Potret Ideal Interaksi Edukatif Antara Pendidik dan Peserta didik (Telaah QS Al Kahfi:60-82)
Masih dalam tema pendidikan dan pembelajaran… Kali ini, kita coba menggali tentang ‘interaksi edukatif’ yuuuuk….?!!
Interaksi edukatif merupakan syarat mutlak dalam sebuah proses pembelajaran. Tanpa adanya interaksi edukatif, maka proses pembelajaran akan sulit menjalankan fungsi dan perannya. Tanpa interaksi edukatif, proses pembelajaran pun kesulitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun demikian, tidak semua interaksi dapat disebut dengan interaksi edukatif, meskipun interaksi tersebut terjadi antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian, ada yang membedakan antara interaksi edukatif dengan yang bukan. Salah satu perbedaan tersebut dapat dilihat dari prinsip-prinsip dan ciri yang dimiliki interaksi edukatif.
Dalam interaksi edukatif terdapat beberapa ciri, yang kemudian dapat menentukan dengan pasti bahwa sebuah interaksi itu disebut interaksi edukatif. Ciri-ciri itulah yang akan membedakan antara interaksi yang edukatif dan interaksi yang tidak bermuatan edukatif.
Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamaroh (2000:15-16), ciri-ciri interaksi edukatif itu antara lain:
1. Memiliki tujuan.
Tujuan yang akan dicapai dalam sebuah interaksi edukatif adalah untuk membantu peserta didik dalam suatu perkembangan tertentu. Sehingga dengan demikian, jika sebuah interaksi tidak bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat berkembang, maka sudah dapat dipastikan bahwa interaksi tersebut bukanlah sebuah interaksi edukatif.
2. Memiliki prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan.
Agar tujuan untuk menjadikan peserta didik lebih berkembang dapat tercapai, maka dibutuhkan segenap langkah-langkah taktis yang sistematis. Sehingga dalam interaksi edukatif sejatinya terdapat beberapa prosedur dan langkah yang harus dijalankan, demi pencapaian tujuan, yang dalam hal ini perkembangan peserta didik.
3. Adanya penggarapan materi secara khusus.
Materi harus dipersiapkan, dan didesain sedemikian rupa sehingga sesuai untuk mencapai tujuan. Mendesain dan mempersiapkan materi itu harus sebelum berlangsungnya interaksi edukatif. Sehingga saat interaksi edukatif berlangsung, telah ada sejumlah desain, program dan sekaligus guide untuk mengembangkan interaksi edukatif.
4. Adanya aktivitas peserta didik.
Dalam interaksi edukatif, peserta didik merupakan pusat sentral, sehingga aktivitas peserta didik menjadi syarat mutlak dalam interaksi edukatif.
5. Pendidik berperan sebagai pembimbing.
Dalam perannya sebagai pembimbing, pendidik harus berusaha menyalakan motivasi peserta didik sehingga tercipta interaksi edukatif yang kondusif. Pendidik juga harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif.
6. Membutuhkan disiplin.
Dalam interaksi edukatif, disiplin adalah sebuah pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang ditaati dengan sadar oleh pendidik maupun peserta didik (prosedural). Ketika langkah-langkah dalam interaksi edukatif menyimpang dari prosedur, maka hal itu telah mengindikasikan pelanggaran disiplin.
7. Mempunyai batas waktu
Dalam upaya mencapai tujuannya, interaksi edukatif dibatasi dengan waktu. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus sudah tercapai.
8. Diakhiri dengan evaluasi.
Evaluasi harus dilakukan pendidik agar dapat diketahui, sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.
Dalam proses interaksi edukatif, terjadi trilogi hubungan pendidik dan peserta didik, yakni (1) hubungan instruksional, (2) hubungan emosional, (3) hubungan spiritual. Hubungan instruksional lebih bersifat teknis dan mekanis yang terjadi dalam proses pembelajaran, sesuai tujuan yang diharapkan. Sedangkan hubungan emosional adalah hubungan antara pendidik dan peserta didik yang dilandasi oleh perasaan, yaitu perasaan cinta. Sejatinya, cinta menumbuhkan kepercayaan di antara pendidik dan peserta didik. Dan, kepercayaan menimbulkan kewibawaan. Sementara itu, hubungan spiritual merupakan hubungan yang dijalin oleh latar belakang dan semangat tradisi, budaya, agama dan ideologi. (Muhammad Nurdin, 2004:14).
Nah, masih ingat kan dengan QS Al Kahfi:60-82? Ayat yang menceritakan kisah pertemuan keilmuan antara Musa dan Khidir…
Setelah mengetahui definisi, ciri-ciri dan prinsip-prinsip interaksi edukatif, maka dapat diketahui pula bahwa dalam peristiwa pertemuan antara Nabi Musa dan Khidir yang diceritakan dalam surah Al Kahfi:60-82 pun terdapat sebuah interaksi edukatif. Hal ini dapat ditilik dari proses dialogis antara keduanya. Khidir yang sejak awal mengatakan bahwa Musa tidak akan sanggup mengikutinya dan bahkan menjadi muridnya, pada dasarnya Khidir memberikan waktu bagi Musa agar berpikir kembali, apakah ia benar-benar akan mengikuti Khidir dan mempelajari ilmu yang dimiliki Khidir.
Dari dialog tersebut sejatinya Khidir –yang berperan sebagai pendidik— benar-benar bersikap demokratis, memberikan kebebasan bagi Musa untuk memikirkan kembali keinginannya menjadi murid Khidir sehingga dapat menentukan pilihan, apakah ia benar-benar serius atau tidak.
Melalui kisah Nabi Musa dan Khidir dalam Surah Al Kahfi:60-82 juga dapat terlihat jelas bahwa pertemuan antara keduanya merupakan sebuah pertemuan keilmuan, yang di dalamnya terdapat interaksi edukatif.
Beberapa hal yang bisa menjadi dasar dan alasan bahwa interaksi yang terjadi antara Nabi Musa dan Khidir merupakan interaksi edukatif adalah:
1. Interaksi antara Musa dan Khidir memiliki tujuan, yakni untuk memberikan ilmu ma’rifat kepada Nabi Musa. Namun demikian, jika dipahami lagi, tujuan lain yang melatar belakangi pertemuan keilmuan kedua Nabi tersebut adalah untuk memberi pelajaran pada Nabi Musa bahwa ada orang yang lebih pandai dan mulia dari dia, sehingga dalam hidup tidak boleh sombong.
2. Memiliki prosedur yang direncanakan. Dalam hal ini, prosedur yang direncanakan itu berupa persyaratan yang diberikan Nabi Khidir kepada Nabi Musa. Bahwa Nabi Musa tidak boleh menanyakan apapun yang diperbuat Nabi Khidir, sampai Nabi Khidir sendiri yang menjelaskannya.
3. Dalam interaksi antara Musa dan Khidir terdapat penerapan kedisiplinan. Khidir sebagai pendidik mensyaratkan agar Musa disiplin menjalankan aturan, prosedur dan/atau kontrak belajar yang ditetapkan Khidir sebelumnya.
4. Adanya batas waktu dalam proses interaksi antara Musa dan Khidir. Ketika Nabi Musa sudah dinilai tidak mampu berdisiplin menjalankan persyaratan dan aturan yang ditetapkan Khidir, maka Nabi Musa harus menerima konsekuensi atas kesalahannya tersebut.
5. Pada interaksi antara Nabi Musa dan Khidir terdapat upaya evaluasi yang dilakukan Khidir terhadap Musa. Setelah melewati beberapa peristiwa dalam interaksi keduanya, Khidir menilai bahwa Musa tak mampu bersabar dalam menuntut ilmu. Musa tidak mematuhi prosedur dan aturan yang telah ditetapkan Khidir.
Bertolak dari kisah pada Surah Al Kahfi:60-82 tersebut, maka senyatanya dapat ditemukan sebuah formula yang dapat diterapkan dalam menjalankan proses pembelajaran, khususnya dalam interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik. Bahwa idealnya, interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik –jika berdasar pada QS Al Kahfi:60-82— harus bertujuan untuk membantu peserta didik untuk berkembang menjadi lebih baik, terutama dalam segi sikap, akhlak atau perilaku.
Interaksi edukatif idealnya juga harus memilik perencanaan dan prosedur untuk diterapkan dalam wujud langkah taktis, sebagai upaya mencapai tujuannya, yaitu perkembangan peserta didik.
Dalam interaksi edukatif seyogianya pun harus diterapkan prinsip kedisiplinan. Sehingga peserta didik terbiasa menjalankan aturan yang ada, demi perkembangan dan kebaikan peserta didik sendiri.
Interaksi edukatif juga membutuhkan adanya batas waktu dalam pencapaian tujuan. Sehingga dalam merumuskan tujuan pun juga ditetapkan batas waktu, kapan tujuan itu dapat tercapai.
Dalam interaksi edukatif juga harus disertai dengan evaluasi. Setelah melewati proses interaksi edukatif, pendidik harus mampu menilai perkembangan peserta didik. Bagaimana perkembangan peserta didik antara sebelum terjadi interaksi edukatif dan sesudahnya.
Demikianlah seharusnya potret ideal interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik, berdasarkan Al Kahfi:60-82.
*******
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
0 comments:
Post a Comment