Sekilas Tentang Peristiwa Pertemuan Keilmuan antara Nabi Musa dan Khidir (Telaah Al Kahfi: 60-82)
Secara keseluruhan, surah Al Kahfi turun berkaitan dengan teguran Allah SWT terhadap rasululloh Muhammad SAW karena kesedihannya akan sikap pemuda-pemuda Quraisy, dan sebagai peringatan agar setiap kali berjanji hendaknya mengucapkan Insya Allah.
Sedangkan surah Al Kahfi:60-82 merupakan kisah yang menggambarkan interaksi antara Musa (yang dalam kisah tersebut berperan sebagai murid), dengan Khidir (yang berperan sebagai guru).
Pada dasarnya, kisah peristiwa pertemuan Nabi Musa dan Khidir dalam surah Al Kahfi dapat dibedakan menjadi empat babak atau empat episode:
1. Episode pertama (ayat 60-64), yakni cerita perjalanan Musa dan muridnya, Yusa’ bin Nun untuk menemukan Khidir.
Pada episode ini dikisahkan bahwa Nabi Musa bersama muridnya berjalan mencari hamba Allah yang memiliki ketinggian ilmu melebihi Musa. Pencarian Musa terhadap Khidir ini dimaksudkan bahwa Musa akan belajar kepada Khidir.
Keinginan Musa untuk belajar pada Khidir disebabkan teguran Allah padanya, yang merasa paling pandai. Maka ketika Musa mengatakan bahwa tidak ada yang lebih pandai dan mulia dari dia, Allah segera menegurnya, dan memberitahunya bahwa ada hamba Allah yang lebih pandai dan mulia dari Musa. Setelah mendapat petunjuk dimana Musa dapat menemukan hamba Allah itu, maka Musa bersama muridnya berjalan sampai menemukan tempat bertemunya dua laut. Disitu ikan yang mereka bawa menghilang dan tiba-tiba menggelepar ke lautan, maka disitulah tempat hamba Allah itu berada. Hingga akhirnya, Musa bertemu dengan hamba Allah tersebut; Khidir.
2. Episode kedua (ayat 65-70)
Pada episode ini diceritakan Musa bertemu dengan hamba Allah yang sholih, yang dikaruniai ilmu yang tidak dimiliki Musa. Dialah Khidir. Dengan santun, Musa mengutarakan maksudnya untuk menimba ilmu (belajar) dari hamba Allah tersebut. Namun, Khidir menjawab bahwa Musa tidak akan sanggup bersabar jika bersamanya. Mendengar jawaban itu, Musa berdalih dan membela diri bahwa ia akan berusaha sabar dan tidak akan menentang Khidir. Akhirnya, Khidir pun memberi persyaratan bagi Musa jika ia mau mengikutinya, maka Musa tidak boleh mempertanyakan apapun yang dilakukan Khidir, sampai ia sendiri yang menjelaskan. Musa sepakat dengan persyaratan tersebut. Berjalanlah keduanya menyusuri lautan.
3. Episode ketiga (ayat 71-77)
Dalam episode ini, dikisahkan bahwa Musa dan Khidir berjalan bersama. Musa sebagai murid dan Khidir sebagai gurunya. Hingga pada saat mereka menaiki sebuah perahu, tiba-tiba Khidir melobangi perahu itu. Musa merasa ada yang aneh dengan perbuatan Khidir itu dan memprotesnya. Namun Khidir hanya menjawab: “Kamu tidak akan bisa bersabar denganku.” Musa pun meminta maaf dan memohon agar Khidir tidak menghukumnya.
Mereka kembali berjalan hingga bertemu seorang anak kecil, dan tiba-tiba Khidir membunuhnya. Musa kembali geram dan memprotes tindakan Khidir itu. Lagi-lagi, Khidir dengan ringan menjawab: “Sungguh, kamu tidak akan bisa bersabar denganku.” Namun, untuk kedua kalinya Musa meminta maaf dan berjanji, jika ia bertanya tentang apapun yang dilakukan Khidir, ia siap ditinggalkan Khidir dan mau diberhentikan menjadi murid Khidir.
Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di suatu daerah. Di daerah itu mereka menjumpai sebuah rumah yang hampir roboh. Dengan ikhlas, Khidir membetulkannya, tanpa meminta imbalan apapun. Kembali Musa merasa heran dengan tindakan Khidir tersebut. Musa bertanya kenapa Khidir tidak mau meminta imbalan. Namun, Khidir menjawab dengan bijak: “Saat inilah perpisahan antara kita.” Setelah kejadian itu akhirnya mereka benar-benar berpisah. Musa menyadari bahwa ia tidak bisa sabar, tidak mampu mengikuti persyaratan yang diberikan Khidir saat awal mereka bersepakat untuk berjalan bersama.
4. Episode keempat (ayat 78-82)
Dalam episode ini dikisahkan bahwa sebelum Khidir meninggalkan Musa dan keduanya berpisah, Khidir menjelaskan tentang semua tindakannya yang menurut Musa aneh dan ganjil.
Bahwa apa yang telah dilakukan Khidir, yang menurut Musa salah itu adalah sebuah tindakan yang mengandung hikmah dan bukan tanpa tujuan. Semua itu dilakukan Khidir melalui petunjuk dari Allah SWT.
Melobangi perahu yang mereka naiki itu tujuannya adalah melindungi perahu itu dari tindakan perampok. Perahu itu milik orang miskin, dan diujung laut ada perampok yang akan mengambil setiap perahu yang berlayar. Khidir melobangi dan merusakkan perahu itu dengan tujuan agar perahu itu tidak dirampas oleh para penjahat, karena perahu itu sudah rusak.
Tindakan Khidir yang selanjutnya, membunuh anak kecil. Tujuan Khidir melakukan hal itu adalah melindungi orang tua sang anak. Karena orang tua anak tersebut adalah orang mu’min. Sehingga untuk menghindari agar anaknya tidak membawa orang tuanya kedalam kesesatan dan kekufuran, maka Khidir membunuh anak tersebut. Kemudian Khidir berdoa agar Allah menganugerahi anak yang sholih, anak yang lebih baik bagi sepasang suami istri itu.
Sedangkan tindakan Khidir membetulkan dinding rumah yang hampir roboh tanpa meminta imbalan itu dikarenakan rumah itu milik dua anak yatim, yang dibawah bangunan rumah itu terdapat harta peninggalan orang tua mereka. Allah menginginkan keduanya dewasa dan dapat menggunakan harta tersebut kelak.
Demikianlah, Khidir bertindak bukan atas kemauannya sendiri, melainkan dengan rahmat Allah SWT.
*******
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
0 comments:
Post a Comment