah belum juga datang menggantikan aku. Setengah jam berselang, Aisyah muncul dan aku pun bergegas pergi bersama Roy, Bagas dan Andhika. Kami mengendarai motor masing-masing menuju alun-alun, tempat tongkrongan pertama kami sebelum berkumpul bersama para pengamen di Jalan Mpu Prapanca. Jalan itulah yang menjadi tempat favorit para pemuda di kota kami setiap menghabiskan malam panjang.

Di tengah perjalanan menuju alun-alun, tiba-tiba sebuah mobil box melaju sangat kencang di depanku. Demi menghindari mobil box itu, aku pun membawa motorku ke bahu jalan,meliuk-liuk bagai pembalap ulung yang beradu di arena balap. Karena melihat ketiga temanku yang sudah jauh di depan, aku menambah kecepatan motor hingga akhirnya aku bisa mendahului mereka. Tapi di pertigaan Jalan Mpu Prapanca, aku membelokkan motor ke arah kiri dengan kecepatan tinggi. Tanpa kusadari, di depan juga ada mobil pick up yang melaju sangat kencang. Aku kehilangan kendali, tak mampu lagi mengurangi kecepatan motorku. Aku semakin gagap dan tak bisa menghindari mobil pick up itu lagi. Kucoba untuk nge-rem, tapi terlambat. Mobil itu sudah menyentuh ujung motorku, saling berbenturan dan menghasilkan bunyi keras yang dahsyat. Aku terlempar ke trotoar, kepalaku terbentur batuan trotoar. Banyak darah segar mengalir dari kepalaku bagian belakang, hidung dan telinga. Setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi.

Perlahan ku coba membuka mata meski terasa sangat berat. Sekelilingku terlihat berwarna putih semua, dua orang berusaha menenangkanku setelah aku sadar bahwa aku sudah di Rumah Sakit. Kepalaku sangat sakit, rasanya aku tak mampu bertahan. Tubuhku begitu lemah, tak bisa bergerak sedikit pun. Tiba-tiba nafasku tersengal-sengal, sulit bagiku untuk bernafas. Inikah akhir hidupku? Tuhan, seandainya aku mengikuti kata-kata Aisyah, seandainya kemarin-kemarin aku bisa meyakinkan diri bahwa ini Ramadhan terakhirku. Seketika itu ingatanku hanya tertuju pada Tuhan. Aku sungguh menyesal. Tak kusangka, Tuhan menjadikan Ramadhan kali ini sebagai Ramadhan terakhir bagiku.

Aku semakin sulit bernafas. Tiba-tiba kudengar lirih suara Aisyah menuntunku mengucap; “Laailaha illAllah....” sebelum nafasku lepas dan mataku tertutup selamanya.

***********


Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.