Manajemen Pendidikan Berbasis Kemitraan atau yang biasa disebut MPBK adalah konsep manajemen pendidikan yang diperuntukkan bagi lembaga pendidikan profesional kedinasan. Namun demikian, konsep manajemen pendidikan yang lahir pada kisaran tahun 2006 ini senyatanya juga dapat diterapkan pada lembaga pendidikan lainnya.
Lahirnya MPBK ini diawali oleh adanya asumsi yang menyatakan bahwa dibutuhkan peningkatan kualitas SDM dalam penyelenggaraan pembangunan di berbagai daerah, sebagai konsekuensi logis dari berlakunya UU No.22 Thn 1999 dan UU No. 32 tahun 2004.
Manajemen Pendidikan Berbasis Kemitraan yang ditujukan bagi lembaga pendidikan profesional kedinasan ini berlandaskan pada beberapa hal, diantaranya:
- paradigma desentralisasi atau otonomi daerah
- paradigma baru sistem pendidikan nasional yang mengindikasikan adanya pendelegasian otoritas pendidikan pada daerah yang mendorong otonomisasi di tingkat sekolah serta perlibatan masyarakat dalam pengembangan program-program kurikuler serta pengembangan sekolah lainnya
- paradigma 'good governance' yang menekankan arti penting kesetaraan antara institusi negara, swasta dan masyarakat
- paradigma 'total quality management' yang titik tekannya pada kualitas
- peraturan perundangan yang mengindikasikan adanya keharusan peran aktif pemda propinsi, pemda kota/kabupaten serta masyarakat dalam pendidikan
- keterlibatan pemda propinsi dan kota/kabupaten dalam proses penyelenggaraan pendidikan harus ditingkatkan
Beberapa prinsip dasar atau kerangka filosofis manajemen pendidikan berbasis kemitraan-MPBK- antara lain:
peningkatan kualitas SDM penyelenggara pembangunan;
kesadaran akan pentingnya SDM berkualitas;
networking dengan berbagai instansi;
komunikasi internal yang baik;
kesamaan persepsi tentang prinsip dan tujuan bermitra;
persamaan persepsi tentang kualitas penyelenggara pendidikan.
Dalam implementasi MPBK, proses pembelajaran yang digunakan berbasis pendidikan pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana peserta didik sebagai subyek dari sistem pendidikan, yang diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, sehingga guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, dan relasi antara peserta didik bersifat
'multicommunication'
