selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Menakar Progresivitas Warga Melalui event “SEMIPRO (Seminggu di Probolinggo)”

Posted by Lautan Hati Oela Saturday 27 January 2018 0 comments

Menakar Progresivitas Warga Melalui event SEMIPRO (Seminggu di Probolinggo)*

Sudah sangat akrab di telinga, event tahunan yang rutin digelar Pemerintah Kota Probolinggo untuk mendayagunakan potensi daerah. Semipro, yang merupakan kependekan dari kalimat Seminggu di kota Probolinggo senyatanya dari tahun ke tahun memiliki keunikan dan keragaman tersendiri. Setiap tahun dari awal mula digelar, Semipro selalu mengalami beragam perubahan, bahkan tema yang diusung pun selalu berbeda.

Kendati mengalami beragam perubahan atau mungkin inovasi, event Semipro dan segala hal yang terkait memang selayaknya mendapat perhatian lebih, untuk kemudian dievaluasi pada setiap akhir pelaksanaannya. Tujuan evaluasi tidak lain adalah untuk memperbaiki diri. Sehingga pada gelaran ke depan dan tahun-tahun berikutnya akan jauh lebih baik, serta semakin menebar kemanfaatan.

Ada perbedaan signifikan pada Semipro tahun ini yang resmi digelar sejak 28 Agustus sampai 4 September 2017. Perbedaan yang paling kental terlihat adalah sentuhan dan nilai religius didalamnya. Entah karena tahun ini bertepatan dengan peringatan Idul Adha, atau karena ada masukan dari berbagai pihak, atau memang inisiatif penyelenggara untuk lebih menekankan nuansa religiusitas dalam event tahunan itu. Bisa saja, penyelenggara belajar dari pengalaman di tahun sebelumnya, yang sempat muncul keriuhan bahkan keributan antar warga pada saat dan/atau pasca event Semipro. Sehingga pada Semipro tahun ini, ada beberapa item yang ditambah dengan sentuhan religi. Contohnya pada opening yang menyertakan musik religi, atau pada malam idul adha yang digelar takbir bersama. Lebih dari itu, pada 10 Dzulhijjah (1 September 2017) digelar pengajian Akbar di kawasan pusat event Semipro (baca: alun-alun).

Terlepas dari alasan yang melatar belakangi kentalnya nuansa religi pada event Semipro tahun ini, sejatinya warga memang membutuhkan semacam ‘terapi psikis’ atau pencerahan-pencerahan batin yang mampu menggugah dan mengarahkan hanya kepada hal-hal kebaikan. Sehingga efek domino yang muncul adalah kemampuan dan kemauan untuk memberi rasa aman terhadap orang lain. Jika hal itu mewujud dalam diri masing-masing warga, maka bukan tidak mungkin, kedamaian, keramahan, keteduhan, serta kerukunan menjadi icon warga Probolinggo. Dan pada saat yang sama, tentunya tindak kriminal akan mampu terkikis habis. Maka upaya menambah sentuhan religi sejatinya mampu menjadi nilai plus dalam event Semipro tahun ini. Salut!

Seperti biasa, event Semipro yang dipusatkan di alun-alun kota Probolinggo cukup menarik perhatian warga. Penyajian ragam seni budaya serta bermacam produk kuliner senyatanya mampu menyedot animo warga untuk ikut andil dan ambil bagian dalam event tahunan itu. Maka tentu saja, banyak hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan demi suksesi event tersebut. Hal paling krusial yang perlu diperhatikan adalah tentang keamanan. Berdasar pada pengalaman sebelumnya, sempat terjadi kericuhan antar warga pada saat event Semipro berlangsung. Hal ini setidaknya berhubungan dengan kondisi psikologi dan tingkat emosional warga, selain jaminan keamanan yang masif dari penyelenggara tentunya. Maka kemudian faktor keamanan tidak bisa dinegasikan.

Selain sampah —entah bekas mainan, bungkus makanan atau yang lainnya— hal yang identik dengan gelaran Semipro adalah kemacetan. Meskipun tidak dalam kategori parah, kemacetan tetap saja menjadi hal yang kerap ‘mengganggu’. Dan tentu saja, salah satu hal yang erat kaitannya dengan kemacetan yang terkadang muncul pada event tahunan kota Probolinggo itu adalah lahan parkir. Senyatanya, lahan parkir merupakan sesuatu yang kemudian menjadi dualism object pada event Semipro. Di satu sisi, lahan parkir bisa menjadi ‘ladang pemasukan’ bagi warga sekitar alun-alun kota Probolinggo. Warga sekitar yang memiliki lahan kosong dan cukup luas, dapat dengan mudah merelakannya menjadi tempat parkir motor bagi pengunjung Semipro. Di sisi lain, beberapa warga yang sekaligus pemilik usaha (kafe atau toko) disekitar alun-alun tidak bersedia menyediakan tempat parkirnya untuk pengunjung Semipro. Dengan jelas, mereka meletakkan papan bertuliskan “bukan tempat parkir pengunjung Semipro”. Maka tak ayal, lahan parkir juga hal yang tidak kalah urgen untuk dikonsep-matangkan. Karena selain terkait dengan keamanan dan kenyaman pengunjung, hal itu juga berimbas pada kelancaran lalu lintas sekitar kawasan pusat event Semipro.

Arus lalu lintas di kawasan pusat Semipro (alun-alun) juga perlu diperhatikan. Lalu lintas disekitar kawasan parkir kendaraan harusnya lebih ditata rapi. Seandainya memang kawasan itu khusus untuk parkir, maka lalu lintas di kawasan itu seyogianya steril, tidak ada lagi kendaraaan yang lalu lalang di kawasan parkir kendaraan, bahkan dengan kendaraan plat merah sekalipun. Tentang kuliner yang disajikan, jenisnya sudah cukup beragam. Bermacam jenis kuliner berbagai etnik setiap hari ada, penyajiannya pun menarik. Namun masih saja banyak jenis yang harganya kurang ‘merakyat’. Ah... lagi lagi, itu hanya pendapat pribadi dan beberapa kawan yang –maklumlah— masih berkantong cekak.

Sedikit hal yang mungkin saja bisa menjadi bahan refleksi dan evaluasi adalah, dampak jangka panjang yang diberikan event Semipro terhadap warga, bukan hanya sekedar dampak institusional semata. Apa saja yang akan menjadi tujuan akhir event Semipro? Sudah mampukah event sekaliber Semipro melahirkan putra asli daerah yang expert dibidangnya (seni, budaya, kuliner, wawasan keilmuan-kepribadian dan kreatifitas lainnya), yang bisa terus mengakar dan menjalar bahkan selepas event Semipro berselang? Lantas seberapa progresif warga Probolinggo disaat, dan setelah event Semipro terlaksana? Jangan-jangan warga hanya (merasa) diberdayakan ketika event Semipro berlangsung, dan setelahnya akan kembali menjadi warga yang murung, tanpa keinginan serta kekuatan untuk terus maju memperbaiki diri dan kondisi pribadi? akankah warga hanya terberdaya dan progresif selama setahun sekali, seperti pelaksanaan Semipro? Atau memang Semipro hanya cukup pada peningkatan kunjungan wisatawan di Probolinggo, dan selebrasi warga untuk belanja, bermain, berlibur serta menghibur diri yang mungkin saja mengarah pada titik hedonisme belaka? Maka kemudian, sustainable effect dari event Semipro selayaknya juga mengarah pada progresivitas warga. Wallahua’lam...

*terbit di tabloid SUARA KOTA Probolinggo EDISI 08 tahun 2017

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Menakar Progresivitas Warga Melalui event “SEMIPRO (Seminggu di Probolinggo)”
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ulashoim.blogspot.com/2018/01/menakar-progresivitas-warga-melalui.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.