DAKWAH RASULULLAH DI MEKKAH
Tuesday 31 October 2017
2
comments
DAKWAH RASULULLAH DI MEKKAH
Oleh
kelompok :
Ardhita Cahya P.
Astried
Ayuning P.
Krisna Izha
K.
Malik Azis
Bogie A.
Tasya
Belinda P.
A. MASYARAKAT
ARAB PRA ISLAM
Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal dengan sebutan
zaman jahiliyah. Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan terhadap
kebenaran. Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat
senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan
dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada masa itu.
Kehidupan mereka belum teratur seperti sekarang.
Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam.
Kaum wanita dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan
kaum pria. Bahkan bila bayi lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup.
Mereka menyembah berhala dan kalau sudah jemu/bosan berhala itu pun diperjual-belikan, menurut mereka sikap kejujuran adalah merupakan suatu keanehan bagi mereka sedangkan kemunafikan menjadi hal yang biasa, dan perzinaan, minum-minuman keras,berfoya-foya merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang jahiliyah. Mencuri dan merampok merupakan bagian dari kehidupan mereka. Bagi mereka yang penting adalah hidup untuk makan, sekalipun harus megorbankan orang lain. Peradaban mereka sendiri tidak berkembang dan hidup dalam kebodohan. Keadaan semacam itu dapat diselamatkan dengan lahir dan tumbuhnya agama islam di Jazirah Arab.
Mereka menyembah berhala dan kalau sudah jemu/bosan berhala itu pun diperjual-belikan, menurut mereka sikap kejujuran adalah merupakan suatu keanehan bagi mereka sedangkan kemunafikan menjadi hal yang biasa, dan perzinaan, minum-minuman keras,berfoya-foya merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang jahiliyah. Mencuri dan merampok merupakan bagian dari kehidupan mereka. Bagi mereka yang penting adalah hidup untuk makan, sekalipun harus megorbankan orang lain. Peradaban mereka sendiri tidak berkembang dan hidup dalam kebodohan. Keadaan semacam itu dapat diselamatkan dengan lahir dan tumbuhnya agama islam di Jazirah Arab.
B. PENGANGKATAN MUHAMMAD MENJADI RASUL
Kondisi
masyarakat Arab sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul sangatlah
rusak, banyak terjadi perang antar suku, penyembahan berhala, dan juga mengubur
bayi perempuan hidup-hidup; karena pada saat itu memiliki anak perempuan adalah
sesuatu yang memalukan, sehingga zaman tersebut dinamakan dengan zaman
jahiliyah atau zaman kebodohan. Kekecewaan Muhammad S.A.W membuatnya melakukan
kontemplasi atau berkholwat atau menyendiri di Goa Hiro.
Ketika Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam telah berusia 40 tahun, Allah mengutusnya menjadi
rasul-Nya sebagai rahmat bagi sekalian alam yang diutus kepada segenap umat
manusia dan sebagai pembawa kabar gembira. Sebelumnya Allah Ta’ala telah
mengambil perjanjian dari tiap-tiap rasul yang diutus sebelum beliau agar
beriman kepada beliau dan membenarkannya, membelanya terhadap siapa saja yang
menentangnya. Allah juga telah memerintahkan mereka supaya menyampaikannya
kepada setiap orang yang beriman dan membenarkan mereka. Lalu mereka pun
menyampaikan kebenaran yang mereka ketahui tentang rasul akhir zaman itu kepada
umat manusia.
Aisyah radhiyallahu anha
meriwayatkan: “Perkara pertama yang memulai turunnya nubuwat kepada
Rasulullah ketika Allah hendak memuliakan beliau dan mencurhkan rahmat-Nya
kepada para hamba adalah mimpi yang benar. Setiap kali bermimpi,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihatnya laksana
cahaya fajar merekah. Allah membuatnya senang ber-khalwat(menyendiri
melakukan ibadah). Tidak ada perkara yang paling beliau sukai melainkan khalwat tersebut.”
Abdullah bin Ubaidullah
meriwayatkan: “Ketika Allah hendak menurunkan kemuliaan kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam dan memulai penobatannya sebagai utusan Allah, beliau
selalu keluar menjauh dari rumah-rumah penduduk, beliau pergi menuju
lembah-lembah kota Mekkah. Setiap kali Rasulullah berpapasan dengan batu dan
pohon, pasti batu dan pohon itu mengucapkan salam kepada beliau, “Assalamualaika
ya Rasuulallaah!” Rasulullah menoleh ke kanan, ke kiri dan ke belakang
namun beliau tidak melihat apapun kecuali bebatuan dan pepohonan. Beliau shallallahu
alihi wa sallam tinggal di gua tempat khalwat dan
mendengar serta melihat banyak perkara. Kemudian datanglah malaikat Jibril
dengan membawa karamahdari Allah Ta’ala. Kala itu
beliau sedang ber-khalwat di gua Hira pada bulan Ramadhan.
Ubaid bin Umair menuturkan bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyendiri ke
gua Hira sebulan setiap tahun. Gua itu biasa dipakai oleh orang-orang Quraisy
untuk ber-tahannuts pada zaman Jahiliyyah. Tahannuts adalah
beribadah dengan menjauhkan diri dari berhala-berhala. Beliau biasa ber-tahannutspada
bulan Ramadhan, memberi makan fakir miskin yang datang menjenguk beliau.
Apabila beliau telah merampungkantahannuts pada bulan itu maka hal
pertama yang dilakukannya adalah mendatangi Ka’bah. Beliau melakukan thawaf
sebanyak 7 kali atau semampu beliau. Barulah beliau pulang ke rumah. Hingga
pada bulan yang telah ditentukan Allah sebagai waktu menurunkan karamah kepada
beliau, tahun yang telah Allah pilih sebagai waktu penobatannya sebagai rasul,
yaitu bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar
menuju gua Hira sebagaimana biasanya diiringi oleh keluarganya. Tepat pada
malam yang telah Allah muliakan dengan risalah-Nya, datanglah Malaikat
Jibril alaihissalam dengan membawa perintah Allah!
Rasulullah menuturkan: “Datanglah
kepadaku Malaikat Jibril kala itu aku sedang tidur beralaskan tikar dari dibaj (sutera)
di dalamnya terdapat kitab. Jibril berkata, “Bacalah!”
“Aku tak bisa membaca!” jawabku.
Jibril mendekapku sehingga aku menyangka ajalku tiba! Lalu ia melepasku. Jibril
berkata lagi, “Bacalah!”
“Aku tak bisa membaca!” jawabku
lagi. Ia mendekapku sekali lagi sehingga aku menyangka ajalku tiba! Lalu ia
melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”
“Aku tak bisa membaca!” jawabku
lagi. Ia mendekapku sekali lagi sehingga aku menyangka ajalku tiba! Lalu ia
melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”
“Apa yang harus aku baca?” jawabku
lagi.
Jibril berkata:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
Aku pun membacanya sampai selesai,
lalu ia berpaling dariku. Lalu aku terbangun dari tidurku dan kudapati
seolah-olah di hatiku telah tertulis sebuah tulisan.
Aku pun keluar hingga ketika tiba di
pertengahan bukit aku mendengar suara dari langit yang berseru, “Wahai
Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku adalah Jibril!” Kulihat ternyata
Jibril menjelma dalam bentuk lelaki yang putih bersih kedua telapak kakinya di
ufuk langit. Ia berseru, “Wahai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku
adalah Jibril!” Aku berhenti melihatnya tanpa bergeming sedikitpun dari
tempatku. Aku berusaha memalingkan wajah darinya ke arah ufuk lainnya, tetapi
aku tetap melihatnya di setiap ufuk. Sementara aku tetap di tempat tidak
bergeming sedikitpun. Sehingga Khadijah mengutus beberapa orang untuk mencariku.
Mereka telah mencapai puncak gunung namun tidak melihatku. Akhirnya mereka pun
kembali sementara aku tetap berada di tempatku. Kemudian Jibril berpaling
dariku.
Setelah itu aku pun kembali ke rumah
dan segera menemui Khadijah. Aku bersandar di pangkuannya. Ia berkata padaku,
“Wahai Abul Qasim, dimanakah gerangan Anda tadi? Demi Allah, aku telah mengutus
orang untuk mencarimu, mereka telah berkeliling kota Mekkah kemudian kembali
tanpa menemuimu!”
Aku pun menceritakan peristiwa yang
kusaksikan tadi. Ia berkata, “Sambutlah kabar gembira wahai anak pamanku,
teguhkanlah dirimu! Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di tangan-Nya, aku
berharap engkau terpilih menjadi nabi umat ini!”
Lalu Khadijah mengenakan pakaiannya
dan berangkat menemui Waraqah bin Naufal yang masih sepupunya. Waraqah adalah
seorang pemeluk agama Nasrani dan banyak membaca kitab-kitab. Ia juga banyak
mendengar dari Ahli Taurat dan Injil. Khadijah menceritakan apa yang didengar
dan dilihat Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam. Waraqah berkata:
“Quddus...Quddus...Demi Dzat yang jiwa Waraqah berada di tangan-Nya, jika benar
apa yang engkau ceritakan itu wahai Khadijah, itulah Namus Al-Akhbar yang
dahulunya menemui Nabi Musa. Sungguh ia bakal menjadi Nabi umat ini, katakanlah
ia agar tetap teguh.”
Khadijah radhiyallahu anha kembali
menemui Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan apa
yang dikatakan oleh Waraqah tadi. Ketika Rasulullah telah menyelesaikan
ibadahnya di gua tersebut beliau segera kembali dan mengerjakan apa yang biasa
beliau kerjakan, yaitu melakukan thawaf di Ka’bah.
Waraqah mencegahnya dan berkata,
“Wahai saudarku, ceritakanlah padaku apa yang engkau lihat dan engkau dengar!”
Rasulullah pun menceritakan pengalamannya. Waraqah kemudian berkata, “Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, engkau telah terpilih menjadi nabi umat ini,
Namus Al-Akbar yang dahulu datang kepada Musa telah datang menemuimu! Engkau
akan ditentang, dimusuhi, diusir dan akan diperangi. Sekiranya aku masih hidup
kala itu, niscaya aku akan sungguh-sungguh menolongmu.” Kemudian ia cium kening
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Setelah itu, Rasulullah
pun pergi ke rumahnya.
C. STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD DI
MEKKAH
Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.Masyarakat Arab Jahiliyah
Periode MekahObjek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat
Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang
agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran
agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S.
Mereka umumnya beragama watsani atau
agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan
di Ka’bah (Baitullah= rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang
termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai,Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu
ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang
yang dilakukan kaum Sabi’in.
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada
periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di
bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran
kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam
berusahamencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara
Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 TahunPada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi
ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di
lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai
orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah:
Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian),
Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar
Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah
SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq
juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya
menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang
masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah
disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun(pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara
terang-terangan. Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4
dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar
dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur’an Surah 26: 214-216.Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara
terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
a. Mengundang kaum
kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak
agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan
Zaid bin Haritsah.
b. Rasulullah SAW
mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat
tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.Pada periode
dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari
kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW)
dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6
dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).Rasulullah SAW
menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah
mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun
620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang
kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan
kaum Salamah.Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan RasulullahSAW pada gelombang
ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkanBai’atul
Aqabah. IsiBai’atul Aqabahtersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib
bahwamereka akan melindungi dan membela RasulullahSAW.
Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar
berhijrah ke Yatsrib.3.Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah
SAWProf. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah
menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
· Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya
sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang.
Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka
juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam)
melarangnya.
·
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran
Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam
akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
·
Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam
karenamereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat
warisan leluhur mereka.4.Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha
menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.Usaha-usahakaum
kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya.
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya.
Di saat lain umat Islam menganut
agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan
terhadap berhala.Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy,
salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke
dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah
(Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan.
Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.Suatu saat
keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah
sudah normal dengan masuk Islamnya salah satukaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin
Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam
lagi.Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang
kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619
M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah
itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarahIslam tahun wafatnya
Abu Thalib dan Khadijah disebut‘amul huzni(tahun duka cita).
D.SUBSTANSI
DAKWAH NABI MUHAMMAD DI MEKKAH
Substansi
ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal
kenabiannya adalah sebagai berikut :
·
Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
·
Hari
Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
·
Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10). Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10). Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
·
Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).
E. HIKMAH
STRATEGI DAKWAH NABI DI MEKKAH
Hikmah yang
dapat diambil dari sejarah dakwah Rasulullah saw periode Mekah, antara lain
sebagai berikut :
Ø
Menyadari
bahwa melalui sifat sabar, ulet, lemah lembut dan tidak merusak dalam
menjalankan amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapatkan pertolongan Allah
SWT
Ø
Menyadari dan memahami bahwa seorang rasul
hanyalah bertugas menyampaikan risalah dari Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa
memberi petunjuk (hidayah) bahkan kepada keluarga dan orang yang dicintai
sekalipun. ( QS. 28 : 56 )
Ø
Memahami
bahwa Allah SWT pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan
atau rasul-Nya. Oleh karena itu sangat wajar bila sesorang ingin menjadi
pemimpin atau menduduki jabatan tertentu terlebih dahulu harus diuji.
Ø
Dapat
meneladani Nabi SAW sebagai uswatun khasanah, artinya sikap dan amal perbuatan
beliau sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap ajaran Islam
yang didakwahkannya, Firman Allah SWT :
Artinya :
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab : 21 )
Ø
Dapat
mengambil contoh cara-cara berdakwah yang dilakukan nabi saw, yaitu sangat
bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian
orang tanpa menimbulkan kebosanan. Seperti yang digambarkan dalam Surat an-Nahl
: 125 sebagai berikut :
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah danpengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (QS. An Nahl : 125)
F. KETELADANAN DAKWAH NABI DI
MEKKAH
Sikap dan
perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :
a.)
Memahami
perjuangan nabi Muhammad SAW dan meneladaninya serta ikut serta mendakwahkan
Islam sebagai tatanan kehidupan menusia agar mencapai tujuan hidupnya, selamat
dan sejahtera di dunia akhirat.
b.)
Melaksanakan ajaran Islam, yakni menjalankan
rukun Islam dan melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya
masing-masing dengan tidak memaksa orang lain ataui menghina peribadatan/nama
tuhan agama lain.
c.)
Melaksanakan dan melestarikan sunnah Rasulullah
SAW yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an, sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
d.)
Konsisten dan komitmen men-Tuhankan Allah SWT,
Tuhan yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Menyekutukan-Nya adalah dosa besar yang tidak terampuni ( QS. An Nisa : 116
)Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka
Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.
e.)
Senantiasa jihad di jalan Allah SWT,
sebagaiman firmanNya :
Artinya :
”Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka
dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar” (QS. Al Furqan :
52)
Baca Selengkapnya ....