selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Potret Ideal Interaksi Edukatif Antara Pendidik dan Peserta didik (Telaah QS Al Kahfi:60-82)

Posted by Lautan Hati Oela Sunday 23 June 2013 0 comments

 

Masih dalam tema pendidikan dan pembelajaran… Kali ini, kita coba menggali tentang ‘interaksi edukatif’ yuuuuk….?!!

Interaksi edukatif merupakan syarat mutlak dalam sebuah proses pembelajaran. Tanpa adanya interaksi edukatif, maka proses pembelajaran akan sulit menjalankan fungsi dan perannya. Tanpa interaksi edukatif, proses pembelajaran pun kesulitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun demikian, tidak semua interaksi dapat disebut dengan interaksi edukatif, meskipun interaksi tersebut terjadi antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian, ada yang membedakan antara interaksi edukatif dengan yang bukan. Salah satu perbedaan tersebut dapat dilihat dari prinsip-prinsip dan ciri yang dimiliki interaksi edukatif.

Dalam interaksi edukatif terdapat beberapa ciri, yang kemudian dapat menentukan dengan pasti bahwa sebuah interaksi itu disebut interaksi edukatif. Ciri-ciri itulah yang akan membedakan antara interaksi yang edukatif dan interaksi yang tidak bermuatan edukatif.

Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamaroh (2000:15-16), ciri-ciri interaksi edukatif itu antara lain:

1. Memiliki tujuan.

Tujuan yang akan dicapai dalam sebuah interaksi edukatif adalah untuk membantu peserta didik dalam suatu perkembangan tertentu. Sehingga dengan demikian, jika sebuah interaksi tidak bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat berkembang, maka sudah dapat dipastikan bahwa interaksi tersebut bukanlah sebuah interaksi edukatif.

2. Memiliki prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan.

Agar tujuan untuk menjadikan peserta didik lebih berkembang dapat tercapai, maka dibutuhkan segenap langkah-langkah taktis yang sistematis. Sehingga dalam interaksi edukatif sejatinya terdapat beberapa prosedur dan langkah yang harus dijalankan, demi pencapaian tujuan, yang dalam hal ini perkembangan peserta didik.

3. Adanya penggarapan materi secara khusus.

Materi harus dipersiapkan, dan didesain sedemikian rupa sehingga sesuai untuk mencapai tujuan. Mendesain dan mempersiapkan materi itu harus sebelum berlangsungnya interaksi edukatif. Sehingga saat interaksi edukatif berlangsung, telah ada sejumlah desain, program dan sekaligus guide untuk mengembangkan interaksi edukatif.

4. Adanya aktivitas peserta didik.

Dalam interaksi edukatif, peserta didik merupakan pusat sentral, sehingga aktivitas peserta didik menjadi syarat mutlak dalam interaksi edukatif.

5. Pendidik berperan sebagai pembimbing.

Dalam perannya sebagai pembimbing, pendidik harus berusaha menyalakan motivasi peserta didik sehingga tercipta interaksi edukatif yang kondusif. Pendidik juga harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif.

6. Membutuhkan disiplin.

Dalam interaksi edukatif, disiplin adalah sebuah pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang ditaati dengan sadar oleh pendidik maupun peserta didik (prosedural). Ketika langkah-langkah dalam interaksi edukatif menyimpang dari prosedur, maka hal itu telah mengindikasikan pelanggaran disiplin.

7. Mempunyai batas waktu

Dalam upaya mencapai tujuannya, interaksi edukatif dibatasi dengan waktu. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus sudah tercapai.

8. Diakhiri dengan evaluasi.

Evaluasi harus dilakukan pendidik agar dapat diketahui, sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.

Dalam proses interaksi edukatif, terjadi trilogi hubungan pendidik dan peserta didik, yakni (1) hubungan instruksional, (2) hubungan emosional, (3) hubungan spiritual. Hubungan instruksional lebih bersifat teknis dan mekanis yang terjadi dalam proses pembelajaran, sesuai tujuan yang diharapkan. Sedangkan hubungan emosional adalah hubungan antara pendidik dan peserta didik yang dilandasi oleh perasaan, yaitu perasaan cinta. Sejatinya, cinta menumbuhkan kepercayaan di antara pendidik dan peserta didik. Dan, kepercayaan menimbulkan kewibawaan. Sementara itu, hubungan spiritual merupakan hubungan yang dijalin oleh latar belakang dan semangat tradisi, budaya, agama dan ideologi. (Muhammad Nurdin, 2004:14).

Nah, masih ingat kan dengan QS Al Kahfi:60-82? Ayat yang menceritakan kisah pertemuan keilmuan antara Musa dan Khidir…

Setelah mengetahui definisi, ciri-ciri dan prinsip-prinsip interaksi edukatif, maka dapat diketahui pula bahwa dalam peristiwa pertemuan antara Nabi Musa dan Khidir yang diceritakan dalam surah Al Kahfi:60-82 pun terdapat sebuah interaksi edukatif. Hal ini dapat ditilik dari proses dialogis antara keduanya. Khidir yang sejak awal mengatakan bahwa Musa tidak akan sanggup mengikutinya dan bahkan menjadi muridnya, pada dasarnya Khidir memberikan waktu bagi Musa agar berpikir kembali, apakah ia benar-benar akan mengikuti Khidir dan mempelajari ilmu yang dimiliki Khidir.

Dari dialog tersebut sejatinya Khidir –yang berperan sebagai pendidik— benar-benar bersikap demokratis, memberikan kebebasan bagi Musa untuk memikirkan kembali keinginannya menjadi murid Khidir sehingga dapat menentukan pilihan, apakah ia benar-benar serius atau tidak.

Melalui kisah Nabi Musa dan Khidir dalam Surah Al Kahfi:60-82 juga dapat terlihat jelas bahwa pertemuan antara keduanya merupakan sebuah pertemuan keilmuan, yang di dalamnya terdapat interaksi edukatif.

Beberapa hal yang bisa menjadi dasar dan alasan bahwa interaksi yang terjadi antara Nabi Musa dan Khidir merupakan interaksi edukatif adalah:

1. Interaksi antara Musa dan Khidir memiliki tujuan, yakni untuk memberikan ilmu ma’rifat kepada Nabi Musa. Namun demikian, jika dipahami lagi, tujuan lain yang melatar belakangi pertemuan keilmuan kedua Nabi tersebut adalah untuk memberi pelajaran pada Nabi Musa bahwa ada orang yang lebih pandai dan mulia dari dia, sehingga dalam hidup tidak boleh sombong.

2. Memiliki prosedur yang direncanakan. Dalam hal ini, prosedur yang direncanakan itu berupa persyaratan yang diberikan Nabi Khidir kepada Nabi Musa. Bahwa Nabi Musa tidak boleh menanyakan apapun yang diperbuat Nabi Khidir, sampai Nabi Khidir sendiri yang menjelaskannya.

3. Dalam interaksi antara Musa dan Khidir terdapat penerapan kedisiplinan. Khidir sebagai pendidik mensyaratkan agar Musa disiplin menjalankan aturan, prosedur dan/atau kontrak belajar yang ditetapkan Khidir sebelumnya.

4. Adanya batas waktu dalam proses interaksi antara Musa dan Khidir. Ketika Nabi Musa sudah dinilai tidak mampu berdisiplin menjalankan persyaratan dan aturan yang ditetapkan Khidir, maka Nabi Musa harus menerima konsekuensi atas kesalahannya tersebut.

5. Pada interaksi antara Nabi Musa dan Khidir terdapat upaya evaluasi yang dilakukan Khidir terhadap Musa. Setelah melewati beberapa peristiwa dalam interaksi keduanya, Khidir menilai bahwa Musa tak mampu bersabar dalam menuntut ilmu. Musa tidak mematuhi prosedur dan aturan yang telah ditetapkan Khidir.

Bertolak dari kisah pada Surah Al Kahfi:60-82 tersebut, maka senyatanya dapat ditemukan sebuah formula yang dapat diterapkan dalam menjalankan proses pembelajaran, khususnya dalam interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik. Bahwa idealnya, interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik –jika berdasar pada QS Al Kahfi:60-82— harus bertujuan untuk membantu peserta didik untuk berkembang menjadi lebih baik, terutama dalam segi sikap, akhlak atau perilaku.

Interaksi edukatif idealnya juga harus memilik perencanaan dan prosedur untuk diterapkan dalam wujud langkah taktis, sebagai upaya mencapai tujuannya, yaitu perkembangan peserta didik.

Dalam interaksi edukatif seyogianya pun harus diterapkan prinsip kedisiplinan. Sehingga peserta didik terbiasa menjalankan aturan yang ada, demi perkembangan dan kebaikan peserta didik sendiri.

Interaksi edukatif juga membutuhkan adanya batas waktu dalam pencapaian tujuan. Sehingga dalam merumuskan tujuan pun juga ditetapkan batas waktu, kapan tujuan itu dapat tercapai.

Dalam interaksi edukatif juga harus disertai dengan evaluasi. Setelah melewati proses interaksi edukatif, pendidik harus mampu menilai perkembangan peserta didik. Bagaimana perkembangan peserta didik antara sebelum terjadi interaksi edukatif dan sesudahnya.

Demikianlah seharusnya potret ideal interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik, berdasarkan Al Kahfi:60-82.

*******


Baca Selengkapnya ....

Nilai-nilai Pendidikan dan Pembelajaran dalam Surah Al Kahfi:60-82

Posted by Lautan Hati Oela Saturday 22 June 2013 0 comments

Al Quran 

Bertolak dari peristiwa pertemuan antara Nabi Musa dan Nabi Khidir yang diceritakan dalam QS. Al Kahfi, maka senyatanya terdapat benang merah yang dapat dikorelasikan dengan konteks pendidikan. Apabila ditilik lagi, peristiwa antara kedua Nabi tersebut –yang terdapat hubungan antara guru dan murid; pendidik dan peserta didik— maka setidaknya dapat disimpulkan, bahwa terdapat komponen penting dalam pendidikan, antara lain:

1. Tujuan Pendidikan

Pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing manusia agar berakhlak mulia, terampil, cerdas, bertanggung jawab atas keselamatan serta kemaslahatan dirinya dan masyarakat. Dan, dari kisah Nabi Musa dan Khidir, maka latar belakang Musa ini kiranya menjadi bahan masukan bagi Nabi Khidir dalam merumuskan tujuan pendidikan, yakni pembinaan akhlak, dari kesombongan berbalik menjadi tawadhu’ (rendah hati) dalam situasi bagaimanapun.

2. Peserta Didik

Pendidikan berjalan dengan baik apabila kesediaan dan kesetiaan antara peserta didik dan pendidik senantiasa terjaga. Agar peserta didik dapat memiliki ilmu, ia dituntut untuk memiliki sifat-sifat tertentu. Maka jelaslah bahwa kisah Nabi Musa as. tersebut memberikan tamsil pada kita, bahwa seorang peserta didik harus berusaha untuk memiliki kriteria-kriteria yang beberapa diantaranya adalah motivasi yang tinggi, memiliki sikap sopan santun dan rendah diri.

3. Pendidik

Pendidik atau guru adalah salah satu komponen pendidikan yang memegang peranan penting dalam membantu dan mengarahkan peserta didik. Sebagai seorang guru yang digugu dan ditiru, maka ia di tuntut memiliki karakteristik yang baik untuk mempengaruhi anak didiknya. Seperti yang tergambar jelas dalam kisah Nabi Khidir sebagai pendidik dan Nabi Musa sebagai peserta didiknya.

4. Metode Pendidikan

Metode pendidikan merupakan cara yang dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode pendidikan ini bermacam-macam. Dan berdasarkan kisah tersebut, tampak bahwa Nabi Khidir menggunakan metode uswah hasanah atau memberi tauladan yang baik, yaitu selalu berdisiplin, menepati janji, dan sadar akan tujuan. Ajaran tersebut merupakan bagian dari akhlak yang baik, dan dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat muslim agar selalu disiplin, menepati janji dan lain-lain.

5. Situasi Pendidikan

Pada dasarnya, pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Setiap proses interaksi terjadi dalam ikatan suatu situasi, tidak dalam alam hampa. Diantara berbagai jenis situasi itu terdapat situasi yang terdapat satu jenis situasi khusus, yakni situasi pendidikan atau situasi edukatif.

Dan, jika menyimak dialog yang terjadi antara Musa dan Khidir, maka tercermin suatu situasi yang edukatif. Yang menonjol dalam interaksi itu adalah peranan guru dengan sifat dan sikapnya yang positif; seperti kasih sayang, sabar, terbuka, dan menghargai peserta didik sebagai pribadi yang memiliki harga diri serta rendah diri. Dan ini harusnya menjadi contoh bagi kaum muslimin, khususnya bagi seorang pendidik/guru; bagaimana akhlak yang diterapkan Khidir tersebut bisa diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehari-hari.

Masih berdasarkan peristiwa pertemuan antara kedua Nabi tersebut –yang kemudian menghasilkan sebuah proses pembelajaran dan pendidikan— maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan, antara lain:

1. Kode etik dan/atau akhlak yang berhubungan dengan permohonan menjadi peserta didik. Dalam hal ini, hendaknya seorang calon peserta didik memperlihatkan motivasi dan keseriusannya dengan ungkapan sopan dan tawadhu’.

2. Pendidik harus mengetahui minat dan bakat yang dimiliki peserta didik.
Pendidik harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua/wali peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu, pemahaman terhadap jiwa dan watak peserta didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak mereka. Salah satu contoh misalnya, sebelum dimulai proses pembelajaran, pendidik harus mengetahui minat belajar peserta didiknya. Karena minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang tanpa bantuan guru.

3. Pendidik harus melakukan kontrak belajar setelah mengetahui minat dan bakat peserta didik. Pada proses pembelajaran selanjutnya, kontrak belajar akan menjadi peraturan yang mengikat antara pendidik dengan peserta didiknya. Jika dalam proses pembelajaran tidak ada kontrak belajar, bisa jadi akan menyebabkan ke tidak seriusan, baik di pihak pendidik maupun peserta didik.

4. Pendidik hendaknya memahami tingkat pemikiran dan pemahaman (intelektual) peserta didik. Akal dan pengetahun setiap orang berbeda-beda, baik dari satu individu terhadap individu lainnya, ataupun antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Begitu pun tugas seorang pendidik, harus memahami tingkat intelektual peserta didiknya.

5. Pendidik hendaknya memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik.
Bertanya dapat menghindari kesalahan dan kesamaran yang terkadang ada pada peserta didik. Ketika pendidik telah selesai menjelaskan pelajaran, ia tidak mengetahui apakah seluruh peserta didiknya sudah memahami pelajaran yang ia terangkan seluruhnya, atau tidak. Cara untuk mengetahui hal itu adalah dengan bertanya kepada mereka tentang sebagian apa yang di jelaskannya. Namun cara yang lebih baik adalah dengan terlebih dahulu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang bagian pelajaran yang sulit di pahami. Melalui pertanyaan, makna-makna tertentu yang tidak ia pahami dapat menjadi lebih jelas.

*******


Baca Selengkapnya ....

Asbabun Nuzul Surah Al Kahfi (Telaah QS Al Kahfi:60-82)

Posted by Lautan Hati Oela Thursday 20 June 2013 2 comments

Asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat. Seperti yang telah diketahui, bahwa setiap ayat Al qur’an yang Allah turunkan pasti memiliki maksud dan tujuan, serta bagaimana sebab musabab kejadian turunnya ayat tersebut. Secara definitif, asbabun nuzul diartikan dengan latar belakang historis turunnya Al qur’an.

Mempelajari kandungan Al qur’an akan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan pandangan, menemukan perspektif baru serta menemukan hal-hal baru. Lebih dari itu, mempelajari kandungan Al qur’an akan membawa pada pemahaman tentang keunikan Al qur’an dan sekaligus mampu menambah keyakinan akan kebenarannya. Banyak materi pembahasan terkait upaya memahami kandungan Al qur’an, salah satunya adalah asbabun nuzul.

Menurut Ibnu Taimiyah, mengetahui asbabun nuzul suatu ayat Al qur’an dapat membantu kita memahami pesan-pesan yang terkandung dalam ayat tersebut.

Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa, asbabun nuzul surah al kahfi adalah pengujian kenabian Muhammad oleh orang Yahudi. Nabi Muhammad dites kenabiannya dengan tiga perkara.

Tiga perkara yang ditanyakan kepada Nabi Muhammad antara lain tentang para pemuda (ashabul kahfi) di masa silam yang pergi mengasingkan diri dari kaumnya; tentang seorang laki-laki yang menjelajah Minangkori hingga sampai ke ujung timur dan ujung barat; dan tentang masalah roh. Jika Nabi Muhammad SAW mampu menjelaskan tentang ketiga hal tersebut, maka ia benar-benar diakui sebagai nabi. Sebaliknya, jika tidak mampu menjelaskan maka ia bukan seorang Nabi.

Menurut Ibn Katsir, asbabun nuzul surah al kahfi adalah kaum Quraiys ingin mempertanyakan tentang Nabi Muhammad kepada pendeta Yahudi. Dan pendeta Yahudi itu pun menyuruh utusan Kaum Quraiys untuk menanyakan tiga hal kepada Nabi. Jika Muhammad mampu menjawab ketiga hal itu maka ia benar-benar Nabi yang diutus, tapi jika tidak maka dia hanya orang yang mengada-ada saja. Ketiga hal itu meliputi: tentang sekelompok pemuda yang pergi pada masa terdahulu, tentang seorang laki-laki penjelajah sehingga mencapai belahan bumi sebelah timur dan barat, serta tentang ruh dan penjelasannya.

Setelah ketiga hal itu ditanyakan kepada Nabi, beliau menjanjikan akan menjawabnya esok hari. Namun sampai lima belas malam, Nabi belum mendapat wahyu lagi dari Allah SWT. Kaum Quraiys pun menunggu dan keadaan itu sempat menjadikan geger kota Mekkah. Nabi sangat sedih karena sampai saat itu Jibril tidak lagi datang menyampaikan wahyu Allah SWT. Kesedihan Nabi bertambah ketika mendengar gunjingan para penduduk Mekkah. Akhirnya, datanglah Jibril membawa surah Al Kahfi dari sisi Allah Azza wa Jalla. Surah itu mengandung teguran kepada Nabi karena kesedihannya terhadap kaum Quraisy dan jawaban atas persoalan pemuda, seorang penjelajah dan firman Allah ta’ala tentang ruh, yang ditanyakan kaum Quraiys.

Demikian merupakan asbabun nuzul surah Al Kahfi secara global atau umum. Sedangkan khusus untuk surah Al Kahfi:60-82, para ulama’ juga telah memiliki pandangan tentang asbabun nuzulnya.

Surah Al Kahfi:60-82 turun disebabkan rasa kebanggaan berlebihan atau kesombongan Nabi Musa. Suatu waktu, usai berkhotbah di depan umatnya, tiba-tiba Nabi Musa ditanya oleh seorang pemuda tentang orang yang paling pandai di muka bumi. Sontak Nabi Musa menjawab bahwa, dirinyalah satu-satunya orang yang paling pandai di bumi.

Mengetahui hal itu, Allah SWT menegur Nabi Musa dengan memberitahukan bahwa ada manusia yang lebih pandai darinya. Nabi Musa tentu saja merasa penasaran dan sangat ingin menemui orang tersebut. Akhirnya Allah SWT pun memberi petunjuk agar Nabi Musa pergi ke sebuah tempat, tempat pertemuan antara dua lautan. Di tempat itu Nabi Musa akan menemukan orang yang lebih pandai darinya. Setelah bertemu dengan orang tersebut maka Nabi Musa harus menimba ilmu dari orang tersebut, hingga akhirnya kemudian terjadilah pertemuan keilmuan serta interaksi edukatif antara Nabi Musa dan orang yang lebih pandai darinya, orang sholeh, yakni Khidir.

Menurut suatu riwayat, suatu saat Nabi Musa A.S –ketika baru saja menerima kitab dan berkata-kata dengan Allah— bertanya kepada Tuhannya; “Siapakah kira-kira yang paling utama dan berilmu didunia ini selain aku?.” Maka dijawab: “Ada, yaitu hamba Allah yang berdiam di pinggir lautan, namanya Khidir”.

Di dalam hadits riwayat Imam Bukhori dan Muslim, dari Abi bin Ka’ab ra. telah mendengar Rosulullah bersabda: Ketika suatu saat Nabi Musa berdiri berkhotbah di hadapan kaumnya, Bani Isra’il, salah seorang bertanya: “Siapa orang yang paling tinggi ilmunya”, Nabi Musa as. menjawab: “Saya”. Kemudian Allah menegur Musa dan berfirman kepadanya, supaya Musa tidak mengulangi statemannya itu; “Aku mempunyai seorang hamba yang tinggal di pertemuan antara dua samudra, adalah seorang yang lebih tinggi ilmunya daripada kamu”. Nabi Musa as berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa menemuinya”. Tuhannya berfirman: “Bawalah ikan sebagai bekal perjalanan, apabila di suatu tempat ikan itu hidup lagi, maka di situlah tempatnya. (Kalimat Hadits dari Imam Bukhori).

Di dalam riwayat yang lain disebutkan, di saat Nabi Musa as. bermunajat kepada Tuhannya, beliau berkata: “Ya Tuhanku, sekiranya ada di antara hambaMu yang ilmunya lebih tinggi dari ilmuku maka tunjukkanlah padaku”. Tuhannya berkata: “Yang lebih tinggi ilmunya dari kamu adalah Khidhir”, Nabi Musa as. bertanya lagi: “Kemana saya harus mencarinya?”, Tuhannya menjawab: “Di pantai dekat batu besar”, Musa as. bertanya lagi : “Ya Tuhanku, aku harus berbuat apa agar aku dapat menemuinya ?”, maka dijawab: “Bawalah ikan untuk perbekalan di dalam keranjang, apabila di suatu tempat, ikan itu hidup lagi, berarti Khidir itu berada disana”.

Berdasarkan apa yang disebutkan Ibn Abbas RA, yang diriwayatkan dari Ubay Ibn Ka’ab. Beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya pada suatu hari, Nabi Musa berdiri di khalayak Bani Israil, lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” jawab Nabi Musa, “Aku”, ketika ditanya, “Adakah orang yang lebih berilmu dari anda?”. Nabi Musa menjawab, “Tidak ada.” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya, di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu dari kamu.” Lantas, Nabi Musa pun bertanya, “Ya, Allah dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan dalam keranjang. Sekiranya ikan itu hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.”

Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang sholih itu. Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu darinya. Nabi Musa kemudian bermaksud menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan dalam wadah dan berangkat bersama dengan muridnya, Yusya’ bin Nun.

*******

BACAAN LANJUTAN:

Dahlan, HAA. (editor). 2000. Asbabun Nuzul. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

Bakar, Bahrun Abu (terjemah). 2001. Terjemahan Tafsir Jalalain: Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Syuyuthi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ar rifa’i, Muhammad Nasib (cet. ke-5). 2003. Kemudahan dari Allah: Ringkasan tafsir Ibn Katsir. Jakarta: Gema Insani Press.


Baca Selengkapnya ....

Sekilas Tentang Peristiwa Pertemuan Keilmuan antara Nabi Musa dan Khidir (Telaah Al Kahfi: 60-82)

Posted by Lautan Hati Oela Tuesday 18 June 2013 0 comments

250px-Banda_Aceh's_Grand_Mosque,_Indonesia

Secara keseluruhan, surah Al Kahfi turun berkaitan dengan teguran Allah SWT terhadap rasululloh Muhammad SAW karena kesedihannya akan sikap pemuda-pemuda Quraisy, dan sebagai peringatan agar setiap kali berjanji hendaknya mengucapkan Insya Allah.

Sedangkan surah Al Kahfi:60-82 merupakan kisah yang menggambarkan interaksi antara Musa (yang dalam kisah tersebut berperan sebagai murid), dengan Khidir (yang berperan sebagai guru).

Pada dasarnya, kisah peristiwa pertemuan Nabi Musa dan Khidir dalam surah Al Kahfi dapat dibedakan menjadi empat babak atau empat episode:

1. Episode pertama (ayat 60-64), yakni cerita perjalanan Musa dan muridnya, Yusa’ bin Nun untuk menemukan Khidir.

Pada episode ini dikisahkan bahwa Nabi Musa bersama muridnya berjalan mencari hamba Allah yang memiliki ketinggian ilmu melebihi Musa. Pencarian Musa terhadap Khidir ini dimaksudkan bahwa Musa akan belajar kepada Khidir.

Keinginan Musa untuk belajar pada Khidir disebabkan teguran Allah padanya, yang merasa paling pandai. Maka ketika Musa mengatakan bahwa tidak ada yang lebih pandai dan mulia dari dia, Allah segera menegurnya, dan memberitahunya bahwa ada hamba Allah yang lebih pandai dan mulia dari Musa. Setelah mendapat petunjuk dimana Musa dapat menemukan hamba Allah itu, maka Musa bersama muridnya berjalan sampai menemukan tempat bertemunya dua laut. Disitu ikan yang mereka bawa menghilang dan tiba-tiba menggelepar ke lautan, maka disitulah tempat hamba Allah itu berada. Hingga akhirnya, Musa bertemu dengan hamba Allah tersebut; Khidir.

2. Episode kedua (ayat 65-70)

Pada episode ini diceritakan Musa bertemu dengan hamba Allah yang sholih, yang dikaruniai ilmu yang tidak dimiliki Musa. Dialah Khidir. Dengan santun, Musa mengutarakan maksudnya untuk menimba ilmu (belajar) dari hamba Allah tersebut. Namun, Khidir menjawab bahwa Musa tidak akan sanggup bersabar jika bersamanya. Mendengar jawaban itu, Musa berdalih dan membela diri bahwa ia akan berusaha sabar dan tidak akan menentang Khidir. Akhirnya, Khidir pun memberi persyaratan bagi Musa jika ia mau mengikutinya, maka Musa tidak boleh mempertanyakan apapun yang dilakukan Khidir, sampai ia sendiri yang menjelaskan. Musa sepakat dengan persyaratan tersebut. Berjalanlah keduanya menyusuri lautan.

3. Episode ketiga (ayat 71-77)

Dalam episode ini, dikisahkan bahwa Musa dan Khidir berjalan bersama. Musa sebagai murid dan Khidir sebagai gurunya. Hingga pada saat mereka menaiki sebuah perahu, tiba-tiba Khidir melobangi perahu itu. Musa merasa ada yang aneh dengan perbuatan Khidir itu dan memprotesnya. Namun Khidir hanya menjawab: “Kamu tidak akan bisa bersabar denganku.” Musa pun meminta maaf dan memohon agar Khidir tidak menghukumnya.

Mereka kembali berjalan hingga bertemu seorang anak kecil, dan tiba-tiba Khidir membunuhnya. Musa kembali geram dan memprotes tindakan Khidir itu. Lagi-lagi, Khidir dengan ringan menjawab: “Sungguh, kamu tidak akan bisa bersabar denganku.” Namun, untuk kedua kalinya Musa meminta maaf dan berjanji, jika ia bertanya tentang apapun yang dilakukan Khidir, ia siap ditinggalkan Khidir dan mau diberhentikan menjadi murid Khidir.

Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di suatu daerah. Di daerah itu mereka menjumpai sebuah rumah yang hampir roboh. Dengan ikhlas, Khidir membetulkannya, tanpa meminta imbalan apapun. Kembali Musa merasa heran dengan tindakan Khidir tersebut. Musa bertanya kenapa Khidir tidak mau meminta imbalan. Namun, Khidir menjawab dengan bijak: “Saat inilah perpisahan antara kita.” Setelah kejadian itu akhirnya mereka benar-benar berpisah. Musa menyadari bahwa ia tidak bisa sabar, tidak mampu mengikuti persyaratan yang diberikan Khidir saat awal mereka bersepakat untuk berjalan bersama.

4. Episode keempat (ayat 78-82)

Dalam episode ini dikisahkan bahwa sebelum Khidir meninggalkan Musa dan keduanya berpisah, Khidir menjelaskan tentang semua tindakannya yang menurut Musa aneh dan ganjil.

Bahwa apa yang telah dilakukan Khidir, yang menurut Musa salah itu adalah sebuah tindakan yang mengandung hikmah dan bukan tanpa tujuan. Semua itu dilakukan Khidir melalui petunjuk dari Allah SWT.

Melobangi perahu yang mereka naiki itu tujuannya adalah melindungi perahu itu dari tindakan perampok. Perahu itu milik orang miskin, dan diujung laut ada perampok yang akan mengambil setiap perahu yang berlayar. Khidir melobangi dan merusakkan perahu itu dengan tujuan agar perahu itu tidak dirampas oleh para penjahat, karena perahu itu sudah rusak.

Tindakan Khidir yang selanjutnya, membunuh anak kecil. Tujuan Khidir melakukan hal itu adalah melindungi orang tua sang anak. Karena orang tua anak tersebut adalah orang mu’min. Sehingga untuk menghindari agar anaknya tidak membawa orang tuanya kedalam kesesatan dan kekufuran, maka Khidir membunuh anak tersebut. Kemudian Khidir berdoa agar Allah menganugerahi anak yang sholih, anak yang lebih baik bagi sepasang suami istri itu.

Sedangkan tindakan Khidir membetulkan dinding rumah yang hampir roboh tanpa meminta imbalan itu dikarenakan rumah itu milik dua anak yatim, yang dibawah bangunan rumah itu terdapat harta peninggalan orang tua mereka. Allah menginginkan keduanya dewasa dan dapat menggunakan harta tersebut kelak.

Demikianlah, Khidir bertindak bukan atas kemauannya sendiri, melainkan dengan rahmat Allah SWT.

*******


Baca Selengkapnya ....

Hakikat Manajemen Pembelajaran

Posted by Lautan Hati Oela Friday 14 June 2013 0 comments

 

Manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar, dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Pada dasarnya, manajemen pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik kegiatan pembelajaran yang dikategorikan dalam kurikulum inti maupun penunjang, berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya; oleh Kementrian Pendidikan Nasional atau Kementrian Agama.

Menurut Ibrahim Bafadhal, manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Manajemen program pembelajaran sering disebut dengan manajemen kurikulum dan pembelajaran.

Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas, dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran. Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi pengelolaan pembelajaran.

Manajemen pembelajaran dapat juga diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain, berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.

Dengan berpijak dari pernyataan-pernyataan terkait definisi manajemen pembelajaran tersebut, maka dapat dibedakan antara pengertian manajemen pembelajaran dalam arti luas dan manajemen pembelajaran dalam arti sempit.

Dalam arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan pebelajar –peserta didik— dengan diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian. Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.

Beberapa pakar pendidikan dan manajemen memiliki definisi masing-masing tentang manajemen pembelajaran, sesuai dengan pola pikir dan latar belakang profesionalisme mereka. Namun demikian, secara global definisi mereka nyaris memiliki kesamaan bahwa, manajemen pembelajaran merupakan proses mengelola, yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan), dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan peserta didik dengan mengikutsertakan berbagai faktor didalamnya, guna mencapai tujuan.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa manajemen pembelajaran merupakan kegiatan mengelola proses pembelajaran, sehingga manajemen pembelajaran merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan dalam manajemen pendidikan.

Dalam manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai manajer adalah guru atau pendidik. Sehingga dengan demikian, pendidik memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa langkah kegiatan manajemen yang meliputi merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengendalikan (mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menentukan tujuan pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya proses-kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh karena itulah, untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan.

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil berpikir secara rasional, tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu –perubahan tingkah laku peserta didik setelah melalui pembelajaran— serta upaya yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut. Konkretnya, dalam perencanaan pembelajaran ini pendidik membuat perangkat pembelajaran.

Pada kegiatan mengorganisasikan pembelajaran, pendidik mengumpulkan dan menyatukan berbagai macam sumber daya dalam proses pembelajaran; baik pendidik, peserta didik, ilmu pengetahuan serta media belajar. Dan dalam waktu yang sama, mensinergikan antara berbagai sumberdaya yang ada dengan tujuan yang akan dicapai.

Pada kegiatan mengendalikan (mengarahkan) pembelajaran, pendidik melaksanakan rencana kegiatan pembelajaran yang telah dibuat di awal dalam perangkat pembelajaran, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pada kegiatan mengevaluasi pembelajaran, pendidik melakukan penilaian (evaluasi) terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam kegiatan menilai itu lah pendidik dapat menemukan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sehingga kemudian dapat menemukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya. Melalui kegiatan mengevaluasi pembelajaran ini kemudian dapat dilakukan upaya perbaikan pembelajaran.

Senyatanya, manajemen pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sehingga dalam manajemen pembelajaran pun memiliki beberapa kegiatan dan hal-hal penting untuk diperhatikan. Beberapa bagian terpenting dalam manajemen pembelajaran tersebut antara lain: penciptaan lingkungan belajar, mengajar dan melatihkan harapan kepada peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Disamping itu, dalam penyusunan materi diperlukan juga rancangan tugas ajar dalam ranah psikomotorik, dan rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, selain rancangan tugas ajar dalam ranah kognitif tentunya.

*******

RUJUKAN:

Bafadhal, Ibrahim. 2004. Manajemen Belajar

http://kabar-pendidikan.blogspot.com

http://siraj-pendidikanuntuksemua.blogspot.com


Baca Selengkapnya ....

Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran

Posted by Lautan Hati Oela Thursday 13 June 2013 0 comments

 

images

Adanya proses pendidikan dan pembelajaran bukanlah tanpa tujuan. Proses pendidikan dan proses pembelajaran bukanlah sebuah proses hampa tanpa makna. Namun ada tujuan yang terkandung di dalamnya. Sehingga dengan demikian, terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Terkait dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran, para pakar pendidikan memiliki beberapa pendapat. Tak dapat dipungkiri, pendapat para pakar itu juga mengalami perbedaan. Betapa tidak, para pakar pendidikan itu berpendapat sesuai dengan pola pikir, kondisi lingkungan dan hasil eksperimen mereka. Sehingga menjadi wajar jika terdapat perbedaan dalam menggagas dan mengemukakan pendapat, tak terkecuali tentang tujuan pendidikan.

Para pakar pendidikan yang berorientasi pada kemasyarakatan lebih berpendapat bahwa, tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan manusia yang bisa berperan dan menyesuaikan diri dalam masyarakatnya masing-masing. Sementara itu, pandangan dari teoritis pendidikan yang berorientasi individual terbagi menjadi dua aliran. Yang pertama, berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik agar bisa meraih kebahagiaan yang optimal melalui pencapaian kesuksesan kehidupan bermasyarakat dan ekonomi –jauh lebih berhasil dari apa yang telah dicapai orang tua mereka— sedangkan aliran kedua, lebih menekankan pada peningkatan intelektual, kekayaan dan keseimbangan jiwa peserta didik. Menurut para teoritis di aliran ini, meskipun memiliki banyak persamaan dengan peserta didik lain, seorang peserta didik masih tetap mempunyai keunikan dalam pelbagai segi.

Menurut Oemar Hamalik, pada dasarnya, tujuan pendidikan dibagi menjadi empat tingkatan atau jenjang, sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tersebut antara lain:

1. Tujuan pendidikan nasional

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan umum dari pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang yang sangat luas dan menjadi pedoman dari semua kegiatan atau usaha pendidikan. Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam menentukan tujuan sekolah dan tujuan kurikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan non formal.

2. Tujuan lembaga pendidikan

Tujuan ini merupakan kewenangan suatu lembaga pendidikan untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai, berlandaskan pada tujuan pendidikan nasional. Tentunya, antara satu lembaga pendidikan memiliki tujuan yang berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

3. Tujuan kurikuler

Dalam hal ini, beberapa tujuan yang hendak dicapai, terkait dengan kurikulum. Pada setiap lembaga pendidikan di Indonesia, kurikulumnya harus mencerminkan jiwa mukaddimah UUD 1945. Disamping itu, kurikulum juga harus diintegrasikan dengan nation and character building sebagai alat pembinaan manusia pancasila dan pembangunan.

4. Tujuan mata pelajaran

Tujuan mata pelajaran ini merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Dan dalam setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang berbeda-beda antara satu dan yang lain.

5. Tujuan mengajar dan belajar

Tujuan ini merupakan tujuan yang bersifat operasional. Tujuan yang dapat tercapai dalam waktu singkat, yakni setelah usainya jam pelajaran tertentu. Tujuan mengajar dan belajar harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:

a. Bertitik tolak dari tingkah laku peserta didik. Artinya, dalam tujuan itu hendaknya terkandung secara jelas, tingkah laku apa dan bagaimana yang diharapkan ada pada peserta didik setelah melewati proses pembelajaran.

b. Harus dirumuskan sekhusus mungkin. Artinya, tujuan itu harus dirinci sedemikian rupa agar lebih jelas apa yang hendak dicapai dan dapat lebih mudah untuk mencapainya.

c. Harus dirumuskan secara sederhana, singkat tapi jelas. Hal ini dimaksudkan agar tujuan itu dapat lebih mudah dipahami dan tidak menimbulkan kebingungan maupun kerancuan.

d. Harus bisa dicapai dalam waktu yang singkat, yaitu setelah jam pelajaran usai. Setelah jam pelajaran itu pendidik dapat mengontrol, sejauh mana tujuan tersebut mampu dicapai.

e. Perumusan tujuan tidak dicampur dengan kegiatan mencapai tujuan.

Dengan demikian, baik pembelajaran maupun pendidikan keduanya memiliki tujuan, kendatipun tujuan pembelajaran juga menjadi bagian dan terangkum dalam tujuan pendidikan secara global.

*******

BACAAN LANJUTAN:

Dj, Abd. Syakur (penyunting). 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam. Bandung: Mizan.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.


Baca Selengkapnya ....

Perbedaan antara Pendidikan dan Pembelajaran

Posted by Lautan Hati Oela 0 comments

 Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya tentang makna dasar pendidikan dan pembelajaran. Sehingga setelah mempelajari makna pendidikan dan pembelajaran, maka kita dapat mengetahui bahwa sejatinya ada perbedaan antara kata pendidikan dan pembelajaran.

images 1

Sungguh, Terdapat perbedaan mendasar antara kata pendidikan dengan pembelajaran. Pada dasarnya, pendidikan memiliki arti lebih luas dibanding pembelajaran. Dan, pembelajaran merupakan bagian dari sebuah pendidikan.

Ada beberapa hal yang dapat menunjukkan sebuah perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran. Bahwa secara sederhana, pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentransfer nilai-nilai (value). Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentransfer pengetahuan.

Secara mendasar, perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari perbedaan antara kata mengajar dan mendidik. Mengajar ialah memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak. Sedangkan mendidik adalah membentuk budi pekerti dan watak anak-anak. Jadi, dengan pengajaran, guru membentuk kecerdasan. Dan dengan pendidikan, guru membentuk kesusilaan pada anak.

Mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian seorang guru. Semua persiapan guru untuk mengajar bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara mendidik dan mengajar sangat tipis, namun secara sederhana dapat dikatakan ‘mengajar yang baik adalah mendidik’. Dengan kata lain, mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan.

Mendidik lebih bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah atau jangka panjang. Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah rasa, dan olah karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran peserta didik.

Mengajar, bobotnya adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada semua usia. Sedangkan mendidik, bobotnya adalah pembentukan sikap mental atau kepribadian peserta didik. Dengan kata lain, mengajar lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan tertentu, sedangkan mendidik lebih ditekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).

Jika ditinjau dari tujuannya, perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat dirinci sebagai berikut;

Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang berwatak; mendidik anak-anak agar dapat berpikir secara rasional, bekerja beraturan dan sungguh-sungguh; menanamkan rasa persatuan; membentuk manusia yang bebas dan merdeka serta percaya diri dan bertanggung jawab; membentuk pribadi yang aktif mengabdi dan membangun masyarakat; mengembangkan manusia seutuhnya, yakni yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur serta memiliki pengetahuan yang mumpuni.

Sedangkan tujuan pembelajaran yaitu pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar, dan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Dengan demikian, tujuan pendidikan lebih luas dan mendalam dari tujuan pembelajaran.

Jika ditinjau dari prosesnya, perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat diketahui dari hal berikut;

Dalam proses pendidikan dibutuhkan konsep self learning (belajar secara mandiri), dan berani berpendapat. Di samping itu, proses pendidikan harus berdasar pada empat pilar proses pendidikan, yaitu learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan), learning to do (belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan), learning to be (belajar untuk mengembangkan diri) dan learning to live together (belajar untuk bermasyarakat).

Sedangkan dalam proses pembelajaran diperlukan adanya petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, prosedur pengajaran, standar penilaian.

Dengan demikian, dalam prosesnya, pendidikan bersifat konseptis-teoritis sekaligus figuratif (peneladanan), sedangkan pembelajaran lebih bersifat teknis.

Secara global, perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat dideskripsikan yakni; pendidikan menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian. Sedangkan pembelajaran adalah proses transfer ilmu pengetahuan, dengan tujuan mendapatkan perubahan tingkah laku pada peserta didik setelah memperoleh pengetahuan (melalui proses pembelajaran).

*******


Baca Selengkapnya ....

Makna dasar Pendidikan dan Pembelajaran

Posted by Lautan Hati Oela Wednesday 12 June 2013 0 comments

images5

 

Secara umum, pendidikan dapat didefinisikan dengan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dengan tujuan untuk mendewasakan peserta didik. Namun demikian, ada beberapa pakar pendidikan dan psikologi yang telah memberikan batasan pengertian pendidikan dan pembelajaran.

 

Menurut John Dewey, pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan pendapat-pendapat mendasar, bersifat intelektual dan emosional, tentang alam dan tentang sesama manusia.

Sedangkan Langeveld mengatakan bahwa, mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kedewasaan, dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat mendapat keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sementara itu, Undang Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa akan datang.

Demikianlah beberapa pakar mendefinisikan pendidikan dengan beragam. Tak berbeda dengan pendidikan, pembelajaran –yang merupakan bagian dari pendidikan— juga memiliki definisi yang cukup beragam pula. Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar. Banyak pakar pendidikan dan psikologi yang telah menguraikan makna belajar. Beberapa di antaranya adalah Drs. Slameto, yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan Drs. Syaiful Bahri Djamaroh mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (pendidik, peserta didik dan tenaga lainnya), material (buku-buku, papan tulis, audio, slide-film atau perangkat lainnya), fasilitas (perlengkapan audio visual, ruang kelas, komputer) serta prosedur (jadwal penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya) yang saling mempengaruhi, untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pada dasarnya, pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Kegiatan pendidikan tak luput dari kegiatan pembelajaran. Kendati kata pendidikan dan pembelajaran sering kali dikait dan disatukan, namun ada perbedaan mendasar antara kedua kata tersebut. Meskipun kedua kata itu sering digunakan secara bersamaan, namun terdapat perbedaan dalam makna keduanya.

*******

DAFTAR RUJUKAN:

Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Naomi, Omi Intan. 2002. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pidarta , Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


Baca Selengkapnya ....

Menghilangkan Jerawat

Posted by Lautan Hati Oela Friday 7 June 2013 0 comments
 
Satu lagi permasalahan yang kerap mengganggu penampilan dan/atau bahkan pikiran, terutama kaum perempuan. Yupz... jerawat!!! Dan, begini kalimat yang sudah tidak asing lagi: "Jerawat selalu bikin gawat"...
Nah, sebenarnya bagaimana supaya jerawat tak lagi mengganggu penampilan, pikiran dan kepercayaan diri? Mudah saja, satu-satunya cara ampuh adalah: ketika berjerawat, maka jangan sampai terpikirkan bahwa wajah kita sedang berjerawat. Artinya, jangan dingat-ingat kalau kita sedang berjerawat. Atau dengan kata lain, 'cuek aja sama jerawat yang lagi nongol dan tumbuh di wajah'. Dengan rasa cuek dan tak lagi peduli dengan keberadaan jerawat di wajah, maka secara otomatis jerawat tak lagi mengganggu pikiran, penampilan, atau bahkan rasa percaya diri!!! Mudah bukan...? Hahahaha... (intermezo, coy)

Sebetulnya ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi jerawat!
Ini salah satunya;
Siapkan tomat, iris sesuai selera...! (hwa... mau masak kalee?)
Setelah irisan tomat sudah siap, lalu tempelkan pada wajah atau lokasi jerawat itu bertengger. Diamkan selama kurang lebih 17menit. Setelah itu, basuh dengan air dingin...
Dijamin, wajah akan terasa lebih segar.

Mudah, bukan?
Ternyata, kita dapat memanfaatkan benda-benda perdapuran untuk kecantikan ya....

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba :)



Baca Selengkapnya ....

Lomba Karya Tulis Ilmiah Alqur'an

Posted by Lautan Hati Oela Thursday 6 June 2013 0 comments

Menyambut dan mengisi bulan Romadhan dengan kegiatan literasi yuk?!
Ini info buat yang doyan mengasah kemampuan dan pola pikir Islami....
Cekidot :)
Ramadhan bisa kita jadikan sebagai kawah candradimuka dimana ramadhan dapat kita jadikan sebagai media untuk membakar kesombongan diri, kawah inilah yang bisa kita jadikan sarana untuk menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak tamak terhadap harta benda. Atas dasar hal tersebut dan dalam kesempatan ini KARISMA BANTEN kembali menggelar kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an Nasional (LOYATIAN) dengan tema utama :
“Membangun Kerukunan, Kebersamaan, dan Keragaman Antarumat Beragama”
PERSYARATAN LOMBA MENULIS KARYA ILMIAH :
A.   Peserta terbuka untuk umum.
B.   Mengisi formulis yang telah disediakan panitia dan wajib menyertakan keaslian karya bermaterai 6000.
C.   Peserta boleh individu, dan boleh bentuk tim (maksimal 3 orang).
D.   Melampirkan identitas yang masih berlaku (Kartu OSIS, KTM (Mahasiswa), KTP, SIM, dan Pasport), foto Baghroun Merah, dan Biru.
E.   Bidang boleh di pilih antara lain :
Ekonomi Islam
Pendidikan Islam
Bisnis Syari’ah (Mu’amalah)
Politik Islam (Siyasah)
Teknologi Dalam Islam
Pidana Islam (Jinayah)        
Manajemen Islam
Peradaban Islam
Hukum Islam
Media Dalam Islam
F.    Peserta diperbolehkan mengirim lebih dari 1 judul (Maksima 3) dengan bidang yang berbeda-beda dan setiap karya tulis yang dikirim oleh peserta harus mempunyai nilai dasar keislaman minimal berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits (Sunah).
G.   Menggunakan bahasa akademik atau paper ilmiah, bukan gaya bahasa populer seperti buku populer atau artikel koran.
H.   Pada bab analisis dan implikasi kebijakan, sepatutnya lebih banyak pembahasannya dibandingkan bab pendukung.
I.     Gaya penulisan menunjukkan menawarkan solusi dan bukan hanya berupa penerapan dari suatu teori.
J.    Panitia hanya menerima naskah yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan kode etik penulisan ilmiah minimal Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
K.  Panitia akan memilih 40 naskah terbaik, dan bagi peserta yang dinyatakan “LOLOS 40 BESAR” akan dikenakan Biaya Registrasi Rp 100.000 Rupiah/Karya untuk biaya penyeleksian (penilaian) oleh 4 Dewanjuri Independent,
L.   Bagi peserta 40 besar terbaik yang tidak melakukan registrasi sampai jangka waktu yang ditentukan, maka dinyatakan mengundurkan diri (diskualifikasi).
M.   Tim Dewanjuri Independent akan memilih 10 Naskah terbaik (finalis) dari 40 finalis (semi final) yang dinyatakan layak untuk mempersentasikan hasil karya peserta di hadapan tim Dewanjuri Independent.
N.   Ke 40 besar terbaik berhak mendapatkan Piagam.
O.   Seluruh berkas dan identitas dapat dikirim via E-Mail :panitia_lomba@rocketmail.com dengan kolom CCkarismabanten@rocketmail.com;
Hadiah :
Juara    I
Rp 3 Juta + Piala Gubernur Banten  & Bingkisan + Piagam.
Juara    II
Rp 2.5 Juta + Piala Gubernur Banten  & Bingkisan + Piagam.
Juara    III
Rp 2 Juta + Piala Gubernur Banten  & Bingkisan + Piagam.
Juara    IV
Rp 1.5 Juta + Piala Gubernur Banten  & Bingkisan + Piagam.
Juara    V
Rp 1 Juta + Piala Gubernur Banten  & Bingkisan + Piagam.
Juara Harapan  I
Rp 700 Ribu + Cenderamata  & Buku  + Piagam.
Juara Harapan  II
Rp 600 Ribu + Cenderamata  & Buku  + Piagam.
Juara Harapan  III
Rp 500 Ribu + Cenderamata  & Buku  + Piagam.
Juara Harapan  IV
Rp 400 Ribu + Cenderamata  & Flasdisk (8 Gb) + Piagam.
Juara Harapan  V
Rp 300 Ribu + Cenderamata  & Flasdisk (4 Gb) + Piagam.
Waktu kegiatan :
ITEM
DEADLINE
Publikasi dan Pendaftaran terakhir
:  24 Juli 2013
Pengumuman 40 Besar (Semifinal)
:  26 Juli 2013
Registrasi Untuk Diseleksi Dewanjuri
:  27 Juli – 31 Juli 2013
Penyeleksian Oleh tim Independent
:  01 – 04 Agustus 2013
Pengumuman Finalis (10 terbaik)
:  06 Agustus 2013
Jemput Peserta + tehknikal meeting
:  13 – 17 Agustus 2013
Persentasi Finalis (10 terbaik)
:  18 Agustus 2013
Tour ke Makam Pahlawan Banten
:  19 Agustus 2013
Pembagian Hadiah + Berfoto-Foto
:  20 Agustus 2013
Piagam 40 Terbaik
:  21 – 31 Agustus 2013

More Info: http://komunitaspenulisbanten.blogspot.com/
Semoga bermanfaat :)


Baca Selengkapnya ....

Urgensi Manajemen Pendidikan Islam

Posted by Lautan Hati Oela Sunday 2 June 2013 0 comments

  http://mastertarbiyah1982.files.wordpress.com/2013/03/gambar.jpg

Manajemen Pendidikan Islam pada dasarnya adalah, bagaimana pengelolaan yang dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Tentunya terdapat acuan dasar yang dijadikan pedoman, diantaranya adalah:

a. Dalam Islam, motivasi dasar yang harus dilakukan oleh setiap muslim dalam menjalankan hidup ini adalah pengabdian pada Allah SWT.

b. Alqur’an menegaskan bahwa cara yang terbaik untuk mendapatkan prestasi dalam hidup ini adalah dengan bekerja. Pada dasarnya, seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang ia usahakan. Bahwa bekerja itu harus didasari karena Allah (ikhlas).

c. Dalam hidup dan bekerja, Islam mengajarkan akan pentingnya berorientasi ke masa depan. Dengan ini tumbuhlah sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien (hemat energi). Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam upaya untuk menjadikan manusia yang selalu berorientasi pada nilai-nilai produktif.

Lebih lanjut dijelaskan oleh A. Malik Fajar dalam bukunya; Reorientasi Pendidikan Islam, bahwasanya Pendidikan Islam dan termasuk juga manajemennya harus berorientasi pada prestasi (achievment oriented) dan bukan prestige semata, artinya;

a. Hidup harus mempunyai cita-cita. Karena itu, kerja yang benar adalah kerja yang direncanakan dan diperhitungkan secara matang untung ruginya dan konsekuensi logis yang ditimbulkan, agar dapat menciptakan masa depan yang lebih maju dan lebih sejahtera dari masa sekarang. Manusia akan ditentukan oleh kualitas ibadah, termasuk kerjanya ketika berada di dunia.

b. Kerja santai, tanpa rencana, malas, boros tenaga, waktu dan biaya adalah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu harus diisi dengan tiga hal yaitu; peningkatan keimanan, beramal sholeh dan berkomunikasi sosial (QS. Al-Asyr).

c. Semua masalah yang menjadi tanggung jawab harus dihadapi dengan penuh rasa tanggung jawab (responsibility) dan penuh perhitungan (accountability). Karena apa yang dilakukan seseorang pada akhirnya akan kembali pada dirinya sendiri.

d. Dalam Islam, hidup harus hemat dan sederhana, tidak konsumtif dan berlebihan tetapi juga tidak kikir.

e. Islam menilai, sebaik-baik pekerjaan adalah yang dikerjakan sebaik-sebaiknya (ahsanu ‘amala) sebagaimana juga Allah menciptakan langit, bumi dan segala isinya dengan sebaik-baiknya.

Hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa, secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian, hakikat manajemen pendidikan Islam adalah pengelolaan berbagai aktivitas yang dilakukan orang dewasa secara sadar dalam mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan anak didik ke arah titik maksimal (pribadi muslim) secara efektif dan efisien.

Manajemen pendidikan Islam pada dasarnya adalah sebagai kegiatan memimpin, mengatur dan mengarahkan waktu, ruang, personal, daya, dana dan fasilitas secara efektif dan efisien dalam interaksi kegiatan pendidikan Islam secara teoritis maupun praktis agar tujuan pendidikan tersebut tercapai. Manajemen pendidikan Islam secara teoritis maupun praktis mempunyai konsep yang sama dengan manajemen secara umum. Dalam mencapai tujuan, perlu pengembangan yang berorientasi ke depan, persepsi yang berpandangan luas, berwatak indisipliner, serta berpijak pada budaya bangsa.

Pada dasarnya, fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam sama dengan manajemen secara umum serta manajemen pendidikan pada umumnya, yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Hanya saja, dalam operasionalnya, manajemen pendidikan Islam berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan manfaat atau signifikansi manajemen pendidikan Islam diantaranya:

a. Memudahkan pekerjaan administratif dalam pendidikan, memudahkan proses-prosesnya, menyusun potensi manusia dan material yang diperlukan dalam masalah administrasi pendidikan yang dihadapi.

b. Menciptakan iklim ruhaniah, psikologis dan sosial, dimana dilaksanakan aqidah, akhlaq Islam yang penuh dengan iman, kejujuran, amanah dan keikhlasan.

c. Meningkatkan moral dan semangat anggota-anggota lembaga pendidikan dan mengembangkan semangat setia kawan diantara mereka serta kegairahan kerja yang berguna dan produktif.

d. Menumbuhkan produktivitas pekerjaan dalam aparat administrasi lembaga pendidikan.

e. Mengembangkan sistem-sistem dan media administratif secara terus menerus dan meningkatkan kemampuan pekerja-pekerja dalam lembaga serta mempertinggi pengetahuan dan keterampilannya.

f. Mengadakan perubahan yang diinginkan dalam proses pendidikan dan membantu peserta didik mencapai pertumbuhan secara menyeluruh dan utuh.

g. Menghubungkan antara proses pendidikan dengan tujuan pembangunan dalam masyarakat serta mempererat hubungan lembaga pendidikan dengan lingkungannya.

Disamping memiliki pedoman, tujuan, fungsi-fungsi serta signifikansi, manajemen pendidikan Islam juga mempunyai beberapa prinsip yang secara terinci dapat diketahui diantaranya: Ikhlas, Kejujuran, Amanah, Adil, Tanggung jawab, Dinamis, Praktis, Fleksibel.

Demi mencapai tujuan pendidikan Islam, sudah barang tentu diperlukan adanya manajemen pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan Islam, segala hal dan proses-proses yang berlangsung dapat benar-benar dikelola dengan baik. Sehingga pada proses pendidikan dapat benar-benar terwujud perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang berkualitas, sesuai ajaran Islam. Dengan diberlakukannya manajemen pendidikan Islam, maka dapat mempermudah tercapainya tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Karena dengan manajemen pendidikan Islam, kegiatan pendidikan dan prosesnya dapat terencana, terorganisir, terarah kan sekaligus juga dapat terawasi dan terevaluasi. Sehingga secara otomatis, upaya pencapaian tujuan pendidikan Islam dapat lebih mudah diwujudkan. Bahkan lebih dari itu, efektivitas dan efisiensi tujuan pendidikan Islam dapat terealisasi dan bukanlah suatu utopia belaka.

Pentingnya manajemen pendidikan Islam juga dapat dilihat dari keberadaan pendidikan Islam sendiri. Agar tetap dapat eksis, survive dan terus berkembang, pendidikan Islam jelas membutuhkan suatu pengelolaan yang baik, yang terencana dan teratur, sehingga dapat menumbuh kembangkan eksistensi pendidikan Islam di tengah-tengah persaingan global.


A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fajar Dunia, 1999).

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995).

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989).

Hasan Langgulung, Asas Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Zawiyah, 1987).

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), cet. Ke-5.


Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.