selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Menggagas Konsep Ideal Manajemen Pendidikan Islam

Posted by Lautan Hati Oela Friday 13 April 2012 2 comments

 

Terkait implementasi manajemen pendidikan nasional dengan diiringi manajemen pendidikan Islam demi meningkatkan mutu lembaga pendidikan, senyatanya memang terdapat benang merah yang kemudian mengindikasikan adanya kesamaan antara manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional dalam beberapa hal, sehingga keduanya merupakan suatu sinergi yang saling melengkapi. Dalam manajemen pendidikan nasional mengharuskan adanya manajerial serta pemimpin yang berkualitas dan berpengetahuan luas. Demikian pula halnya pada manajemen pendidikan Islam, yang tertuang dalam QS. As Sajadah: 24, yang juga mengatur dan mengharuskan adanya pemimpin berkualitas dan berpengetahuan luas.

Melalui optimalisasi manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional, lembaga pendidikan dapat lebih memberdayakan diri serta meningkatkan mutu dan kualitasnya. Sudah terang, entitas dan eksistensi manajemen pendidikan Islam sangatlah mendukung bagi implementasi manajemen pendidikan nasional karena memang keduanya saling bersinergi dan melengkapi.

Kendati manajemen pendidikan Islam dan konsepnya masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional, namun bukan berarti bahwa manajemen pendidikan Islam tidak memiliki acuan yang menjadi bahan baku untuk diolah, dikelola dan dikembangkan sendiri oleh seluruh umat manusia. Dalam manajemen pendidikan Islam memang tidak terdapat konsep yang baku, akan tetapi ada acuan dasar yang dipakai untuk merancang dan mengembangkan konsepsinya, umat manusia benar-benar diberi kebebasan. Acuan dasar tersebut tidak lain adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Pada dasarnya, Islam bukanlah sebuah sistem kehidupan yang praktis dan baku, melainkan sebuah sistem nilai dan norma (perintah dan larangan). Bahkan menurut Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA; dalam Islam tidak terdapat sistem pendidikan yang baku, melainkan hanya terdapat nilai-nilai moral dan etis yang seharusnya mewarnai sistem pendidikan tersebut.

Berbagai komponen yang terdapat di dalam pendidikan Islam -termasuk juga manajemen pendidikan Islam- harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan etis ajaran Islam. Dalam hal pendidikan, Islam hanya menyediakan bahan baku, sedangkan untuk menjadi sebuah sistem yang operasional, manusia diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk membangun dan menerjemahkan. Karenanya, tidak ada pendidikan Islam yang baku, melainkan manusia dirangsang untuk menciptakan pendidikan yang ideal.

Begitu pula pada manajemen pendidikan Islam, tidak ada konsepnya yang baku. Tetapi manusia senantiasa dirangsang untuk mencipta dan membangunnya. Untuk itu, bukanlah hal yang salah apabila di masa-masa sekarang ini manajemen pendidikan Islam masih mengikuti konsep dari manajemen pendidikan nasional, selama tidak bertentangan dengan acuan dasar atau bahan bakunya, yakni Al-Qur’an dan Hadist. Dan bukan tidak mungkin apabila kelak muncul konsep manajemen pendidikan Islam yang baru dan lebih baik dari konsep yang sekarang. Karena memang manusia senantiasa untuk merancang, membangun dan menerjemahkan berdasarkan bahan baku yang telah ada. Dengan demikian, tidak ada konsep manajemen pendidikan Islam yang baku, akan tetapi manusia terus dirangsang untuk menciptakan manajemen pendidikan yang ideal.

Dalam upaya menciptakan konsep manajemen pendidikan Islam yang ideal, telah terdapat beberapa pendapat, usulan dan pemikiran dari beberapa pakar yang tentunya layak dipertimbangkan, dikaji ulang untuk kemudian dapat diupayakan implementasinya. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Buah pemikiran Abudin Nata

1) Lembaga pendidikan (Islam) hendaknya melakukan kerja sama yang paling menguntungkan dengan masyarakat atau pemakai lulusan pendidikan, dengan berbagai pihak perusahaan juga dengan berbagai departemen atau lembaga sosial yang perlu diajak bekerja sama.

2) Pengelola pendidikan seyogianya mampu merumuskan tujuan pendidikan yang harus diupayakan melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri dan produktif, mengingat dunia yang akan datang adalah dunia yang kompetitif.

3) Pendidik/guru harus berperan sebagai motivator, desainer, fasilitator dan guidance (pemandu) di dalam proses pembelajaran.

b. Buah pemikiran Azyumardi Azra

1) Dalam segala hal yang menyangkut operasional pendidikan pada suatu lembaga pendidikan (Islam), stake holders harus selalu dilibatkan. Semisal dalam pengembangan kurikulum, penentuan dan pelaksanaan muatan lokal, proses pembelajaran dan lain-lain.

2) Dalam aplikasinya, harus terdapat reintegrasi ilmu pada dunia pendidikan, yakni antara ilmu agama dan umum. Sehingga tidak lagi dikotomi, dan pendidikan yang dijalankan berorientasi pada “tauhid paradigm of science” yakni pendidikan Islam yang di dalamnya harus ada keselarasan dan kesatuan antara aspek lahir dan batin, eksoteris dan isoteris (kognitif, afektif dan psikomotor) yang mendukung terjadinya aktivitas.

3) Dalam upaya pengembangan kurikulum, pengelola pendidikan (Islam) harus mampu merancang dan mengimplementasikan suatu pembentukan dan pembinaan keterampilan –yang kini populer dengan istilah life skiill- peserta didik.

4) Lembaga pendidikan (Islam) harus menumbuhkan apresiasi dan memberi respons sepatutnya terhadap semua perkembangan yang terjadi di masa kini dan mendatang, sehingga pendidikan (Islam) benar-benar fleksibel dan peka zaman.

c. Buah pemikiran Ramayulis

1) Pengelola pendidikan Islam dituntut untuk mampu me”manage” semua faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan Islam sekaligus juga harus memperhatikan perbedaan peserta didiknya dan berupaya menyikapi perbedaan yang ada secara bijak.

2) Dalam mengelola lembaga pendidikan Islam, seorang administrator atau manajer harus benar-benar kompeten dan profesional, adil, demokratis, memiliki tanggung jawab Islami serta menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber kebijaksanaannya dalam mengambil setiap keputusan.

Telah terdapat begitu banyak pendapat dan pemikiran dari para pakar pendidikan yang tentunya dapat mendukung penciptaan dan upaya implementasi konsep ideal manajemen pendidikan Islam, yang kesemuanya benar-benar memiliki iktikad dan harapan menuju pendidikan Islam yang paling ideal. Manajemen pendidikan Islam memang belum terkonsepkan secara baku, karena Islam senantiasa merangsang dan menyuruh umatnya untuk dapat menggagas serta mengaplikasikan konsep pendidikan yang paling ideal, termasuk juga pada konsep manajemen pendidikan Islamnya.

Dari beberapa buah pemikiran para pakar pendidikan terkait dengan konsep yang ideal dari manajemen pendidikan Islam, setidaknya dapat menjadi masukan dan acuan bagi para pengelola pendidikan Islam –baik pesantren, madrasah, sekolah-sekolah Islam maupun perguruan tinggi Islam- di dalam mengupayakan pengelolaan yang profesional, efektif dan efisien sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan Islam. Karena pada dasarnya, baik atau buruk, serta profesionalisme suatu lembaga pendidikan Islam ditentukan oleh para pengelolanya. Suatu lembaga pendidikan Islam yang tidak profesional dapat diketahui antara lain dari manajemen pendidikannya. Lembaga pendidikan tersebut memiliki manajemen pendidikan yang statis, yang umumnya dapat dicontohkan dengan misalnya bahwa lembaga itu hanya diurus oleh dan dengan menekankan kekuatan kelompok, ikatan darah atau keturunan, etnis dan wibawa institusi ideologis keagamaan tertentu atau dapat dikatakan ‘Family Oriented’. Sedangkan lembaga Islam yang profesional lebih menekankan pada manajemen kompetitif dan kreatif serta kompetensi pribadi, korporasi rasional dan ilmiah sesuai perkembangan zaman.

Untuk itulah, sudah saatnya lembaga pendidikan Islam menata ulang pola manajerialnya yang mungkin dapat mengambil langkah taktis dari buah pemikiran para pakar pendidikan terkait dengan konsep manajemen pendidikan Islam yang ideal –yang kali ini masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional- dengan AlQur’an dan Hadits sebagai dasar dan landasannya demi membawa lembaga pendidikan Islam menuju keberhasilan serta mengatasi berbagai kelemahan sistem pendidikannya. Seperti yang diungkapkan Mastuhu perihal kelemahan sistem pendidikan madrasah (salah satu lembaga pendidikan Islam) antara lain; mementingkan materi di atas metodologi, mementingkan memori di atas analisis dan dialog, mementingkan pikiran vertikal di atas literal, mementingkan penguatan otak kiri di atas otak kanan.

Dengan mencoba mengkaji serta menerapkan pemikiran para pakar yang kemudian menghasilkan konsep ideal manajemen pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah diharapkan mampu mengatasi kelemahan sistem pendidikannya sehingga kemudian dapat lepas dari stigma yang ada bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan kelas bawah. Konsep ideal manajemen pendidikan Islam –yang untuk saat ini masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional- adalah upaya menghasilkan suatu pendidikan yang paling ideal.

Konsep manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional secara umum memang sama. Karena dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan Islam sudah terintegrasi, tetapi dalam aplikasinya terdapat ciri khas pendidikan Islam.

Kendati pada masa kini konsep manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional sama, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar yang dapat dilihat dari nilai Islam sebagai landasan pengembangan organisasi, seperti dalam menentukan visi misi, budaya organisasi atau kebijakan-kebijakan strategis. Dengan demikian, meskipun dalam konsep manajemen pendidikan antara nasional dan Islam adalah sama, bersinergi dan terintegralisasi, namun dalam hal-hal penentuan visi misi, budaya organisasi atau kebijakan-kebijakan strategis, lembaga pendidikan Islam memakai nilai-nilai normatif dari Islam. Terlepas dari semua itu, sejatinya manajemen pendidikan nasional dan manajemen pendidikan Islam adalah dua sisi yang saling melengkapi, saling bersinergi dan integral.


Bibliographical:

Abudin Nata, 2003, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.,

Azyumardi Azra,2002 Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokrasi, Jakarta: Kompas.

Ramayulis, 2001, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (sebuah pengantar); Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,

Made Pidarta, 1988, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.

Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam; Strategi Budaya Menuju Masyarakat Akademik, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Senyum

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Menggagas Konsep Ideal Manajemen Pendidikan Islam
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ulashoim.blogspot.com/2012/04/menggagas-konsep-ideal-manajemen.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

2 comments:

Unknown said...

Assalamu`alaikum, Mohon izin copas ya buk...
Terima Kasih
Wasslam

Lautan Hati Oela said...

'alaikum salam...
silahkan N jangan lupa cantumin di bibliographinya

Post a Comment

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.