selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Maiyah Bromo; Mentadabburi Daur - Esai "Doaku Dosaku"

Posted by Lautan Hati Oela Friday 23 March 2018 1 comments

Minggu 18 Maret 2018, Maiyah Bromo kembali mengagendakan untuk melingkar. Kegiatan itu merupakan kali kedua Maiyah Bromo berkumpul melingkar untuk refleksi, tabayyun, dan tadabbur bersama. Agenda melingkar sebelumnya telah terlaksana pada 11 Pebruari 2018. Saat itu pun sekaligus mendeklarasikan keberadaan Maiyah Bromo.

Pada kegiatan melingkar Maiyah Bromo yang kedua bertempat di Sologudig Kulon, Pajarakan Probolinggo, kediaman salah satu penggiat Maiyah Bromo, dengan mangambil tema tadabbur "Doaku Dosaku."
Esai yang ditulis Emha Ainun Nadjib dan di publish pada 3 Februari 2016 itu dipilih untuk dijadikan bahan tadabbur dan refleksi bersama di kalangan Maiyah Bromo. Penggiat dan jamaah Maiyah Bromo melingkar bersama untuk kemudian menganalisa, menyampaikan sudut pandang masing masing pribadi terkait "Doaku Dosaku" lantas dapat refleksi demi tujuan memperbaiki diri. 

Kegiatan dibuka dengan doa bersama, tawasshul kepada Nabi Muhammad SAW dan Mbah Nun yang telah begitu banyak menginspirasi untuk tetap terus bergerak serta menemukan jati diri. Setelah doa bersama usai, dilanjutkan dengan ruang diskusi dan tadabbur bersama.Sebagai pengantar, sang tuan rumah kala itu memulai dengan menyampaikan pendapat dan analisa pribadinya tentang esai dan pemikiran Mbah Nun, "Doaku Dosaku" lantas kemudian disambung dengan pemaparan pendapat dan sharing dari yang lain. Perbincangan dan diskusi berjalan dengan hangat.

Esai "Doaku Dosaku" yang ditulis Mbah Nun (baca: Emha Ainun Nadjib) merupakan bentuk evaluasi sekaligus pengingat bagi kita semua, bahwa melalui ucapan pun sangat mungkin kita menemui kesalahan dan dosa. Pada esai itu tersirat refleksi pribadi Mbah Nun setelah muncul sikap protes dari salah satu hadirin dalam sebuah forum yang beliau hadiri. Seseorang menggugat puisi karya Mbah Nun di tahun 1994 yang berjudul Doa Mohon Kutukan. Singkat cerita, dalam esai itu Mbah Nun menulis bahwa dengan kesedihan dan keprihatinan telah ia ditemukan; betapa banyak kesalahan dan kebodohannya. Di setiap awal langkah, appun dalam kehidupan ini, yang kutuding dan kucari kesalahnnya adalah diriku sendiri. Tulis Mbah Nun menutup esainya, "Doaku Dosaku"



Di kalangan lingkaran Miayah Bromo, mentadabburi "Doaku Dosaku" muncul ragam pendapat dan pandangan. Yang terpenting dari sekian pandangan dalam proses tadabbur Daur I ; Doaku Dosaku, bahwa esai yang sarat makna itu setidaknya mengajarkan untuk selalu berhati-hati dalam bertutur. Karena bisa jadi, Allah malah mengabulkan ucapan seseorang yang selaras dengan pikiran dan hatinya. Layaknya kalimat yang telah lazim beredar di khalayak, bahwa perkataan adalah doa. Maka bisa saja, ketika seseorang berkata, ada malaikat yang berada disisinya lantas kemudian mengaminkan sehingga akhirnya Allah mengabulkan perkataan itu. Mungkin, dari situ lah kemudian muncul kalimat 'Perkataan adalah Doa' atau juga 'Mulutmu Harimaumu'.

Sebuah kesimpulan yang bermula dari pertanyaan kemudian muncul dalam lingkar maiyah Bromo; "Keselarasan antara pikiran dan hati dalam berucap, bisa menjadi doa?"  Kalimat itu muncul setelah sekian pandangan dan pendapat muncul bergantian. Sekian pendapat mengarah pada perkataan yang bisa saja menjadi doa. Berikut juga ada beberapa contoh nyata yang muncul dan disampaikan dalam lingkaran Maiyah Bromo. Bahwa tidak jarang contoh nyata dalam kehidupan yang melalui pernyataan dan ucapannya lantas Allah mewujudkan. Maka bukankah itu sudah cukup menjadi bukti bahwa perkataan mampu menjadi sebuah doa. Beragam pendapat dan contoh nyata orang-orang yang dimakbul ucapannya oleh Allah itu yang kemudian menggiring pada sebuah pertanyaan; mungkinkah keselarasan antara pikiran dan hati dalam berucap, bisa menjadi doa? Saat seseorang berucap dan ketika ia berkata,  yang dikatakan itu sesuai antara isi hati dan pikirannya.... Ketika isi hati dan pikiran yang sama kemudian terlontar dalam ucapan, bisa saja menjadi doa. Maka bukan tidak mungkin jika Tuhan kemudian mengabulkan  ucapan seseorang yang selaras dengan pikiran dan hatinya. Untuk itulah, sangat dibutuhkan kehati-hatian dalam ucapan, perkataan, dan perbuatan atau tindakan. Wallahu a'lam

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Maiyah Bromo; Mentadabburi Daur - Esai "Doaku Dosaku"
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ulashoim.blogspot.com/2018/03/maiyah-bromo-mentadabburi-daur-esai.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 comments:

Unknown said...

keren mbak ula ..lanjutkan ..hehe

Post a Comment

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.