selamat berkunjung di lautan hati,
tempat berbagi, menyelami, memberi
...
just have fun.



Memahami Konsep Dasar Belajar

Posted by Lautan Hati Oela Wednesday 23 May 2012 0 comments

 

edu4

Sebuah kata yang rasanya sudah tidak asing lagi di telinga, kegiatan yang sering kali dilakukan oleh berbagai orang dan siswa terutama dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal. ‘Belajar’, sebuah kata yang tidak lagi aneh dan sangat sering terdengar. Namun, ketika ditanya tentang makna dan pengertian belajar, mungkin mayoritas orang masih akan mengernyitkan dahinya dan berusaha berpikir keras untuk dapat mendefinisikannya.

Sungguh suatu hal yang aneh rasanya, mengetahui bagaimana aktivitas dan bahkan sudah sering mengerjakannya, tetapi ketika diminta mendefinisikannya secara gamblang, masih saja kesulitan. Realitas yang ada, banyak orang yang mengerti bagaimana aktivitas belajar tetapi masih saja bingung untuk mendefinisikannya.. Terkait pengertian dan makna belajar, beberapa ahli psikologi dan pendidikan telah mengemukakan rumusan yang beragam, sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Berikut akan terpapar beberapa makna belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli;

1. James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

3. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

4. Hilghard Bower memaparkan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang terhadap situasi itu.

5. Morgan mendefinisikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

6. Wetherington menjelaskan, belajar yaitu suatu perubahan didalam kepribadian yang mengatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian

7. Drs. Slameto mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

8. Drs. Syaiful Bahri Djamaroh mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

9. Drs. M. Ngalim Purwanto, MP memberikan definisi belajar dari beberapa elemen:

  1. Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
  2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, sedangkan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
  3. Belajar adalah perubahan yang harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
  4. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.

Dari berbagai definisi belajar dari para pakar psikologi dan pendidikan tersebut, maka dapat dimengerti bahwa belajar merupakan sebuah aktivitas yang senyatanya melibatkan dua unsur, jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Dalam proses belajar, unsur jiwa dan raga sangat berperan dan benar-benar terlibat. Jiwa dilibatkan dalam hal pola pikir, dan indikasinya pada sikap, sedangkan raga memegang peranan dalam hal keterampilan, kebiasaan, kecakapan.

Melalui proses belajar, kedua unsur –jiwa dan raga; fisik dan psikis- benar-benar dilatih untuk dapat dikembangkan sehingga akhirnya dapat menghasilkan sebuah perubahan positif dalam kedua unsur tersebut.

Apabila ditilik lebih dalam lagi, belajar sejatinya bertujuan untuk menghasilkan sebuah perubahan. Dari beberapa pakar yang mendefinisikan makna belajar, tak dapat dipungkiri adanya kata ‘perubahan’ dalam kalimat pendefinisian mereka terhadap belajar. Jadi sudah dapat dipastikan bahwa perubahan merupakan sebuah harapan dari adanya proses belajar.

Namun demikian, perubahan yang bagaimanakah yang sejatinya diharapkan menjadi hasil dari belajar, hal ini pun perlu adanya kejelasan. Mengingat sangat banyak perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, baik sifat maupun jenisnya. Sehingga dapat dipastikan bahwa tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar, atau perubahan yang menjadi hasil dari belajar.

Meskipun terdapat perbedaan definisi dari para ahli tentang perubahan yang dihasilkan oleh belajar, namun dapat disimpulkan bahwa tidak semua perubahan yang terjadi dalam individu menjadi hasil dari belajar. Kalau kaki seseorang menjadi patah atau bengkok karena kecelakaan, perubahan tersebut tentunya bukan perubahan dalam arti belajar dan bukan perubahan yang dihasilkan oleh belajar. Pun demikian halnya dengan perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Lantas bagaimanakah perubahan yang masuk dalam ‘definisi belajar’, berikut yang merupakan ciri-ciri perubahan-perubahan yang dihasilkan oleh belajar:

1. Perubahan terjadi secara sadar

Hal ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya. Atau paling tidak, ia merasakan bahwa telah ada suatu perubahan dalam dirinya. Semisal, ia menyadari atau merasakan bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya berubah menjadi lebih baik. Dengan demikian, perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Karena seseorang tersebut tidak sadar akan perubahan dalam dirinya itu.

2. Perubahan bersifat positif dan aktif

Dalam proses belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Maka kemudian, semakin banyak usaha belajar dilakukan tentunya akan semakin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar juga bersifat aktif, maksudnya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya. Melainkan ada usaha sadar dari individu untuk melakukan proses belajar yang kemudian menghasilkan perubahan dalam dirinya.

3. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

Yang menjadi hasil dari belajar adalah suatu perubahan yang berkesinambungan, yang terus menerus dan tidak statis. Sebuah perubahan yang terjadi maka akan mengundang adanya perubahan berikutnya dan tentunya akan berguna bagi kehidupan maupun proses belajar selanjutnya. Satu contoh misalnya, seorang anak yang belajar berhitung, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa berhitung menjadi bisa berhitung. Perubahan ini berlangsung terus menerus hingga kecakapan berhitungnya menjadi sempurna. Ia dapat berhitung dengan angka, jari, dan bahkan dapat menjawab soal-soal matematika berupa soal cerita. Di samping itu, dengan kecakapan berhitung yang dimilikinya ia kemudian bisa memperoleh kecakapan lainnya, semisal dapat menghitung dengan teknik sempoa, jaritmatik dan bahkan dapat mengelola suatu bisnis yang membutuhkan analisa serta kejelian proses menghitung.

4. Perubahan tidak bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena belajar tidak bersifat sementara, melainkan bersifat menetap atau permanen. Hal ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalkan, seseorang yang benar-benar telah belajar memetik gitar, maka kecakapannya dalam memainkan gitar tidak akan hilang begitu saja, tetapi akan dimiliki terus, malah akan semakin berkembang jika ia senantiasa meningkatkan proses belajarnya, terus berlatih. Dengan demikian, perubahan yang hanya bersifat sementara atau temporer seperti keluar air mata, berkeringat, bersin, menangis dan sebagainya bukan merupakan perubahan dalam arti belajar.

5. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang terjadi setelah belajar adalah sebuah perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku. Hal ini berarti bahwa setelah melewati proses belajar, maka seseorang akan mendapatkan perubahan keseluruhan tingkah laku. Apabila seseorang belajar sesuatu, maka hasilnya ia akan mendapatkan perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Sebagai contoh misalnya, jika seseorang belajar mengemudikan mobil, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan mengemudi mobil itu. Namun, ia telah mengalami perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja mobil, pengetahuan tentang jenis-jenis mobil, pengetahuan tentang alat-alat mobil, kebiasaan membersihkan mobil, keinginan untuk memiliki mobil yang lebih bagus dan sebagainya. Jadi, aspek yang satu berhubungan dengan aspek yang lain.

6. Perubahan memiliki tujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh belajar terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Hal ini berarti bahwa proses belajar mengarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya, seseorang yang belajar menjahit, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai atau targetnya dengan belajar menjahit. Sehingga dengan demikian, proses belajar senantiasa mengarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

Setelah menilik definisi para ahli psikologi dan pendidikan tentang belajar, berikut juga tujuan dan harapan yang dihasilkan oleh proses belajar serta perubahan yang bagaimana saja yang merupakan makna dan hasil dari belajar, maka senyatanya dapat dimengerti bahwa:

‘belajar adalah keseluruhan proses yang melibatkan aktivitas fisik-psikis untuk mendapatkan perubahan positif dalam semua aspek tingkah laku melalui sentuhan dengan lingkungan dan pengalaman.’

***********


Baca Selengkapnya ....

Meningkatkan Mutu Lembaga dengan Manajemen Pendidikan Islam

Posted by Lautan Hati Oela Wednesday 16 May 2012 0 comments

 

Di dalam perjalanan hidupnya, bangsa Indonesia telah begitu banyak melakukan berbagai upaya demi keberhasilan bidang pendidikannya, termasuk dalam hal mutu. Peningkatan mutu pendidikan secara merata adalah persoalan mutlak bagi eksistensi sebuah bangsa dengan tanpa membedakan identitas kultural masyarakatnya. Oleh sebab itulah, sudah menjadi hal yang wajar apabila bangsa ini senantiasa mengupayakan peningkatan mutu pendidikan karena hal tersebut memang suatu kebutuhan dan keharusan demi mencapai cita-cita bangsa dan meraih tujuan pendidikan nasional.

Salah satu hal penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan adalah pelaksana pendidikan terdepan sekaligus juga merupakan salah satu tolok ukur akan keberhasilan pendidikan sebuah bangsa, di samping pula output pendidikan dan hal-hal yang lainnya. Berangkat dari urgensi keberadaan lembaga pendidikan bagi keberhasilan pendidikan bangsa ini, maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang maksimal kepada seluruh lembaga pendidikan yang ada, tanpa membedakan latar belakang dan status mereka. Sudah merupakan kebutuhan dan keharusan bahwasanya lembaga pendidikan harus senantiasa ditingkatkan mutunya.

Meningkatkan mutu lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan pendidikan nasional memang bukan hal yang mudah. Upaya ini harus benar-benar mendapatkan dukungan sepenuhnya dari berbagai pihak, agar dalam proses pelaksanaannya tidak tersendat-sendat dan keberhasilan dapat dicapai dengan mudah. Berbagai partisipasi dari seluruh elemen terkait pun sangat diperlukan, dalam hal ini ialah pemerintah, warga sekolah, orang tua siswa, tokoh agama dan seluruh tokoh masyarakat lah yang harus berperan aktif dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan melalui kerja sama yang solid. Partisipasi mereka sangat dibutuhkan dan menentukan, serta mendukung upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan di negara ini.

Peran aktif dan partisipasi mereka di antaranya adalah proses penentuan, penataan dan pengaplikasian manajemen yang dipakai dalam sebuah lembaga pendidikan. Demi meningkatkan mutu lembaga pendidikan, hal yang tidak boleh diabaikan adalah manajemen yang digunakan. Dan di sini lah peran-peran stake holders serta share holders sangat menentukan. Dalam sebuah lembaga pendidikan, manajemen memiliki tempat yang penting. Usaha untuk mewujudkan lembaga pendidikan yang representatif bagi masyarakat salah satunya didukung oleh manajemen lembaga pendidikan. Manajemen lembaga pendidikan yang sederhana tidak akan dapat mendukung upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan. Dewasa ini, bukan rahasia lagi bila banyak sekolah miskin yang menerapkan manajemen ‘asal jalan’, kegiatan pendidikan tidak direncanakan dengan baik, bahkan terkadang sekolah dikelola oleh keluarga-keluarga dengan kepemimpinan yang otoriter. Dari sinilah dirasa perlu untuk melihat dan mengkaji kembali manajemen pendidikan Islam untuk kemudian dapat mengaplikasikannya sejalan dengan manajemen pendidikan nasional.

Manajemen Pendidikan Islam sejatinya sangat membantu upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan. Tidak hanya bagi lembaga pendidikan Islam saja, akan tetapi lebih dari itu, selain  lembaga pendidikan Islam pun juga dapat mengkaji dan mengaplikasikan manajemen pendidikan Islam. Bukan hanya madrasah yang berhak mengaplikasikan manajemen pendidikan Islam, tetapi sekolah-sekolah umum pun dapat mengaplikasikannya demi meningkatkan mutu sekolah itu sendiri. Manajemen pendidikan Islam yang diaplikasikan dalam operasional suatu lembaga pendidikan (sekolah) dan dijadikan sebagai suatu pelengkap dari implementasi manajemen pendidikan nasional sudah pasti akan mendukung tercapainya peningkatan mutu lembaga pendidikan. Karena memang sebagai pelengkap dan penyempurna, maka apabila manajemen pendidikan Islam diaplikasikan sejalan dengan manajemen pendidikan nasional niscaya peningkatan mutu lembaga pendidikan pun dapat segera terealisasikan. Dibutuhkannya usaha mengaplikasikan manajemen pendidikan Islam dalam sebuah lembaga pendidikan (sekolah) sebagai upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan bukanlah tanpa alasan. Justru karena manajemen pendidikan Islam sebagai pelengkap dan penyempurna bagi manajemen pendidikan nasional itulah sejatinya diperlukan penerapan manajemen pendidikan Islam seiring dengan manajemen pendidikan nasional.

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya terdapat beberapa hal yang tidak dimiliki oleh manajemen pendidikan nasional yang justru terdapat di dalam manajemen pendidikan Islam –salah satu contoh misalnya dalam prinsip yang dipakai. Manajemen pendidikan Islam mempunyai prinsip-prinsip yang diantaranya adalah ikhlas, kejujuran, amanah dan sebagainya yang tidak dimiliki oleh manajemen pendidikan nasional. Oleh karena itu, adalah wajar apabila manajemen pendidikan Islam dikatakan sebagai pelengkap dan penyempurna implementasi manajemen pendidikan nasional.

Sejalan dengan upaya aplikasi manajemen pendidikan nasional, manajemen pendidikan Islam pun patut dilirik dan dikaji kembali untuk kemudian dapat diaplikasikan bersama manajemen pendidikan nasional sebagai penyempurna dan pelengkapnya. Karena pada dasarnya memang manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional merupakan suatu sinergi yang saling melengkapi antara keduanya.

Dengan menerapkan manajemen pendidikan Islam dalam sebuah lembaga pendidikan, maka sudah barang tentu dapat menjadi suatu upaya pencapaian peningkatan mutu lembaga pendidikan. Suatu lembaga pendidikan yang menerapkan manajemen pendidikan Islam untuk menyempurnakan implementsi manajemen pendidikan nasional, maka tidak diragukan lagi ketercapaian suksesi upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan. Untuk itulah, sudah saatnya manajemen pendidikan Islam kembali dikaji, ditata dan didesain untuk kemudian diaplikasikan sejalan dengan manajemen pendidikan nasional dan sebagai penyempurnanya. Dengan demikian, tidaklah salah apabila upaya meningkatkan mutu lembaga pendidikan dengan mencoba mengaplikasikan manajemen pendidikan Islam secara optimal dan maksimal. Karena antara manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional merupakan suatu sinergi yang saling melengkapi. Manajemen pendidikan Islam memiliki landasan, pedoman dan prinsip-prinsip yang kuat dan peka zaman, yang tidak dimiliki oleh manajemen pendidikan nasional. Sedangkan manajemen pendidikan nasional mempunyai konsep-konsep yang bermutu yang belum dimiliki manajemen pendidikan Islam. Oleh sebab itulah bila keduanya diterapkan secara sinergis dan optimal, maka mutu lembaga pendidikan pun dapat meningkat.



Baca Selengkapnya ....

Meraba Implementasi Manajemen Pendidikan Islam

Posted by Lautan Hati Oela Friday 11 May 2012 0 comments

 

Di Indonesia, pendidikan Islam merupakan subsistem dari pendidikan nasional, sehingga pada dasarnya, keberhasilan pendidikan Islam akan membantu keberhasilan pendidikan nasional dan sebaliknya, pendidikan nasional dengan keberhasilannya pun juga turut membantu pencapaian tujuan pendidikan Islam.

Namun demikian, kenyataan yang berlaku di lapangan adalah sebaliknya, pendidikan Islam seperti tersisihkan dan serasa di nomor duakan. Hal ini terbukti dengan perlakuan dan perhatian pemerintah kepada sekolah-sekolah umum yang begitu istimewa dibanding perhatian dan perlakuan kepada madrasah-madrasah yang ada di Indonesia. Memang terasa janggal, dalam suatu komunitas masyarakat muslim, pendidikan Islam tidak diberi kesempatan yang sama untuk bersaing dalam membangun bangsa yang besar ini. Perhatian pemerintah yang dicurahkan kepada pendidikan Islam ini kecil porsinya, padahal masyarakat Indonesia sendiri selalu diharapkan agar tetap berada dalam lingkaran masyarakat sosialis-religius. Bahkan tidaklah salah jika dikatakan bahwa, pendidikan Islam di Indonesia justru menempati ‘kelas dua’ di dalam masyarakat yang mayoritas muslim. Hal inilah yang kemudian santer disebut dengan dualisme - dikotomi pendidikan Islam dan pendidikan nasional.

Pendidikan Islam yang disebut-sebut sebagai subsistem dari pendidikan nasional dan senyatanya terdapat dualisme-dikotomi dalam prakteknya, pada pengelolaan (manajemen) kedua pendidikan ini tidaklah berbeda. Sama halnya dengan pendidikan nasional, pada manajemen pendidikan Islam pun pernah bersifat sentralistik, sebelum adanya reformasi pendidikan yang akhirnya menghasilkan suatu pola desentralisasi pendidikan. Pun demikian halnya dalam koridor konsep, antara kedua pendidikan ini mempunyai konsep yang sama. Hal ini disebabkan karena sejauh ini memang manajemen pendidikan Islam belum memiliki konsep yang baku. Untuk itulah pada implementasinya, manajemen pendidikan Islam mengikuti manajemen pendidikan nasional.

Terkait dengan implementasi dari manajemen pendidikan Islam di Indonesia, terdapat tiga pola yang telah berlangsung, yang dalam hal ini didasarkan pada perkembangannya hingga kini. Ketiga pola manajemen pendidikan Islam ini dicetuskan dan direkomendasikan oleh H. A. R. Tilaar dalam bukunya “Membenahi Pendidikan Nasional”. Ketiga pola ini juga merupakan pola manajemen pendidikan nasional, yang antara lain adalah:

a. Pola tunggal

Dalam pola tunggal hanya berlaku satu jenis sistem, yakni sentralistis. Pola ini telah berlangsung pada masa pra reformasi 1998 di mana belum ada kekuatan dan keinginan yang teguh dari bangsa ini untuk merombak sistem yang ada, terlebih dalam hal pendidikan. Kebijakan yang sentralistis mengharuskan berbagai jenis lembaga pendidikan serta sistem yang ada untuk tunduk pada sistem yang ditentukan negara. Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 2 Tahun 1989 pun menunjukkan kekuatan politik pendidikan sentralistis yang begitu ketat. Lembaga-lembaga yang tidak mengikuti kurikulum sentralistis tidak memperoleh akreditasi maupun subsidi. Pendidikan Islam telah tergoda dengan policy pendidikan tersebut sehingga beramai-ramai menegerikan lembaga-lembaga pendidikan (madrasah), dari kepunyaan masyarakat (swasta) menjadi berstatus negeri. Sebab hanya dengan status negeri, lembaga (madrasah) tersebut mendapat gengsi sosial dan subsidi yang diperlukan.

b. Pola ganda

Di dalam pola ganda tidak hanya berlaku satu sistem saja. Pola ganda ini berarti pengakuan adanya hak hidup berbagai sistem di dalam sistem pendidikan nasional. Artinya, selain kebijakan yang sentralistis, lembaga pendidikan juga berhak mengembangkan sistem yang sesuai berdasarkan ide atau inisiatif mereka sendiri. Manajemen yang berlaku tidak hanya sentralistis tetapi juga desentralisasi, di mana tiap-tiap lembaga pendidikan memiliki hak untuk mengelola dan mengatur proses pendidikan serta mutu lembaga, namun masih ada acuan dari kebijakan sentralistis. Pola ini mulai berlaku dan berkembang sejak diberlakukannya reformasi pendidikan dan otonomi daerah yang kemudian diikuti otonomi pendidikan.

c. Pola simbiotik

Pola ini merupakan perluasan dari pola ganda, di mana ada pengakuan hak hidup berbagai sistem. Dalam pola ini lembaga pendidikan berhak menerapkan sistem sesuai inisiatif mereka demi meningkatkan mutunya. Pola ini juga mengharuskan adanya saling kerja sama yang sinergis dari semua lembaga-lembaga pendidikan. Pola simbiotik inilah yang seharusnya ada dan diterapkan dalam manajemen pendidikan Islam, begitu pula pada manajemen pendidikan nasional. Sebab dengan pola ini sebenarnya dapat diwujudkan nilai-nilai persatuan bangsa serta nilai-nilai demokratis yang justru menjadi tujuan dari terbentuknya masyarakat Indonesia baru.

Pola simbiotik ini lahir dan keberadaannya dapat dilihat setelah diberlakukannya otonomi pendidikan. Dengan adanya berbagai jenis lembaga pendidikan yang berkembang di masyarakat, maka kemudian dirasa perlu adanya sebuah otonomi lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri. Tanpa otonomi pendidikan, maka akan berlaku pola tunggal sebagaimana yang telah dijelaskan. Sedangkan dalam pendidikan Islam seharusnya tidak mengenal pola tunggal karena dia hidup dan dimiliki oleh masyarakat di mana pendidikan itu berada.


Bibliography

Musluh Usa (ed), 1991, Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

H. A. R. Tilaar , 2002, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta


Baca Selengkapnya ....

BUKU HARIAN PEREMPUAN

Posted by Lautan Hati Oela Thursday 3 May 2012 0 comments

 

vh7yomawSetelah melewati perdebatan panjang, akhirnya Tarjo menyetujui permintaan Nilam, istrinya. Nilam memaksa untuk menceritakan perjalanan hidupnya kepada para wartawan dengan sejujurnya. Sebagai artis yang sedang naik daun, Nilam mendapat permintaan dari wartawan TV swasta untuk wawancara eksklusif. Mereka ingin Nilam menceritakan perjalanan hidup dan kariernya.

Nilam memenuhi permintaan wartawan TV itu. Mereka datang pagi-pagi benar ke rumah Nilam. Mereka pun mulai wawancara eksklusif dan Nilam segera menceritakan kisah suksesnya.

“Hidup ini penuh liku dan rahasia. Begitu pula dalam hidup saya. Jalan hidup saya berliku. Sedih, sakit, luka, tangis dan tawa seperti tak ada beda.

Alhamdulillah, saat ini saya bisa merasakan sebuah kesuksesan yang nyata, yang tak pernah saya duga. Kesuksesan yang selama ini hanya jadi mimpi. Semua ini berawal dari buku harian saya, yang secara tak sengaja dibaca oleh Mas Hendra, sutradara dan novelis tenar itu.

Saya sangat berterima kasih pada Mas Hendra. Karena ia telah membawa saya pada posisi sekarang ini. Dia yang berinisiatif untuk menuliskan kisah yang ada dalam buku harian saya menjadi novelnya. Dan atas izin saya, akhirnya novel yang bersumber dari buku harian saya itu pun disulap menjadi sebuah sinetron. Sehingga saya bisa jadi artis, memerankan sinetron itu.

Mas Hendra bukan hanya membuat saya menjadi artis terkenal. Lebih dari itu, Mas Hendra telah menyelamatkan saya dari kasus KDRT yang saya alami. Melalui Mas Hendra dan novelnya itu, akhirnya saya dan suami menjadi keluarga yang harmonis lagi. Sungguh, rasa terima kasih saya tak terhingga pada Mas Hendra.

Sebelum menjadi seperti sekarang ini, saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Saya menikah dengan suami saya cukup lama. Mulanya, kami begitu bahagia meskipun dengan hidup yang sederhana. Suami saya buruh pabrik dan saya tak bekerja. Sehari-hari kami mengandalkan penghasilan dari suami saya saja.

Setelah tujuh tahun usia pernikahan kami, saya merasakan ada yang berbeda. Cobaan telah melanda saya dan suami. Rupanya, Tuhan benar-benar menguji dan ingin tahu, seberapa kuat cinta kami. Suami saya di PHK dari pabrik. Otomatis, hal itu sangat berpengaruh pada kehidupan rumah tangga kami.

Selepas dikeluarkan dari pabrik, suami saya tak lagi bisa mendapatkan pekerjaan. Kami hidup dari sisa tabungan yang ada. Belum lagi untuk biaya sekolah anak kami. Saat itu anak kami mau masuk bangku sekolah dasar. Kami masih mengandalkan uang tabungan.

Semakin hari, kami semakin terpuruk. Uang tabungan pun semakin menipis. Sementara suami saya tak kunjung mendapat kerja. Keadaan itulah yang akhirnya membuat suami saya berubah. Ia tak lagi lembut dan pengertian seperti awal saya mengenalnya. Suami saya jadi temperamen, keras dan kasar. Ia bahkan sering membentak saya, memukul serta mencaci saya.

“Sabar, sabar, itu saja yang bisa kau ucapkan. Kamu pikir kita bisa dapat uang untuk makan, hanya dengan bersabar?”, ucapan suami saya yang paling saya ingat. Karena memang saya kerap mengingatkannya untuk selalu bersabar.

“Dalam keadaan ini memang kita harus sabar, Mas. Kita minta bantuan dan petunjuk Tuhan dengan sabar dan sholat”, saya pun sering menjawabnya demikian.

“Aku sudah mengeluhkan semua ini pada Tuhan. Aku sudah berusaha sekuat tenagaku. Tapi kita masih saja seperti ini. Pertolongan Tuhan tak juga datang. Aku sudah letih”. Suami saya akhirnya tak bisa menahan amarahnya. Kalau sudah seperti itu, ia pun mencaci dan mengumpat saya. Dia selalu menyalahkan saya. Dia bilang saya istri yang tak berguna.

Saat itu saya merasa tidak kenal lagi dengan kepribadian dan karakter suami saya. Ia benar-benar berubah. Saya selalu saja salah di hadapannya. Kalaupun ada pekerjaan rumah yang belum saya selesaikan, ia selalu mencaci saya, memukul saya dan menampar saya. Bahkan pernah ia melemparkan sandal ke muka saya. Sehingga membekas di pipi saya.

Setahun suami saya menganggur. Setahun itu pula saya kerap mendapat perlakuan tidak baik dan tindak kekerasan darinya. Saya merasa tak kuat lagi. Tapi tak ada tempat bagi saya mengeluh dan berbagi. Saya selalu mengembalikan semua itu pada Tuhan. Saya selalu berdo’a agar suami saya tidak lagi berlaku kasar pada saya, agar dia kembali baik dan lembut seperti dulu, saat saya mengenalnya pertama kali.

Setiap saya mendapat perlakuan kasar dari suami, saya selalu mencoba tegar dan pasrah. Saya tak punya teman untuk sharing. Akhirnya, saya hanya bisa menumpahkan rasa kesal, kecewa, sakit dan tangis saya itu dalam buku harian.

Tiap kali saya dan suami bertengkar hebat, pasti berujung pada tindak kekerasannya pada saya. Paling sering, ia menampar saya. Setelah itu, ia segera pergi keluar meninggalkan rumah. Saat itu saya hanya bisa menangis. Saya pun berlari menuju halaman belakang rumah. Menuliskan semua kejadian yang saya alami, perasaan saya, setelah tindak kekerasan suami. Saya selalu menuliskan setiap kejadian seputar pertengkaran kami berdua secara detail, lengkap tanpa sisa.

“Bu, teman-teman di sekolah Bagus, pakaian seragam dan tasnya baru-baru. Cuma punya Bagus yang terlihat lusuh”, keluh anak saya suatu hari. Saat itu saya hanya mampu membelikan ia baju-baju dan tas bekas.

“Sabar ya Bagus! Besuk-besuk, kita beli baju dan tas baru buat kamu!” timpal saya mencoba meyakinkannya.

“Ibumu itu cuma bisa menyuruh sabar. Ayah sudah bosan dengan ocehannya agar kita terus sabar, sabar, sabar. Ayah sudah capek. Kalau kamu masih mau baju seragam baru, kamu tak usah sekolah saja sekalian!”, suami saya mulai marah. Saya hanya bisa terdiam. Berdo’a dalam hati, semoga Tuhan mengampuni kami dan segera mengangkat derajat hidup kami.

Suatu ketika, saya kehilangan buku harian saya. Setiap sudut rumah saya jelajahi. Halaman belakang rumah, tempat biasa saya menulis itu pun sudah berkali-kali saya telusuri. Tapi buku harian yang maha penting itu tak saya temukan.

Seingat saya, saya meninggalkan buku harian itu di belakang. Karena saat saya tengah menuliskan peristiwa pertengkaran saya dan suami, tiba-tiba suami saya teriak-teriak memanggil saya. Akhirnya saya panik, tergopoh-gopoh menghampirinya. Akibatnya, saya jadi lupa dengan buku harian saya.

Berulang kali saya menyisir halaman belakang rumah, tapi sia-sia. Padahal halaman belakang rumah saya bukan jalan umum. Halaman belakang rumah kami cuma berupa tanah sempit yang banyak ditumbuhi ilalang. Halaman belakang itu memang sempit tapi cukup asyik untuk menyendiri. Satu-satunya tempat yang paling saya sukai saat menulis di buku harian saya.

Dua minggu buku harian saya menghilang. Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang ke rumah kami. Ia mengaku bernama Hendra. Selepas memperkenalkan dirinya, ia segera menunjukkan sebuah novel terbaru karyanya berjudul “Buku Harian Perempuan”.

Ia bercerita panjang lebar tentang asal usul novel itu. Ia terinspirasi dari buku harian saya. Ia pun mengembalikan buku harian saya yang tertinggal di halaman belakang rumah. Ia juga meminta maaf karena tidak sengaja menemukan buku harian itu dan menjadikannya sebagai ide penulisan novelnya.

Selain itu, ia juga meminta izin pada saya untuk membuat sinetron dari novel dan buku harian saya itu. Tak hanya itu, Mas Hendra meminta saya untuk jadi pemeran utama dalam sinetron itu. Sinetron yang berjudul sama dengan novel terbarunya, Buku Harian Perempuan.

Alhamdulillah, saya mampu memerankan tokoh utama dalam sinetron itu dengan baik. Akhirnya, kehidupan saya pun berubah. Saya banyak mendapat rizki halal dari sinetron. Suami saya pun menjadi sadar akan kesalahan-kesalahan dan kekurangannya selama setahun itu. Ia meminta maaf dengan tulus. Dan sampai sekarang, ia dengan sabar dan telaten menjadi manager saya. Alhamdulillah, Tuhan telah mengangkat derajat hidup kami. Tepat setelah kami cukup kuat melewati uji coba Nya.

Perjalanan hidup, berupa kebahagiaan dan keterpurukan itu pun yang mengajarkan banyak hal kepada saya. Dan saya ingin, semua perempuan di dunia ini juga dapat mengambil hikmahnya. Kepada semua perempuan, saya berpesan, jangan pernah menyerah dengan hidup. Kalaupun kita melihat suatu kemunkaran, dan kita tak mampu mengubahnya dengan tindakan atau ucapan kita, kita masih bisa mengubahnya dengan hati. Meskipun hati itu selemah-lemahnya iman. Semoga bermanfaat”.

Nilam mengakhiri penuturan kisah suksesnya secara eksklusif. Wartawan TV itu pun mengangguk penuh haru.

*************


Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Lautan Hati Oela.