selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Menebar Kebaikan; Memberi Rasa Nyaman: Menjadi sebaik-baik alat bagi-Nya

Posted by Lautan Hati Oela Wednesday 11 December 2013 0 comments

Sejatinya sudah menjadi tanggung jawab pendidik untuk bisa memahami, merangkul, dan memberi rasa nyaman kepada peserta didiknya, selain memberikan ilmu pengetahuan tentunya.

Namun ada yang mengharuskan aku berpikir ulang, tentang apa yang seyogianya kulakukan setelah mendapat kunjungan konsultasi dari salah satu wali murid. Sungguh, mulanya aku tak bisa menyangka, aku bisa menjadi tempat untuk menumpahkan curahan hati wali murid yang, tidak hanya terkait nilai atau prestasi dari anaknya. Tapi aku sangat bersyukur, karena dengan kedatangan wali murid untuk sekedar berbincang atau sharing—berkonsultasi itu, aku jadi merasa bahwa keberadaanku bisa memberikan manfaat bagi sesama. Bukankah hal ini yang menjadikan manusia berada pada posisi yang sebaik-baiknya …?! Ya, kemanfaatan bagi manusia lain. Karena sesuai yang disabdakan Nabi Muhammad, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.

Beberapa waktu lalu  ada seorang wali murid menemuiku. Ayah dari salah satu muridku itu tiba-tiba datang, dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang akan dikonsultasikan. Mulanya aku sempat heran juga. Karena selama ini aku tidak pernah melayangkan surat panggilan apapun, kepada siapa pun muridku. Dan, prestasi semua muridku juga masih tidak bermasalah (semoga memang tidak akan ada masalah serius dengan prestasi murid-muridku, selamanya).

Namun setelah sedikit berbasa-basi, wali murid itu kemudian menceritakan permasalahannya. Ia berharap aku bersedia membantu. Waaaah… sudah layak menjadi konsultan, atau psikolog saja aku ini yaaa?!! Hihihi. Dengan lancar dan penuh haru, wali murid itu menceritakan permasalahan dalam keluarganya. Sungguh, dalam hati sebenarnya aku tidak ingin tahu lebih dalam. Tapi karena memang dia yang langsung menceritakan tanpa memberi aku jeda untuk bertanya, akhirnya aku hanya pasrah untuk mendengar apa yang ia ceritakan. Kupikir, karena itu adalah permasalahan dalam keluarganya, aku tidak berhak tahu secara detail. Namun, ketika sebuah kalimat terlontar darinya, aku baru menyadari bahwa memang (mungkin) dibutuhkan peranku dalam hal ini. Wali murid itu berharap bahwa aku bisa memberi perhatian lebih pada anaknya, karena saat ini ia sedang dalam proses perceraian. Oh My God… Sungguh, aku sangat tidak ingin tahu banyak dan mendalam perihal rumah tangga orang. Tapi kalau dia sendiri yang menceritakan secara gamblang, aku bisa apa? Aku minta dia untuk berhenti bercerita pun itu tidak sopan. Bersikap cuek, acuh, dan tidak menghiraukan ceritanya pun semakin tidak beretika rasanya.

Tapi setelah cukup lama bercerita, bapak wali murid tadi mengutarakan keinginannya. Bahwa ia ingin agar proses perceraiannya itu tidak berdampak pada putrinya, yang tidak lain adalah muridku. Dalam hati, aku sangat yakin mengatakan; bagaimana mungkin proses perceraian orang tua tidak akan berdampak pada sang anak? Tapi sekali lagi, karena aku ingin memberikan manfaat bagi sesama, maka aku berusaha mengatakan bahwa aku akan berusaha membantu sebisaku. Tentu dalam menangani muridku, bukan perihal perceraian dan permasalahan dalam keluarga si bapak wali murid itu!

Setelah selesai berbincang dan mengutarakan curahan hatinya, bapak wali murid itu pun mohon diri. Dan, saat itu pun aku kembali mengungkap tanya dalam hati, ‘apa yang harus aku lakukan?’ Atau, “apa yang bisa aku lakukan?” Segera aku masuk kelas, kutatap muridku yang berada dalam permasalahan ‘kedua orang tuanya’ itu. Tak tega rasanya aku melihat wajah cantik dan sendu muridku itu. Meskipun aku tak pernah mengalami kejadian yang sama. Meskipun aku tak pernah merasakan berada dalam situasi ‘di ambang perceraian orang tua’… tapi aku masih bisa berempati. Berkali-kali kulempar senyum pada wajah itu. Sampai murid-murid lain sempat bertanya, kenapa aku seperti memberi ‘perlakuan istimewa’ padanya.

Setelah sekian waktu kucoba mencari alternatif sikap yang bisa aku ambil. Ternyata, ada langkah mudah yang bisa aku lakukan. Sebisa mungkin, aku harus berusaha membuat ‘murid spesialku’ itu merasa nyaman, bahagia saat berada di sekolah. Yaah… setidaknya saat ia berada di sekolah, ia mampu melupakan rasa sedihnya karena permasalahan proses perceraian orang tuanya di rumah. Sepertinya itu hal termudah yang bisa dan harus bisa kulakukan. Berusaha membuat ia merasa nyaman, berusaha membuat ia tertawa lepas berbahagia saat bersama denganku, dengan teman-temannya di sekolah. Semoga dengan langkah kecilku itu memberi manfaat besar baginya. Sungguh, aku menyayangi murid-muridku. Aku menyayangi ‘murid spesialku’ itu, spesial karena ia masih dalam permasalahan keluarganya.

Letupan doa dari hatiku terdalam, semoga aku senantiasa mampu menebar kebaikan, menebar nilai-nilai (moralitas) dan ilmu Tuhan. Dan pada saat yang sama, semoga aku masih bisa selalu bermanfaat bagi sesama, semoga Tuhan berkenan menjadikanku sebagai sebaik-baik ‘alat’ bagiNya. Amien

Senyum

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Menebar Kebaikan; Memberi Rasa Nyaman: Menjadi sebaik-baik alat bagi-Nya
Ditulis oleh Lautan Hati Oela
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ulashoim.blogspot.com/2013/12/menebar-kebaikan-memberi-rasa-nyaman.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.