selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF SOLUSINYA

Posted by Lautan Hati Oela Thursday 7 February 2013 0 comments

Setiap individu merupakan pribadi yang unik dan berbeda antara satu dengan yang lain. Tak terkecuali dalam proses serta hasil belajar, setiap individu memilki perbedaan dalam melalui dan mencapai proses-hasil belajar. Ada beberapa individu yang mengalami proses belajar dengan baik dan maksimal. Namun juga ada individu yang mengalami gangguan dalam belajarnya atau biasa disebut dengan kesulitan belajar.




Kesulitan belajar berasal dari istilah learning disability , yang arti sesungguhnya adalah ketidakmampuan belajar. Akan tetapi, dalam negara kita istilah ‘kesulitan belajar’ lebih sering dipakai dan dianggap lebih tepat dibanding dengan ‘ketidakmampuan belajar.’ Dan yang pasti, istilah kesulitan belajar dinilai lebih optimistik daripada ketidakmampuan belajar. Sehingga di Indonesia, learning disability lebih diterjemahkan dengan kesulitan belajar.
Definisi kesulitan belajar atau learning disability dikemukakan pertama kalinya di Amerika Serikat pada kisaran tahun 1997. Pemerintah Amerika Serikat mengalami berbagai perubahan dalam mendefinisikan learning disability. Hal ini dikarenakan adanya berbagai ketidak sepahaman dalam memahmi istilah tersebut. Sehingga kerap muncul kritik atas definisi istilah itu yang kemudian melahirkan definisi-definisi baru.
Di Indonesia pun belum terdapat definisi yang baku akan istilah kesulitan belajar. Istilah yang diadopsi dari learning disability itu pun memiliki definisi yang sama dengan definisi yang telah dikemukakan di Amerika. Meskipun terdapat berbagai definisi kesulitan belajar atau learning disability, namun dapat ditemukan beberapa kesamaan dalam definisi yang telah ada.
Kesulitan belajar adalah sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi syaraf pusat.
Di Indonesia yang masih tidak ada definisi baku tentang kesulitan belajar akhirnya menunjukkan bahwa, setiap anak yang memperoleh prestasi belajar rendah, maka para guru pun akan menyebutnya sebagai siswa berkesulitan belajar.
Salah satu penyebab kesulitan belajar yang diduga berasal dari adanya disfungsi neurologis atau syaraf pusat inilah yang akhirnya menjadikan istilah kesulitan belajar tidak bisa disamakan dengan tuna grahita atau retardasi mental. Namun demikian, kesulitan belajar bisa saja terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang menggangu, misalnya ganguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional.
Beberapa hal yang mengindikasikan kesulitan belajar pada seorang anak atau individu antara lain:
a.       kemungkinan adanya disfungsi neurologis
b.      adanya kesulitan dalam tugas-tugas akademik
c.       adanya kesenjangan antara prestasi dengan potensi
d.      adanya pengeluaran dari sebab-sebab lain atau pengaruh lingkungan
Disamping disfungsi neurologis, terdapat pengaruh lingkungan yang diduga menjadi penyebab timbulnya kesulitan belajar, misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat dan/atau strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar seseorang atau peserta didik, pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat, tuntutan-tuntutan dari lembaga pendidikan dan/atau upaya mengajarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan seorang anak serta faktor-faktor psikogenik.
Disfungsi neurologis yang menjadi penyebab utama kesulitan belajar senyatanya juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional. Beberapa faktor yang menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya akan menyebabkan kesulitan belajar antara lain:
a.       faktor genetik
b.      luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen
c.       biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan syaraf pusat)
d.      biokimia yang dapat merusak otak ( misalnya zat pewarna pada makanan)
e.       pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam)
f.       gizi yang tidak memadai
g.      pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang dapat merugikan perkembangan anak (deprivasi lingkungan)
Apabila ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, kesulitan belajar disebabkan oleh adanya kelambatan kematangan dari suatu fungsi neurologis. Oleh sebab itu, kesulitan belajar bersifat sementara sehingga banyak diantara anak-anak berkesulitan belajar yang tidak lagi memperlihatkan gejala-gejala kesulitan belajar setelah mereka remaja atau dewasa.
Secara garis besar, kesulitan belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
a.  kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disability);
Kesulitan belajar jenis ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi serta kasulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar ini sukar diketahui, baik oleh orang tua atau guru, karena tidak ada pengukuran-pengukuran sistematik seperti halnya dalam bidang akademik.
b.      kesulitan belajar akademik (academic learning disability);
Kesulitan belajar jenis ini menunjukkan pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut meliputi penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis dan matematika.
Berbeda dengan kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, kesulitan belajar akademik ini dapat dengan mudah diketahui. Hal ini dikarenakan oleh adanya standar atau pengukuran sistematiknya, sehingga individu yang mengalami kesulitan belajar akademik dapat diketahui ketika ia gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.
            Kesulitan belajar sebenarnya dapat diatasi atau ditangggulangi. Bahkan, ketika diketahui penyebab atau telah mengidentifikasi secara dini maka kesulitan belajar dapat dicegah sehingga tidak semakin parah.
Ada beberapa jalan yang bisa ditempuh untuk menanggulangi kesulitan belajar. Diantara beberapa solusi yang dapat digunakan untuk masalah kesulitan belajar adalah :
a.      remedial teaching
Program pengajaran remedial atau remedial teaching pada hakikatnya adalah sebuah kewajiban bagi para guru/pendidik setelah mereka mengadakan evaluasi formatif dan menemukan beberapa peserta didik yang belum dapat meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam setiap akhir kegiatan pembelajaran, pada tiap unit pelajaran selalu diadakan tes formatif demi mengetahui kemampuan dan hasil belajar peserta didik. Dalam evaluasi tersebut akan diperoleh peserta didik yang dianggap belum tuntas atau belum mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah adanya evaluasi tersebut, peserta didik yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial. Hal ini dimaksudkan agar tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai.
Kendati demikian, tak dapat dipungkiri juga bahwa masih ada saja peserta didik yang belum berhasil atau bahkan mengalami kegagalan dalam pembelajaran, meskipun telah mendapatkan program pengajaran remedial. Untuk kasus seperti ini biasanya dialami oleh anak berkesulitan belajar. Dan, tidak mungkin guru reguler atau guru kelas terus-menerus membantu para peserta didik atau anak-anak semacam itu. Maka kemudian, pemberian pengajaran remedial bagi anak berkesulitan belajar hendaknya diserahkan kepada guru yang memiliki keahlian khusus dalam pelayanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Guru tersebut biasa dikenal dengan guru remedial (remedial teacher). Dengan demikian, dalam sebuah lembaga pendidikan idealnya memiliki dua jenis guru, yakni guru reguler (baik guru kelas atau guru bidang studi) dan guru remedial yang khusus menangani dan memberikan pelayanan pendidikan serta pengajaran remedial bagi anak berkesulitan belajar.
Sebelum memberikan remedial teaching, seorang guru seyogyanya menegakkan diagnosis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan belajar serta alternatif strategi pengajaran remedial –yang efektif dan efisien—yang akan diberikan kemudian. Dengan demikian, pemberian remedial teaching pada para peserta didik atau anak akan mendatangkan hasil yang diharapkan, sehingga tujuan belajar dapat tercapai serta anak/peserta didik akan mengalami keberhasilan dalam pembelajaran.
b.      asesmen
Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak/peserta didik, yang kemudian akan digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak/peserta didik tersebut.
Tujuan utama dari suatu asesmen adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak yang memiliki kesulitan belajar.
Terkait upaya penanggulangan kesulitan  belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan:
a.)    penyaringan (screening)
anak-anak/peserta didik berkesulitan belajar disuatu lembaga pendidikan diidentifikasi untuk menentukan anak/peserta didik mana yang memerlukan pemeriksaan yang lebih komprehensif.
Dalam screening ini dilakukan evaluasi sepintas, misalnya melalui observasi informal oleh guru, untuk menentukan siapa diantara anak-anak/peserta didik yang memerlukan evaluasi intensif
b.)    pengalihtanganan (referral)
berdasarkan hasil evaluasi pada tahap screening, anak-anak/peserta didik kemudian dialih tangankan (referral)  pada seorang ahli, misalnya psikolog atau dokter untuk memperoleh pemeriksaan lebih lanjut.
c.)    klasifikasi (classification)
melalui hasil pemerikasaan dari seorang ahli, baik psikolog maupun dokter tersebutlah anak/peserta didik kemudian diklasifikasikan untuk menentukan apakah mereka benar-benar memerlukan pelayanan dan penanganan khusus.
d.)   perencanaan pembelajaran (instructional planning)
dalam tahap ini asesmen dilakukan demi penyusunan program pengajaran individual
e.)    pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress)
pada tahap ini asesmen dapat dilakukan dengan menggunakan tes formal, informal, observasi dan prosedur asesmen yang didasarkan pada kurikulum.
Proses pengumpulan informasi atau asesmen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui wawancara, observasi, pemgukuran informal dan tes baku formal. Berbagai metode pengumpulan informasi tersebut hendaknya tidak dilakukan secara sendiri-sendiri tetapi secara simultan. Pada waktu melakukan wawancara misalnya, dapat dilakukan observasi; begitu juga pada saat anak/peserta didik sedang mengerjakan tes baku formal.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari proses asesmen itulah kemudian dapat diambil berbagai tindak lanjut, baik berupa proses pembelajaran yang akan dipakai untuk anak/peserta didik berkesulitan belajar, ataupun penanganan lainnya terkait anak/peserta didik berkesulitan belajar.
c.       program pendidikan individual
Program Pendidikan Individual atau Individualized Education Program adalah suatu program yang dikhususkan bagi anak/peserta didik yang memiliki masalah kesulitan belajar. Program ini merupakan bentuk pelayanan dari Pendidikan Luar Biasa bagi peserta didik/anak berkesulitan belajar. Namun sayangnya, di Indonesia program ini masih belum banyak dikenal dan diterapkan.
Dalam prakteknya, program pendidikan individual ini dikembangkan oleh guru PLB yang bertugas di lembaga pendidikan atau sekolah biasa. Program pendidikan individual ini diadakan bukan tanpa alasan. Dalam keberadaannya, program pendidikan individual ini senyatanya bermanfaat untuk menjamin bahwa setiap anak dan/atau peserta didik yang memiliki masalah kesulitan belajar mempunyai suatu program yang diindividualkan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan khas mereka dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang berkepentingan dalam bentuk tertulis. Program semacam itu diharapkan dapat membantu para guru/pendidik untuk mengadaptasikan program umum dan/atau program khusus bagi anak berkesulitan belajar, yang bertolak dari kekuatan, kelemahan dan minat anak.
Program pendidikan indivisual ini seharusnya memuat lima pernyataan, yakni pernyataan tentang:
a.)    taraf kemampuan anak/peserta didik saat ini
b.)    tujuan pembelajaran umum dan penjabarannya dalam tujuan pembelajaran khusus
c.)    pelayanan khusus yang tersedia bagi anak/peserta didik
d.)   proyeksi tentnag kapan dimulainya kegiatan dan waktu yang digunakan untuk memberikan pelayanan
e.)    prosedur evaluasi dan kriteria keberhasilan program
Sebelum diterapkan, program pendidikan individual harus dievaluasi kelayakannya terlebih dahulu. Evaluasi ini dilakukan oleh suatu tim yang disebut dengan TP-3I (Tim Penilai Program Pendidikan Individual), yang beranggotakan guru PLB yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang pendidikan bagi anak/peserta didik berkesulitan belajar, guru reguler (guru kelas atau guru bidang studi), kepala sekolah, orang tua, ahli yang berkaitan dengan anak (dokter dan psikolog), serta –kalau memungkinkan—anak/peserta didik itu sendiri.
Dalam merancang program pendidikan individual, terdapat beberapa langkah yang perlu diambil, diantaranya adalah:
a.)    membentuk Tim Penilai Program Pendidikan Individual (TP-3I)
b.)    menilai kekuatan, kelemahan serta minat anak/peserta didik
c.)    mengembangkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek
d.)   merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan
e.)    menentukan metode evaluasi untuk mengetahui kemajuan anak/peserta didik
d.      pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang beragam
metode dan strategi dalam pembelajaran merupakan hal penting dalam upaya penanganan dan penanggulangan anak/peserta didik yang memiliki masalah kesulitan belajar. Dengan mengembangkan metode dan strategi belajar-mengajar yang tepat, efektif dan efisien, anak/peserta didik diharapkan mampu mencerna bahan pelajaran dengan baik sehingga tak lagi terjerat dalam masalah kesulitan belajar.
Tiga rancangan pembelajaran yang dapat dicoba diterapkan dalam menangani dan menanggulangi anak/peserta didik berkesulitan belajar antara lain:
a.)    melatih proses yang kurang
metode ini merupakan upaya untuk memperbaiki proses (bagian pelajaran/bab-sub bab) yang kurang atau memperbaiki ketidakmampuan anak/peserta didik serta menyiapkan mereka untuk belajar lebih lanjut.
Manfaat dari metode ini adalah untuk membantu anak/peserta didik membangun dan mengembangkan berbagai fungsi pemrosesan yang lemah melalui latihan.
b.)    mengajar melalui proses yang disukai
pendekatan ini menggunakan modalitas kekuatan anak sebagai dasar strategi pembelajaran. Anak/peserta didik yang menyukai modalitas pendengaran sebagai sarana untuk belajar, diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada penggunaan indra pendengaran. Anak/peserta didik yang lebih menyukai modalitas penglihatan, diajar dengan strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada penggunaan indera penglihat. Dan, anak/peserta didik yang lebih menyukai modalitas gerak, diajar melalui strategi pembelajaran yang mengutamakan gerakan.
c.)    pendekatan kombinasi
pendekatan pengajaran ini merupakan kombinasi dari dua pendekatan sebelumnya. Alasan diterapkannya metode ini adalah, guru tidak hanya perlu menekankan pada kekuatan pemrosesan, tetapi juga secara bersamaan psikologis memberikan landasan yang berguna dalam bidang kesulitan belajar.
Pendekatan pengajaran kombinasi ini memungkinkan guru untuk berupaya mengajar anak/peserta didik berkesulitan belajar, meskipun untuk itu guru harus bekerja keras.
*****
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF SOLUSINYA
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ulashoim.blogspot.com/2013/02/kesulitan-belajar-dan-alternatif.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.